Mohon tunggu...
Nur Rois
Nur Rois Mohon Tunggu... -

"bergunalah walaupun sedikit, dari pada tidak sama sekali".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter, Formalitas yang Rumit?

4 Februari 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan merupakan pintu gerbang untuk melawan penjajahan, sehingga pendidikan punya peranan penting dalam bangsa. Di Indonesia pendidikan merupakan hak segala lapisan masyarakat, walaupun masih banyak juga anak-anak yang kering akan sentuhan pendidikan. Pendidikan merupakan langkah strategis dalam membangun bangsa. Korea dahulu kurang lebih sama dengan Indonesia dengan tingkat pendidikan dan kualitas masyarakat yang masih rendah, namun sekarang menjadi salau satu negara yang berpengaruh di dunia. Langkah strategis Korea juga dijalani oleh Finlandia yang menjadikan pendidikan prioritas utama membangun bangsa.

Di Korea dan Finlandia pendidikan membangun etos masyarakat yang produktif dan kreatif. Finlandia menjadikan pendidikan sebagai profesi istimewa dan tidak semua orang dapat melakukannya. Salau satu kinci keberhasilan pendidikan di Finlandia adalah system yang pendidikan yang humanis, dan fleksibel. Siswa bukan robot ataupun mesin yang dipaksa bekerja menurut target tertentu, akan tetapi siswa adalah sesungguhnya manusia yang punya akal, pikiran dan perasaannya.

Ironis dari pendidikan di Indonesia adalah cara memperlakukan siswa seperti robot. Ketika robot dipaksa terus menerus melakukan pekerjaan yang tidak disukai maka lama-kelamaan akan masuk fase rusak. Ketika manusia seperti robot itu maka bukan manusia semakin baik justru akan semakin rusak. Rusaknya manusia berarti telah menyimpang dari arahan pendidikan yang berkarakter.

Pendidikan karakter tidak bisa dipaksakan, karena pendidikan karakter akan sangat bersentuhan dengan hati seseorangdalam melakukan sikap.Kebebasan guru menentukan pola pengajaran semakin didikte dengan detail-detail tuntutan yang harus dipenuhi.

Seharusnya beri guru jam yang tidak terlalu ketat, longgarkan sistem, dan berilah guru pelathan-pelatihan yang banyak dalam memnagatasi siswa disekolah. Guru juga diajarkan pendampingan terhadap siswa, tidak kemudian disuruh berpikir sendiri tanpa bimbingan. Setelah proses-proses demikian baru kita mendorong guru untuk menciptakan siswa-siswa yang berkarakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun