Sore ini aku mencoba untuk memulai menulis lagi, setelah beberapa bulan tidak menulis. Agak terasa kaku. Namun karena sudah niat, sehingga mau tidak mau tetap melanjutkan untuk menulis. Dimulai dari pagi ini (13/12), seperti biasa harus berangkat pagi-pagi naik angkot menuju ITC Serpong. Hari ini suasaan agak mendung, lumayan juga bila untuk jalan, namun sebelumnya aku sempatkan lebih dahulu untuk membeli salah satu media lokal. Seperti biasa kubaca di halaman muka, lalu ku bolak-balik hingga kelembar belakang. Siapa tahu ada berita yang menarik, lalu kubeli koran itu. Saat mencermati satu persatu isi berita di koran lokal, maka aku menemukan berita, yang setidaknya menarik buat aku membacanya, yaitu mengenai Berita tentang Jokowi (Joko Widodo) Walikota Surakarta. Ah...biasa saja, dan wajar jika Jokowi masuk berita, tentu tidak lepas dengan prestasi yang dicapainya selama ini. Namun pemberitaan kali ini bagiku agak berbeda. Karena pemberitaan kali ada kalimat yang berbunyi sebagai berikut: "Menurut pria yang akrab dipanggil Jokowi itu, niat dan kemauan lebih penting. Di Solo, Jokowi sudah membuktikan. Pria yang berancang-ancang ikut maju di Pilgub DKI Jakarta itu mampu menata pedagang kaki lima (PKL), tanpa keributan. Jokowi sosok yang serius dalam kerja....." Anda serius mau maju di Pilgub DKI? (tanya wartawan) Mesti dihitung dulu secara cermat, mesti dikalkulasi. Mesti ada realita politik yang yang harus dihitung dulu. Di hitung untung ruginya secara Politik. Kapan ambil keputusan maju tidaknya di pilgub DKI ini? Masih proses. Tak mungkin sehari dua hari selesai. (dikutip dari harian Indopos, 13/12) Wow...tentu ini berita baru, yang tentuMasyarakat Solo ada yang sudah tahu dan ada yang belum tahu dengan kabar ini. Oleh karena itu, maka pilihanku langsung membeli koran ini. Setelah itu Aku mencari angkutan umum untuk menuju ITC serpong. Akhirnya kudapatkan juga angkot menuju ITC, aku pun dapat tempat duduk di depan Pak supir. Sambil kubaca berita koran tadi, yang ditulis bersambung ke halaman 11, lalu ku balik koranku. Aku pun sempat diingatkan pak Supir, karena koran yang kubaca menghalangi pandangan spion mobil sebelah kiri. Aku pun minta maaf pada pak supir, lalu kulanjutkan lagi membacanya dengan cara koran kulipat separo sehingga tidak menghalangi pandangan Pak supir angkot. Selesai membaca aku pun mencoba sms temanku, dengan maksud untuk konfirmasi akan kebenaran hal itu. Sambil menunggu balasan dari temanku, koran yang sudah kubaca lalu kulipat dan kumasukkan dalam tas rangselku. Aku mulai konsentrasi melihat suasana sepanjang jalan di Cikokol pagi yang mendung. Perjalanan yang macet, tidak beda dengan di jakarta. Tangerang, 13-12-2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H