Mohon tunggu...
Farah Dzakiyah
Farah Dzakiyah Mohon Tunggu... Penulis - jeki si manusia biasa

panggil aja dzaki, pemalu yang punya mimpi besar sebanyak benda angkasa. punya mimpi bisa dapet beasiswa dan bisa keliling dunia bersama keluarga tercinta. bisa mati syahid di jalan Allah, sangat ingin bisa bersahabat dengan semua orang tapi dengan kelakuanku yang terkadang tidak bersahabat, semoga dzaki bisa selalu memperbaiki diri sendiri. suka buat puisi, kata2 gajelas, berharap bisa bermanfaat untuk sesama.. Alhamdulillah masuk jurusan dibangku kuliah yang bikin gabetah, tapi temen2nya bikin betah.. dari smk to Sastra, Uin Yogyakarta.. semangat dan terus berbuat baik dengan siapapun itu..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teman Satu Kos Itu Bukan Kerupuk

21 Oktober 2017   12:39 Diperbarui: 21 Oktober 2017   12:52 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

subuh ini teman sekamarku sudah memasang alarm yang mengagetkanku, suara kuntilanak menjadi pengejut mujarabnya, hingga aku termimpi dan terbangun karena suara sember alarm kunti itu.

Terduduk diatas kasur kuraih hp yang ada diatas bantal, dan terlihat jam di hp Samsung putih milikku menunjukkan hari masih subuh pukul 3.30. namanya Gigi teman satu kamarku itu masih mendengkur, kuntilanak yang daritadi tertawa ternyata tak juga membangkitkan ruhnya yang masih dialam lain. 

Kukira mereka berteman didalam mimpi sampai-sampai Gigipun mengigau dan tertawa mengikuti alarm gila itu. "hahahahaha" Gigi memperlihatkan gigi-giginya yang sedikit tonggos. masih memeluk guling dan matanya masih terpejam. ia menambah suasana subuh itu tidak karuan untukku, merinding mendengar suara kunti dan Gigi yang semakin menjadi, Gigi mangap dan mengeluarkan suaranya "hahahaha" bersamaan dengan suara sember sihantu elektronik "hihihihihi" . 

aku meringis seram spontan mengambil gelas yang hanya berisi 1/4 air didalamnya, diatas meja belajar pendek didekat kasurku dan menumpahkan persis keatas wajah si Gigi yang masih tertawa gila, sudah kusiram air kemukanya yang berminyak itu, dia masih saja tertawa gila. Kutampar pipinya dan akhirnya ia membuka mata sebentar dan mengeluarkan suara "nnnnngggg.... 

Diem monyet" mengecap-ecap mulutnya, mengulet seperti kucing tidur diatas keset lalu terpejam lagi, kugoyangkan tubuhnya dan kucubit untuk membangunkannya, tetap saja ia terlelap bahkan semakin lelap, lalu kuoleskan balsem geliga dibawah hidungnya, sontak Gigi langsung berdiri dan menuju kamar mandi, begitulah untuk kedua kalinya aku membangunkan Gigi dari tidurnya, hari kedua aku berteman dengan Gigi yang aneh itu, ia paling anti kalau ada bau-bau dan aroma yang menyengat seperti balsem, 

minyak kayu putih, freshcare, medicare, tokcare, ceker de el el. Hanya dengan bau-bauan Gigi bisa bangun dari tidurnya, aku melipat tangan didada dan melotot dengan hidung mengembang seraya melempar tawaan  jahat ke arah Gigi yang meringis panas memegang tisu basah dibawah hidungnya. "makasih nyet, dah bangunin gua, sekarang lu mending wudhu dan sholat malem sono" sambut Gigi hendak menggelar sajadahnya, "eh, Gigi.. kamu tu alim, pake kerudung besar, tapi gaya kalo ngomong kok songong gitu sih??? Sok akrab, sok boss!!!, emang sii  kamu dari ibukota, tapi inget sekarang kamu dimana.. dibangunin aja setengah mati susahnyaa, 

hp mu tu berisik tauk, suaranya diganti dasar kuntilanak!!!!" jawabku ketus beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar seraya membanting pintu agar tertutup dengan keras, tak kulihat raut muka Gigi, aku langsung keluar kamar, jalanan masih sepi, rambutku yang sebahu, kuikat dengan ikat rambut yang sudah ada ditangan, aku berjalan menuju jalanan kecil yang sunyi dan gelap, tak tau harus kemana, aku hanya ingin jauh dari Gigi untuk sementara, aku tak begitu mengenalnya, ia tak pernah bicara padaku kecuali menggunakan bahasa sok gaulnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun