Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDI-P Menjadi Guru Politik

1 Desember 2014   00:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:25 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepuluh tahun sebagai partai di luar pemerintahan yang tidak berkoalisi sama sekali, serta seringnya partai ini menolak kenaikan BBM dan walk-out saat sidang-sindang di DPR-RI menjadikan partai ini pantas untuk ditiru oleh kolega dan rival bersaingnya selama ini.


  1. Golkar dan Aburizal Bakri menjadi contoh nyata yang membawa partainya berada diluar pemerintahan, mengambil posisi ketika PDI-P berhadapan dengan pemerintahan SBY dan partai demokrat. PDI-P dan pendukungnya tidak boleh melarang dan marah pada golkar yang memilih jalur di luar pemerintahan seperti PDI-P dulu telah memberikan contoh.
  2. Partai demokrat walk-out ketika voting pemilihan pimpinan DPR-RI, sehingga kubu PDI-P dan KIH menjadi kalah, juga merupakan contoh yang nyata sebagai turunan (derivat) langkah PDI-P yang jika ada masalah sering memilih walk-out, dan partai demokrat mampu memainkan permainan ini dengan cantik, sebagaimana PDI-P dahulu merasa cantik saat melakukan walk-out setiap kali beda pandangan di DPR-RI.
  3. KMP yang terdiri dari partai golkar, gerindra, PPP, PD, PAN dan PKS pun meniru langkah PDI-P dalam menolak kenaikan harga BBM. Masa turun di jalan untuk demo anti kenaikan harga BBM atau demo anti menarik subsidi BBM atau anti pengalihan subsidi BBM ke sektor lainnya.
  4. Memang PDI-P mampu memenangkan kadernya sebagai Presiden pilihan rakyat, namun PDI-P lupa bahwa suara mayoritas di parlemen dikuasai oleh KMP.
  5. Nampaknya PDI-P belum bisa belajar memetik hikmah atas masa lampaunya. Terbukti ketika kalah voting di parlemen malah membuat parlemen tandingan (DPR-RI tandingan). Ini malah memicu konflik semakin berkepanjangan, yang justru merugikan pemerintah.
  6. PDI-P dengan segala strateginya nampaknya lebih bisa meraih simpati suara rakyat (dengan ikon wong cilik), namun sayangnya begitu angkuh dalam membangun komunikasi kepada elit parpol. PDI-P mengabaikan suara kolega atau rival politik, dimana dalam politik berlaku sistem voting yakni one man one  vote (dalam pilpres, pileg maupun dalam pengambilan keutusan di parlemen).


Saran saya : Ada lima hal yang perlu diperhatikan oleh PDIP, jika ingin langgeng memegang kekuasaannya di pemerintahan kali ini, yakni : (1) Bangun komunikasi politik antar elit partai secara santun dan tidak angkuh (2) Jangan menggunakan politik adu domba. Cara ini adalah cara yang culas, sehingga yang terjadi tidak melemahkan kekuatan lawan namun malah dapat memasukkan sebagian kader lawan ke dalam pemerintahan PDIP. (3) Lakukan silaturahmi tanpa merasa malu. Tidak akan bisa memimpin negara yang besar hanya dengan sedikit kawan. (4) Kepada rakyat meminta maaf atas kenaikan harga BBM yang tidak bisa dihindari karena siapapun presidennya pasti akan menaikkan BBM, dan tidak ada presiden di Indonesia yang tidak pernah menaikkan harga BBM. (5) Sekalipun golkar pecah kemudian akan muncul golkar tandingan di munas Bali, hal ini tidak mempengaruhi KMP, karena golkar tandingan sebagai partai baru belum memiliki wakilnya di parlemen. Runtuhnya KMP jika golkar yang rsmi pindah ke KIH, karena golkar yang sah sebagai pemegang suara terbesar di dalam KMP.

Jayalah PDIP dan parpol lainnya di Indonesia, dan majulah Negara dan Bangsa Indonesia.

Yogyakarta, Minggu, 30 Nopember 2014

Teguh Sunaryo

HP : 085 643 383838

.....................................

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun