Mohon tunggu...
Dicky Yusmandari Putera
Dicky Yusmandari Putera Mohon Tunggu... -

Mahasiswa IT Telkom, Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mulai Punahnya Sang Pemimpin Itu

20 Januari 2014   04:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan yang sebelumnya, tulisan kali ini sangat bertolak belakang. Pada tulisan sebelumnya gw justru lebih mencoba mendalami dan mengangkat perkataan nurani sang tokoh agar tidak sepenuhnya dinilai salah dari dasar diri dan niatnya, walaupun belum tentu juga begitu. Kali ini justru sang tokoh lah yang dengan sukses membuat gw tergugah untuk memberikan kritikan keras atas apa yang dilakukannya dan berujung pada pemikiran-pemikiran yang terus menyudutkannya. As you know, apa yang sering muncul di layar televisi kita? Berita apa yang sedang menjadi trending topic sehingga sering tayang di televisi? Yup, banjir everywhere. Jakarta yang sudah terkenal dan jadi langganan bencana banjir tiap tahunnya, disusul dengan kabar dari Manado dengan banjir bandangnya, serta Tanah Karo dengan kabar Erupsi Sinabungnya yang membuat 25.000 penduduk radius +- 5 km mengungsi dan merelakan lahan persawahan dan ladangnya habis diraup debu vulkanik. Atas kejadian-kejadian tersebut media sudah memberitakan, namun bukan hanya sekedar memberitakan dan memberi informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia, tetapi agar pemerintah bertindak cepat, bukan cuma untuk mengatasi bencana itu, tetapi memberikan SEDIKIT PERHATIANNYA kepada para korban karena mereka ingin pemimpinnya dekat dengan mereka kala ditimpa musibah seperti ini. Kalau ditinjau satu persatu, banjir Jakarta merupakan pemberitaan langganan yang tak kunjung habis. Tetapi justru malah pemberitaan ini yang paling sering disorot mata kamera para media. Dengan menggembar-gemborkan penanggulangannya kepada pemerintah (menyudutkan blusukan jokowi yang tak berpengaruh apa-apa)  padahal penyebab yang sebenarnya adalah masyarakat sendiri.Perlu kita ketahui bahwa cakupan wilayah yang terkena banjir Jakarta di tahun ini jauh lebih sedikit/kecil dari tahun sebelumnya walaupun titik ketinggiannya terbilang parah. Jadi jangan hanya bisa menganggap dan mengatakan bahwa masa kepemimpinan si A gagal, tak berubah/begitu-begitu juga, atau apalah itu. Masyarakat juga lah yang harus bisa peduli dan tanggap dengan lingkungannya. Nah yang menjadi pusat perhatian gw pada pemerintah ialah dengan pemberitaan Sinabung. Mungkin sudah sebulan parakorban  berada di tenda-tenda pengungsian yang serba apa adanya. Tapi kita lihat sama-sama, adakah pemerintah pusat kita bertindak cepat mengusut bencana ini? Ya mungkin kalau penyebabnya yang diusut tidak memungkinkan juga untuk segera ditangani, tapi justru para korban lah yang perlu diberi perhatian khusus. Belum ada sampai ke telinga gw kedatangan anggota DPR/MPR yang landing ke Medan untuk berkunjung melihat para korban, apalagi Presiden kita. Sangat disayangkan, para korban sudah menantikan kedatangan mereka sebulan lamanya, tapi apa? Para penguasa negara kita justru sedang menyibukkan dirinya masing-masing untuk nyaleg. Yah mungkin wajarlah ya, anggaplah itu wajar, tapi Presiden kita kemana? Ibu Negara kita yang katanya begitu lembut dan perhatian kenapa masih belum merepotkan dirinya dengan kabar ini? Oh mungkin sedang sibuk bermain dengan cucu-cucunya. Ternyata tidak kawan, terakhir mendapat berita bahwa presiden sedang ada kunjungan kerja ke Bali. Oke fine, kita lihat. Kunjungan kerja atau agenda apapun itu pastinya sudah diatur dan dijadwalkan pada jauh-jauh hari bukan? Ya emang gak salah kalau sesuai jadwal, tapi coba lihat, ini bencana, sifatnya mendadak, gak seorang pun yang mau menjadwalkannya. Seharusnya hal-hal yang bersifat darurat seperti ini bukankah sejenak didahulukan demi kepentingan masyarakatnnya sendiri? Sekali lagi gw bilang, sangat disayangkan. Kemana larinya ketegasan Presiden kita? Udah tidak ada mungkin, udah jadi kelembutan-kelembutan yang dituangkannya lewat bait-bait lagu karyanya. Bukan itu saja kawan, Sang Ibu Negara justru asik dengan akun media sosial (instagram) dan kameranya yang seharga puluhan juta itu. Ketika ada banyak masyarakat yang mempertanyakan sikapnya terhadap bencana ini, justru dia tidak terima dan seperti enggan mempedulikannya. Dia terus saja sibuk dengan kamera dan instagramnya. Sampai ada salah seorang pengungsi yang membuat catatan mengenai kekecewaan para korban atas kesigapan dan perhatian pemerintah, khsusnya ibu Ani. Mereka mengungkapkan semua kesedihan dan kekecewaan mereka lewat catatan itu. Alhamdulillah sudah dibaca lebih dari tujuh ribu masyarakat. Mereka sudah tak mengharapkan bantuan nasional dari pemerintah, dan meminta agar bencana itu tidak dijadikan bencana nasional. Mereka sudah sangat murka terhadap Presiden dan ibu negara kita. Dimana letak pikiranmu wahai penguasa negara? Dimana hati nurani kalian koruptor? Mentang-mentang menjelang pergantian periode pemerintahan jadi semuanya pada sibuk memulai persaingan untuk menguasai negeri ini? Semoga sikap dan sistem seperti ini suatu saat bisa terputus rantainya. Entah kapan pun itu, setidaknya bisa merubah bangsa Indonesia ini ke arah yang sebenar-benarnya tercantum di alinea ke-4 UUD 1945. Wahai kaum muda, inilah tugas kita! #UntukParaKorban #Untuk_Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun