Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengantarkan Anak Sekolah?

17 Juli 2016   17:30 Diperbarui: 17 Juli 2016   17:36 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang menteri pendidikan sibuk membuat edaran dan iklan himbauan untuk mengajak para orangtua siswa agar menyisihkan waktunya untuk mengantarkan anaknya pergi sekolah di hari pertama masuk ke sekolah. Ada iklan di TV dan di SMS.

Ini cuplikan himbauan KEMENDIKBUD di SMS yang masuk di ponsel saya: “Hadiah terbaik untuk buah hati adalah waktu Anda untuknya, sisihkan sejenak dan kita mulai dengan mengantarkannya di Hari Pertama Sekolah

Beberapa pertanyaan yang perlu disampaikan kepada pak menteri adalah:

  • Apakah menghimbau seperti ini adalah salah? Jawabnya tidak, tetapi apakah tidak ada pekerjaan penting lainnya dari pak menteri?
  • Apakah selama ini anak-anak tidak berani pergi sekolah sendirian?
  • Apakah selama ini, para orangtua sudah tidak peduli dengan anak-anaknya sendiri?
  • Apakah para orangtua di negeri ini sudah terlalu sibuk bekerja, sehingga pak menteri perlu menghimbau mereka para orangtua?
  • Apakah ada korelasinya antara anak yang diantar sekolah di hari pertama dengan prestasi akademisnya kelak? Jika ada korelasi posiitif mengapa himbauan diantar kok cuma sekali saja? Jika mengantar sekolah itu penting mengapa tidak dilakukan setiap hari? Jika mengantar sekolah itu tidak penting mengapa perlu dihimbaukan?
  • Mestinya, himbauan pak menteri itu terhadap hal-hal yang lebih penting dan ada dasar pijakannya, misalnya berdasarkan hasil research ilmiah, berdasarkan niat baik, yang sangat dibutuhkan oleh siswa dan keduaorangtuanya, bukan malah membebaninya. Karena ada juga anak yang jika diantar oleh kedua orangtuanya malah tidak mau.

Beberapa hal penting yang perlu diiklankan sebagai himbauan yang dapat meringankan beban siswa dan keduaorangtuanya adalah:

  • Anak-anak jangan sampai diberi beban pelajaran yang terlalu banyak sehingga tidak focus dalam belajarnya. Kami akan membuat kurikulum yang simple tetapi padat berisi.
  • Anak-anak jangan sampai membawa buku pelajaran yang lebih berat dari berat badannya!
  • Orangtua jangan kawatir, anak-anak sekolah sama sekali tidak ada biaya pungutan berupa apapun juga. Jika ada biaya pungutan laporkan kepada kami  ke nomor telpon…..
  • Wahai orangtua murid, laporkan kepada kami, jika anak anda tidak mendapatkan pinjaman buku pelajaran secara gratis.
  • Wahai orangtua murid, beli seragam sekolah tidak wajib disekolah, bisa beli sendiri-sendiri.

Mohon pak menteri pendidikan menjelaskan kepada rakyat, apa gunanya jika anak sekolah diantarkan oleh orangtuanya di hari pertama sekolahnya? Mohon dijelaskan juga apa akibatnya jika di hari pertama sekolah tidak diantarkan oleh orangtuanya?

Mohon pak menteri tenaga kerja dan pak menteri pendayagunaan aparatur Negara juga melakukan research, bagiamana jika para orangtua ijin terlambat masuk kerja secara serentak bagaimana dampaknya dengan pelayanan dan produktivitas kerjanya? Apakah antar mentri sudah saling berkoordinasi? Janganlah menjadi menteri mereduksi pekerjaan menteri lainnya.

Himbauan seperti ini (mengantar sekolah dihari pertama) terasa aneh bagi saya, karena ibu saya tidak bekerja di luar rumah dan bukan sebagai employe, bukan sebagai pegawai, bukan sebagai buruh yang bekerja pada orang lain. Demikian juga ibu mertua saya, istri saya, dan anak perempuan saya. Sehingga anak-anaknya ada yang berangkat sekolah pergi sendiri secara mandiri, dan ada yang diantar oleh ibu setiap hari yaitu ketika masih sekolah di taman kanak-kanak dan ketika SD.

Tidak ada jaminan suami istri yang keduanya sama-sama bekerja menjadi lebih kaya jika dibandingkan dengan yang hanya suaminya saja yang bekerja sendirian saja. Dan tidak ada kepastian bahwa jika dalam satu keluarga yang bekerja hanya suaminya saja maka akan hidup miskin dan terlunta-lunta. Kewajiban mencari nafkah ada pada suami. Sementara pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh seorang istri sangatlah berat yakni melayani suami dan anak-anak, maka jangan bebani istri dengan pekerjaan tambahan mencari nafkah diluar rumah. Jangan samapi istri yang cerdas malah melayani orang lain yang bukan muhrimnya, sementara pelayanan kepada suami dan anak-anaknya malah didelegasikan kepada pembantu rumahtangga yang kualitasnya lebih rendah dari dirinya. Berikan kasih sayang bunda sepenuhnya kepada anak-anak anda dan suami anda. Ini mestinya pesan seorang menteri pendidikan kepada para orangtua di seluruh Indonesia.

Semoga bermanfaat, dan jika tidak berkenan mohon dimaafkan.

Salam sejahtera keluarga Indonesia. Salam cerdas pelajar semuanya. Aamiin YRA.

Yogyakarta, Minggu, 17 Juli 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun