Mohon tunggu...
Dwi Wahyu Kurniawati
Dwi Wahyu Kurniawati Mohon Tunggu... Human Resources - Biasa saja

Tak henti berdo'a dan do the Best....Keep on Fighting...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ibuku

1 Desember 2014   03:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya seorang anak perempuan yang dilahirkan dari seorang ibu yang mempunyai profesi sebagai seorang guru Sekolah Dasar. Ibuku sendiri terlahir dari sepasang orang tua (kakek nenekku) yang hanya berprofesi sebagai petani.

Ibu saya menjadi seorang guru sejak beliau masih gadis di tahun 1976. Waktu itu beliau hanya lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan SK CPNS nya dapat di desa terpencil di Jember Jawa Timur, sedang kami sendiri berasal dari Desa di Kabupaten Trenggalek, salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang orang mungkin sulit mencarinya di Peta karena memang bukan Kabupaten yang terkenal. Setelah hampir setahun di Jember ibu saya dimohon menikah dengan bapak saya yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagang ternak, karena jarak antara ibu dan bapak saya yang jauh, antara Trenggalek dan Jember, akhirnya bapak saya berinisiatif untuk memindahkan ibu saya ke Trenggalek, karena waktu itu ibu saya masih CPNS dan di Jember tempat ibu saya mengajar itu hanya ada ibu saya dan satu guru lagi serta satu Kepala Sekolah maka ibu saya tidak diijinkan untuk pindah ke tempat lain, walaupun alasannya sangat kuat yaitu mengikuti suami.

Bapak saya bukan tipe orang yang cepat menyerah, karena mungkin juga karena jiwa dagangnya, bapak saya menunggu selama satu minggu di Jember dan setiap sore habis magrib selalu mendatangi rumah bapak kepala sekolah, dan asal tahu saja tahun 1976 Jember belum seperti sekarang yang sudah aman, dan mungkin juga karena keuletan, kesabaran dan tidak lupa do’a bapak sama ibu yang memang mempunyai niat baik, berkeluarga itu tidak bisa ada dua dapur, satu di Jember satu di Trenggalek maka tepat di hari ke tujuh bapak kepala sekolah itu memberikan menyetuji ibu saya Mutasi ke Trenggalek.

Di Trenggalek ibu saya mendapatkan tempat pindah yang masih jauh dari rumah, kalau sekarang mungkin bisa ditempuh jarak kurang lebih satu jam, tetapi mungkin karena dulu di tahun 1976 karena jalan juga belum di aspal maka perjalanan terasa lama dan ibu saya harus berangkat dari rumah sekitar jam 6 dengan sepeda motor bebek (yamaha merah).

Ketika saya menginjak Sekolah Dasar ibu saya masih mengajar ditempat yang sama, dan seiring waktu ketika saya sudah mulai mengerti (bahasa jawanya cetho), ibu saya setiap hari berangkat jam 6 pagi dari rumah dan dimeja makan sudah tersedia nasi dan lauknya, yang perlu semuanya tahu, ibu saya setiap hari bangun jam 3 dini hari, setelah sholat tahajud langsung memasak untuk kami, dan itu terus dilakukan sampai sekarang.

Menginjak saya kelas 5 SD ibu saya minta pindah dan disetujui justru ditawari pindah ke sekolah dimana saya sekolah (sekolah favorit di Kecamatan kami), tetapi ibu saya menolak, dengan alasan ada anaknya disitu takut tidak bisa menjadi guru yang profesional, dan akhirnya ibu saya tidak pindah ke tempat saya sekolah tetapi ditempat lain yang masih dekat dengan rumah.

Di tempat yang baru seiring waktu ibu saya menjadi orang kepercayaannya kepala sekolah, sampai – sampai ketika ibu saya menjadi bendahara dan minta ganti kepada kepala sekolahnya tidak pernah diijinkan, dan itu terus terjadi meskipun sudah ganti kepala sekolah.

Menurut saya ibu saya adalah orang yang hebat, saya tahu betul gaji guru dulu sebelum ada Tunjangan Profesi Pendidik teramat kecil bahkan saya masih ingat betul ketika kakak saya masih kuliah tetapi belum selesai dan saya juga sudah harus masuk kuliah pada tahun 2001, waktu itu ibu saya bilang “nduk kuliahe nunggu mas cukup disik yo, gantian duite”, Ya Allah saya tidak punya pilihan dan saya menerimanya dengan ikhlas. Satu tahun setelah SMU saya tidak kuliah dan hanya membantu bapak jualan. Satu tahun berikutnya saya baru ikut SPMB dan Alhamdulilah keterima di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, Alhamdulilah bisa keterima kuliah di Perguruan Tinggi Negeri sehingga biayanya tidak terlalu mahal, tetapi sedih juga karena ibu saya inginnya saya kuliah mengambil jurusan keguruan agar suatu saat nanti bisa meneruskan ibu, tetapi apa daya keterima justru di jurusan yang di non kependidikan.

Ibu saya orang yang disiplin, selalu on time dan yang jelas ibu saya tidak pernah mengajarkan anak – anaknya untuk ini itu tetapi anak – anaknya ini terutama saya, meniru apa yang dilakukan ibu saya, dan Alhamdulilah saya bisa mencontoh kedisiplinan ibu saya.

Mungkin saya sempat mengecewakan ibu saya dengan tidak bisa kuliah di jurusan kependidikan tetapi Alhamdulilah berkat disiplin, kerja keras dan do’a dari orang tua terutama ibu saya, saya bisa keterima tes cpns Kementerian Hukum dan HAM RI dan penempatan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur sejak tahun 2010 sampai sekarang.

Tanggal 10 Nopember 2014 kemaren ibu saya berulang tahun yang ke – 60 dan itu berarti per 1 Desember 2014 besok ibu saya telah purna tugas, karena SK Pensiunnya juga sudah diterima per 1 Maret 2014 yang lalu.

Saya menjadi saksi betapa pada hari Sabtu kemarin ketika diadakan acara perpisahan, diawal sambutannya ibu saya bilang saya hari ini ingin tidak ada satupun yang menangis, saya ingin kalian semua murid – muridku tersenyum ketika mulai besok senin saya sudah tidak mengajar lagi, tetapi apa yang terjadi, tidak ada satu anakpun yang tidak menangis, dan sayapun yang ada ditempat itu tidak bisa untuk tidak menangis.

Alhamdulilah ibu saya telah lulus menjadi pendidik dan abdi negara, dan mulai besok rutinitas ibu saya akan berganti bukan lagi memegang kapur tulis dan berdiri di depan murid – muridnya tetapi membantu bapak jualan atau mungkin momong cucunya.

Ibu saya bangga denganmu, telah mencetak ribuan anak didikmu menjadi orang sukses, guru tetap menjadi guru sedangkan anak didiknya bisa menjadi macam – macam, termasuk menjadi seorang Presiden, semoga saya bisa sepertimu, meskipun saya tidak bisa menjadi seorang guru, minimal saya akan menjadi pendidik untuk anak – anak saya kelak, ketika saya telah menikah dan mempunyai anak, Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun