Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Kasus Mario Teguh, Tidak Ada yang Aneh

13 September 2016   15:28 Diperbarui: 13 September 2016   15:37 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup tidak selamanya sukses, dan hidup tidak selama lapang. Lantas apa yang aneh jika ada orang yang gagal dan sedang mengalami kesulitan? Yang aneh adalah jika selamanya hidup ia gagal dan selamanya hidup ia tidak jujur.

Perceraian adalah hal yang lazim terjadi. Ia dialami oleh sebagian orang. Yang sukses dalam pernikahan ada dan yang gagal juga ada. Yang terpenting adalah bagaimana bisa bangkit dari kegagalannya.

Manusia hidup selalu diuji oleh Allah, maka bukan persoalan bentuk ujiannya yang dipermasalahkan tetapi bagaimana cara menyelesaikan (menjawab) ujian tersebut. Dan ujian hidup masing-masing kita tidaklah sama dalam kurun waktu yang sama, bahkan tidak sama dalam tempat sama sekalipun.

Saran untuk kasus ini:

  1. Ibunya Ario Kiswinar (mantan istri Mario Teguh yakni ibu Ariyani) mestinya ikut bicara, karena dia lah yang melahirkan dan melakukan hubungan suami-istri dengan pria yang kemudian menjadi bapak asli dari si jabang bayi.
  2. Melakukan tes DNA yang dilakukan oleh tim medis yang netral dan diumumkan secara terbuka. Perlu diumumkan secara terbuka karena melibatkan tokoh publik (public figur), sehingga jika tokoh tersebut tidak bersalah maka menjadi media kesaksian yang bersifat terbuka pula, sehingga nama sang tokoh menjadi bersih kembali tanpa kecurigaan sedikit pun.

Jika kedua hal ini dilakukan maka kasusnya tidak akan bertele-tele. Bahwa kemudian tidak terbukti benar, maka masyarakat tidak boleh mencurigai Sang Motivator Mario Teguh. Namun jika terbukti bahwa anak tersebut adalah benar anaknya pak Mario Teguh, maka itulah kenyataannya dan biarlah antar mereka saja yang menyelesaikan perkaranya, misanya melalui perundingan kekeluargaan. Bukankah kata maaf tercipta untuk tujuan mendinginkan suasana dan menciptakan perdamaian? Namun jika tidak bisa maka bisa memilih melalui jalur hukum positif (lembaga pengadilan).

Jika tidak terbukti benar maka masyarakat jangan menghukum orang yang tidak bersalah. Tetapi jika terbukti bersalah, maka biasanya sanksi sosial akan segera bekerja, bahkan terkadang belum terbukti bersalah saja sebagian masyarakat sudah menghakimi.

Sungguh dengan kasus ini, jiwa motivasi pak Mario sedang diuji ketangguhannya. Sedangkan masyarakat pun sedang diuji sikap adilnya dan sikap tegasnya (Bukan sikap kerasnya lho) terhadap idolanya.

Dengan kasus ini saya turut prihatin, semoga hal tersebut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, dan semoga pula yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, sehingga tidak ada fitnah dan kezaliman diantara anak Adam.

Wallahu a'lam bishawab.

Yogyakarta, Selasa 13 September 2016

Teguh Sunaryo

----------------------------------------------------

Kenal BAKAT sejak DINI lebih FOKUS mewujudkan PRESTASI.

----------------------------------------------------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun