Mohon tunggu...
Dini Widya Herlinda
Dini Widya Herlinda Mohon Tunggu... -

Pena: Widya Karima

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masih Kurangnya Radiografer di Bengkulu

22 Desember 2015   13:59 Diperbarui: 25 Desember 2015   01:02 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bengkulu provinsi yang memiliki 9 kabupaten dan 1 kota: Kota Bengkulu, Kab. Bengkulu Selatan (Manna), Kab. Kaur, Kab. Rejang Lebong (Curup), Kab. Seluma, Kab. Muko-muko, Kab. Benteng, Kab. Kepahiyang, Kab. Lebong, dan Argamakmur. Kesemua kota ini memiliki sekitar 15 rumah sakit, puskesmas, dan klinik radiologi. Namun, sumber daya manusia radiografer masih kurang.

Radiografer itu adalah tenaga penunjang medis. Menurut meneteri kesehatan (2007), radiografer adalah tenaga kesehatan yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan kegiatan radiografi dan imejing di unit pelayanan kesehatan.

Bicara tentang radiografer, ceritanya teman saya mau ikut tes CPNS di Bengkulu. Waktu itu formasinya masih dua_di rumah sakit tipe C di Kepahiyang. Tapi, yang daftar cuma dia. kan otomatis dia langsung diterima jadi CPNS waktu itu. Belum lagi saya pernah ditawari jadi radiografer di RS Bhayangkara Jitra Polda Bengkulu, waktu itu, baru saja saya melamar menjadi karyawan PHL, karena waktu itu belum ada pembukaan CPNS, saya langsung diterima kerja di sana tanpa ba bi bu lagi. Saya sempat tercengang. Lalu setelah dua minggu berlalu, saya ditelepon RS Rafflesia Bengkulu untuk menjadi radiografer di sana. Alhasil, saya bilang saya sudah diterima kerja di RS Bhayangkara. Harusnya waktu itu saya ambil saja double job.

Ketika ada penerimaan pembukaan CPNS lagi, tetangga saya bilang kalau mau, jadi radiografer saja di RSUD Rejang Lebong. Katanya bisa langsung diterima. Namun, saya lebih memilih melanjutkan kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi hingga kini masih di dua pertiga masa S2. Kata teman saya di kampus, kamu bisa temanin saya kerja di Ambon. Niscaya kamu akan diterima langsung jadi CPNS di sana. Karena kejauhan, dan karena Bengkulu saja masih harus memasok radiografer, saya memilih tetap melanjutkan kuliah dan bekerja dulu. Alhasil, sampai sekarang saya belum jadi PNS. Kata teman saya yang di Jakarta, “Ngapain jadi PNS? Swasta saja lah.” Entahlah.

Belum lagi Bengkulu mengalami pemekaran kabupaten/kota, yaitu Benteng. RSUD Benteng pun masih kekurangan sumber daya manusia radiografer hingga saat ini.

Saya berpikir, radiografer itu sebenarnya banyak, tetapi belum terdistribusi dengan merata. Sekolahannya saja sudah ada sekitar 15 kampus di seluruh Indonesia. seperti ATRO Poltekkes Jakarta II, ATRO Poltekkes Semarang, ATRO Universitas Airlangga, ATRO Padang, ATRO Bekasi, ATRO Nusantara, ATRO Medan, ATRO Yogyakarta, ATRO Palembang, ATRO Widya Husada, ATRO Aceh, ATRO Banjarmasin, ATRO Makassar, ATRO Bali, dan ATRO lainnya yang akreditasinya masih banyak yang C, bahkan belum terakreditasi.

Hal di atas juga menandakan bahwa masih banyak dosen tetap yang masih diperlukan untuk mengajar di ATRO-ATRO. Artinya, sumber daya manusia tenaga pengajar pencetak radiografer di Indonesia ini masih kurang.

Hal inilah yang menyebabkan saya berpikir bahwa, sekolahlah yang tinggi-tinggi, minimal S2 untuk menjadi seorang tenaga pendidik di ATRO. Hal ini dapat meningkatkan sumber daya manusia pencetak generasi radiografer di Indonesia.

Menurut Ilyas (2004), ada beberapa langkah dalam menganalisis persediaan SDM, meliputi jumlah dan jenis tenaga yang ada, jumlah personel yang keluar karena meninggal, pensiun, pindah, dan tugas belajar, serta jumlah personel yang masuk karena pindah dari tempat lain dan aktif kembali. Namun, gambaran pasokan tenaga radiografer saja masih sulit di bengkulu, terutama sekarang tenaga profesi sonografer atau radiografer ahli CT Scan dan MRI. Boro-boro mau menganalisis berapa jumlah tenaga SDM radiografer yang diperlukan, tetapi radiografer-nya sendiri tidak ada di Bengkulu. Belum lagi bila kita membicarakan tentang radiolog, lebih parah lagi pasokan sumber daya manusianya.

Tapi tak perlu begitu khawatir, para radiografer muda juga bisa menjadi seorang pengusaha di bidang pendidikan radiografi. Kita bisa mendirikan ATRO-ATRO lain yang menyebar di seluruh pelosok wilayah Indonesia untuk memasok radiografer yang memadai hingga ke seluruh pelosok Bengkulu.

Ingat kan di pelajaran pendidikan kewarganegaraan, kita bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik dengan jurusan kita masing-masing. Kalau kita seorang radiografer, kita bisa mengabdi sebagai radiografer yang tidak musti hanya berkumpul di wilayah Jabodetabek, yang orang Bali cobalah pulang ke Bali. Mahasiswa yang orang Kalimantan misalnya, cobalah kembali ke Kalimantan untuk membangun negeri ini supaya pasokan radiografer ini tersebar merata di seluruh Indonesia. bukan hanya di Jakarta saja atau di Bekasi. Dan mahasiswa asal Bengkulu, marilah kita pulang jua pada waktunya untuk membangun Bengkulu, tanah kelahiran kita. Tapi, pulang ke Bengkulu mustinya membawa ilmu yang tinggi, lalu kita sama-sama bangun ATRO Bengkulu. Setuju?! J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun