Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Makin Kagum dengan SBY

23 September 2016   07:08 Diperbarui: 23 September 2016   07:23 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terlalu banyak orang di muka bumi ini yang saya kagumi karena kehebatannya. Pada kesempatan ini saya ingin menuliskan kekaguman saya kepada bapak SBY Presiden RI Tahun 2004-2009 dan Tahun 2009-2014.

Kekaguman pertama: 

Ketika SBY mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam di era pemerintahan Megawati yang menjadi presiden karena Gus Dur di tumbangkan oleh MPR-RI. Saat itu SBY menjadi menko yang posisinya sangat strategis dan prestisius. SBY justru mundur secara terhormat daripada berseteru dengan bosnya sendiri di pemerintahan Megawati.

Kekaguman kedua:

Setelah mundur justru mendirikan parpol, dimana citra parpol dan citra tokoh militer ketika itu sangatlah buruk. Image miiter kala itu tidak lebih baik dari pada image militer sebelum reformasi dan setelah reformasi. Itulah mengapa orang sehebat Wiranto pun kandas menjadi RI-1. SBY sangat cermat dan percaya diri.

Kekaguman ketiga:

Putranya beliau (SBY) yakni Mayor Agus Yudhoyono, diminta menjadi cagub DKI sekaligus mengundurkan diri di karir militernya. Karir Agus masih sangat terbentang luas untuk menapaki menjadi Jenderal. Agus masih muda dan mengikuti pendidikan di Amerika dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak orang yang menyayangkan dengan langkah ini. Sebagian orang menilai bahwa Agus sebaiknya kelak dicalonkan sebagai RI-1 saja.

Kekaguman keempat:

Menjadi presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyatnya, bahkan selama dua periode.

Itulah empat kekaguman saya kepada bapak SBY diantara tokoh lainnya yang saya kagumi dan diantara kelemahan yang dimiliki oleh setiap orang tentunya.

Catatan saya untuk pak SBY kali ini adalah:

  1. Mengapa tidak menggandengkan Agus Yudhoyono dengan ustadz Yusuf Mansur yang sudah memiliki banyak masa di DKI maupun di seluruh Indonesia? Untuk mengelola DKI hanya membutuhkan kejujuran, ketegasan dan ketepatan pengambilan keputusan. Sedang masalah administrasi pemerintahan tidak harus diembankan oleh seorang gubernur atau seorang wakil gubernur. Kelak jika sudah dipilih bisa dipercayakan pada sekda  dan atau para walikotanya dan atau kepala suku dinasnya.
  2. Persolannya sekarang adalah bagaimana Agus bisa terpilih (bukan bagaimana Agus bisa bekerja), maka ia harus membutuhkan tokoh pendamping yang alim dan punya banyak masa dari pada tokoh yang punya banyak pengalaman pemerintahan. Karena roda pemerintahan yang menjalankan adalah para birokrasi bukan para politisi. Ini tidak berarti bahwa keahlian birokrasi tidak dibutuhkan. Pengalaman birokrasi justru sangat dibutuhkan tetapi stoknya sudah ada banyak dan itu sudah ada di dalam pemerintahan, maka kelak gubernur dan wagub terpilih tinggal menunjuk saja pejabat karir yang telah tersedia banyak di pemerintahan untuk dijadikan sekda atau kepala suku dinas atau para walikotanya.
  3. Mengapa tidak bekerja sekuat tenaga agar lawannya Ahok hanya satu pasang saja. 
  4. Mengapa tidak menggandeng Gerindra dan PKS? Atau mengapa Gerindra dan PKS tidak merapat atau mengandeng mereka? Tidak adanya kesepakatan antara poros cikeas (SBY) dengan poros hambalang (Prabowo) menggambarkan betapa sulitnya memperasutakan tokoh militer dan atau betapa sulitnya mengumpulkan tokoh Islam. Jika ini berkelanjutan maka tidak perlu heran jika kelompok minoritas (baik minoritas agamanya, minoritas partainya, minoritas inteletualnya, bahkan minoritas moralnya) dapat mengalahkan kelompok mayoritas. Karena suara kelompok mayoritas menjadi terpecah dan terbelah menjelma menjadi kelompok suara minoritas di bawah suara kelompok minoritas yang selama ini ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun