Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan: Benarkah Kita Menyukai Hal yang Istimewa?

4 Juli 2016   10:29 Diperbarui: 4 Juli 2016   10:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar:

Banyak orangtua yang berharap anaknya di sekolahan menjadi rangking kelas, naik kelas dan lulus sekolah dengan nilai yang istimewa. Banyak pula para pengusaha yang menginginkan perusahaannya mencapai laba yang tinggi luar biasa, omzetnya meledak diluar yang ia duga. Banyak juga para mahasiswa berharap mendapatkan pekerjaan sesuai impiannya yang hebat dan mampu dibanggakan karena mendapat gaji yang tinggi dan menjanjikan, menggiurkan dan segera menjadikan dirinya kaya raya. Banyak orang bujang atau jomblo yang menginginkan pasangannya juga istimewa, tampan, cakep, sopan, bertanggungjawab, setia dan kaya raya. Tetapi apakah kita sudah berusaha menjadi pribadi yang juga istimewa, yakni menggunakan waktu yang istimewa, berada di tempat yang istimewa serta menciptakan peristiwa yang sama istimewanya?

Waktu istimewa:

Dalam konteks agama islam waktu istimewa terletak pada 1/3 malam terakhir disetiap harinya, pagi hari pada waktu shalat fajar, hari jumat di setiap pekannya dan bulan ramadhan selama satu bulan penuh pada setiap tahunnya, dan malam lailatul qadr.

Pertanyaannya, sudahkan kita setiap hari bisa bangun pagi untuk melaksanakan dua rakaat shalat sebelum shalat shubuh setiap harinya (shalat fajar)? Apakah kita tidak sering kesiangan ketika bangun pagi? Dalam islam bangun tidur kesiangan adalah bukan karena ia ketinggalan sekolah atau terlambat masuk kantor atau telat masuk kerja, tetapi apakah sudah melaksanakan shalat shubuh di wakru shubuh? Shalat shubuh di awal waktu. Bukan shalat shubuh sesuka hatinya. Bagaimana jika malaikat juga berbuat sesuka hati kepada kita?

Sudahkah kita mampu menjadi manajer yang handal untuk mengelola jadwal tidur kita? Jangan berharap anda akan mampu menjadi manajer istimewa jika mengelola waktu tidur anda belum bisa, apalagi mengelola waktu kerja anda! Sesungguhnya rasa kantuk itu tidak pernah ada kecuali tubuh kita sedang menderita sakit. Menderita sakit pun itu karena kita tidak bisa mengelola pola makan  dan pola istirahat kita. Orang yang bangun kesiangan itu karena tidaur terlalu larut malam bukan? Rasa kantuk muncul karena kita kurang tidur. Mengapa harus begadang jika tubuh kita tidak perkasa. Maka tidurlah secara lebih awal maka insyaallah kita juga bisa bangun diawal waktu yakni pada 1/3 malam terakhir untuk mendirikan sahalat tahajjud. Orang yang mendirikan shalat tahajjud dengan sabar dan rutin maka doanya tidak akan ditolak, maka doanya pasti diterima oleh Allah Swt.

Pada bulan ramadhan setiap amalan selalu dilipatgandakan pahalanya. Sudahkah kita mengoptimalkan menabung pahala melalui amalan di bulan ramadhan? Apakah ketika ramadhan berlalu perilaku kita sudah makin istimewa? Apakah ketika ramadhan berlalu hati kita senang atau sedih karena perpisahan dengannya? Boleh senang karena telah melakukan amalan yang lebih baik dari ramadhan tahun yang lalu, tetapi juga boleh sedih karena gagal atau apakah kita masih diberi waktu berjumpa dengan ramadhan pada tahun berikutnya? Karenanya selam nyawa masih dikandung badan berbuat baik jangan ditunda-tunda, berbuat baik jangan dihitung-hitung hingga kesempatan berlalu dan nyawa dicabut tanpa kita mengetahui kapan waktunya. Lihatlah bagaimana shalat tarawih kita? Bagaimana tadarrusan kita?Bagaimana I’tikaf kita di masjid? Dan lihatlah bagaimana perilaku kita pada pasca ramadhan?  Bagaimana puasa syawal enam hari kita? Bagaimana puasa senin-kamis kita? Dan seterusnya.

Bagaimana penggunaan waktu “antara adzan dan iqamah” di dalam masjid,  dimana waktu ini termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa? Bagaimana sikap kita ketika hujan mulai turun, apakah kita berdoa atau malah mengumpat karena adanya hujan? Sungguh orang yang banyak ngobrol di antara waktu adzan dan iqamah adalah orang yang tidak akan mendapat tambahan doa yang mustajab, dan ini bukanlah ciri-ciri orang yang cinta keistimewaan. Orang yang mengumpat datangnya hujan adalah musuhnya Allah, karena hujan adalah rahmat Allah untuk seluruh bumi dan seisinya, dimana air merupakan sumber kehidupan.

Tempat istimewa:

Masjid adalah rumah Allah di muka bumi, sudahkah kita rajin datang di tempat yang istimewa ini? Jangan berharap Allah akan datang ke rumah kita jika kita tidak pernah dating ke rumah Allah. Sudahkah kita menabung untuk mengunjungi Baitullah (ka’bah) di kota suci mekah? Bagaimana rasa semangat kita jika dibandingkan dengan keinginan kita menabung uang untuk membeli rumah besar dan mobil mewah? Mana yang kita dahulukan? Betapa hinanya kita, jika cita-cita dan upaya ke Baitullah tidak pernah ada, masih pula ke masjid yang berada di dekat tempat tinggal kita juga tidak rajin mengujunginya. Beginikah cirri-ciri orang yang menyukai keistimewaan?

Peristiwa istimewa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun