Mohon tunggu...
Kusnadi El Ghezwa
Kusnadi El Ghezwa Mohon Tunggu... -

Sekali hidup selamanya berarti dan takan pernah mati walau harus mati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coretan Dari Negeri Senja

26 Februari 2013   15:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari sekian banyak mahaisiswa yang berada di negeri senja aku adalah termasuk  orang yang suka dengan senja,  keberadaanku sekarang yang kebetulan berada di sebuah negara yang akrab dengan sebutan negeri senja, menjadikanku lebih semangat untuk mengabadikan apa saja yang aku temui di dalam mengarungi  perjalanan hidupku ini lewat sebuah coretan sederhana,  selanjutnya aku posting di bloggku yang kuberi nama coretan dari negeri senja. Wajar saja jika ada beberapa teman yang mengatakan kalau aku suka sekali menggunakan kata SENJA dalam tulisan-tulisanku. Ya, bagiku senja sangat special dan istimewa, ia mempunyai makna tersendiri dan berarti untukku.

Aku suka senja lantaran kilauan cahaya jingganya yang lembut menyentuh raga, aku suka senja karena setiap kali ia berkata sampai jumpa, besoknya aku kembali menjumpainya kemudian menyapanya dan aku suka senja karena ia tak pernah mengeluh, tak pernah ada kata protes dan tanya mengapa ia harus begitu, terbit dari Timur dan terbenam di Barat. Sementara manusia yang hanya mempunyai waktu singkat, terlalu banyak bertanya dan protes dengan ketentuan sang Maha Kuasa.

Kali ini aku akan mencoba mendiskripsikan apa itu SENJA secara kasat mata. Senja yang selama ini selalu hadir mengantarkan malam dengan waktu singkat.

Senja adalah saatnya matahri masuk peraduan, menuntaskan tugasnya dan beristirahat hingga esok hari. Senja adalah saatnya pergantian suasana, dari teriknya siang menuju temaram dan diakhiri dengan kegelapan. Matahari begitu indah bulat sempurna bergerak perlahan membenamkan diri di ufuk Barat. Sebuah tugas yang telah dijalani dalam kurun waktu yang tak terbilang, menghambakan diri pada Alloh menerangi makhlukNya di Bumi yang fana.

Sewaktu aku masih kecil, seringkali aku menyambut senja dengan berlari, berteriak dan bersorak sambil memainkan layangan. Sampai akhirnya ibuku berteriak memanggil-manggil namaku untuk segera masuk kerumah, karena senja hampir usai. Langit yang jingga, burung yang bertengger rapi, ibu-ibu yang berteriak memanggil anak-anaknya untuk masuk kerumah, menghadirkan suasana hening, tenang dan damai.

Satu hal yang tak pernah aku lupa hingga kini, tatkla waktu senja tiba ibuku selalu mengingatkanku untuk selalu berdoa dan memohon kepada dzat yang Maha Kuasa agar kehidupan kita senantiasa selalu mendapatkan rahmat dan karuniaNya, saat itu pula aku melafadzkan doa yang sudah melekat memori ingatanku :

Ya Allah ya tuhan kami,

Ampunilah dosa hamba,

dosa saudara dan keluarga hamba,

dosa sahabat sahabat hamba,

dosa saudara sahabat dan seluruh umat baginda nabi SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun