Cerita Mini
Ali dan Rudi
Ali dan Rudi, sahabat dekat itu tengah menjadi rival. Mereka memperebutkan jabatan sebagai kepala kampung. Ali dengan visinya akan membuat kampung 'gelas' menjadi kampung termaju dalam ekonominya dan mensejahterakan masyarakat dengan membuka pariwisata 'empang'.Â
Ya empang yang sering disebut sebagai tempat pembuangan kotoran manusia, atau tempat ikan lele diternakkan, ya tempat seperti itulah yang ingin Ali jadikan sebagai tempat rekreasi masyarakat lokal maupun masyarakat dari luar territorial kampung.
Sedangkan Rudi, visinya pun sama dengan Ali, ingin mensejahterakan masyarakat kampung 'Gelas', namun ia bukan akan menjadikan empang sebagai misi utamanya namun Rudi ingin mengedepankan kearifan lokal di kampung 'Gelas'. Satu-satunya kearifan lokal yang ingin ia kembangkan yakni kesenian angklung.
Pemilihan kepala kampung masih satu bulan lagi, Ali dan Rudi masih sibuk dengan kampanye masing-masing. Pendukungnya pun tak kalah antusias.Â
Ribuan penduduk kampung 'gelas' hiruk pikuk, baliho-baliho kampung berisi nama Ali dan Rudi saling mendominasi, di bagian utara dan timur Ali mendominasi, bagian Selatan dan barat Rudi yang mendominasi.Â
Poster pun terpampang di dinding-dinding jalanan kampung 'gelas' yang sudah melek teknologi. Iklan Billboard pun ikut mendominasi urusan duniawi, yang sering disebut orang sebagai politik.
Suatu malam sembari menunggu pertandingan bola antara AC (Associazione Calcio) Malang vs FC (Footbal Club) Bogor berlangsung pukul 02.00 dini hari, para tetua adat beserta masyarakat biasa duduk bersama untuk sekedar menyeruput kopi sambil berdiskusi, ditemani singkong goreng dan ubi rebus kesukaan masyarakat kampung 'gelas'. Waktu menunjukkan pukul 11, masih ada waktu sekitar tiga jam sebelum pertandingan paling dinanti-nanti itu dilaksanakan.
Para tetua dan masyarakat berkumpul dan berdiskusi, seorang lelaki tua berjenggot dari dusun 'sade' tiba-tiba angkat bicara setelah puas menyeruput kopi pahit dan membubungkan asap rokoknya, ia menarik napas dalam-dalam dan menghela nafas dengan lega
"Hhaaahh.. aku suka pak Ali, beliau ramah banget cak sama rakyat biasa seperti saya, kemarin saya ketemu di warung Mbok Imah, beliau beli nasi goreng dan saya tadinya nggak tau loh, kalo yang duduk disamping saya itu Pak Ali, taunya pas saya ngobrol sama pakde jon tentang Alibaba, eh dia nyeletuk  kalo namanya Ali tanpa baba, beda banget di gambar-gambar sama aslinya, aslinya mohon maaf nih, sejujurnya lebih jelek, tapi perilakunya lumayan bagus cak, sederhana dan suka nraktir heehehehe" ujar pria tua yang sering disapa mursi itu sambil terkekeh sendiri.