Tulisan ini diawali dari pertanyaan Apakah Tujuan Hidupmu? dan inilah respon yang diberikan: Socrates called his daemon, it was an inner voice that stopped him when he was trying to take advantage of someone... Why don't we just assume that we do have some internal compass?" kemampuan manusia dewasa menentukan baik dan buruk sudah ada dalam dirinya. Belajar dari yang dialami oleh orang-orang disekelilingnya dan berfilosofi sehingga memiliki kebijakan berpikir. Etika Normative pastinya akan terbangun dengan kesadaran penuh dimana manusia menjalin kerjasama yang baik dalam membentuk sistem moral dalam masyarakat.
cukup saya renungkan dengan sangat lama sampai tiba pada kalimat-kalimat tersebut. Lalu apakah tanpa menghadirkan reward and punishment surga neraka kita bisa bermoral? jawabnya: tentu saja. Menjadi manusia dewasa tentunya dihadapkan pada pilihan, konsekuensi logis dari apa yang kita pilih dan perbuat sampai pada kedewasaan memahami hakikat sesuatu. Ide Surga dan Neraka sepertinya tidak bisa disebut pendewasaan cara pandang jika diibaratkan anda memberikan permen pada anak kecil untuk berbuat baik sedangkan akan mencubitnya bila melakukan kesalahan. Jika sedikit kita berikan analisa secara logis, manusia dewasa dengan kemampuannya menelaah dan mengkaji pemikiran tentunya sudah tahu kalau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain akan otomatis merugikan diri sendiri. Untuk pertanyaan berikut: Lalu standarnya apa? Saya tertarik dengan kalimat yang dikemukakan oleh Hitchen berikut ini: "I think our knowledge of right and wrong is innate in us. Religion gets its morality from humans. We know that we can't get along if we permit perjury, theft, murder, rape, all societies at all times, well before the advent of monarchies and certainly, have forbidden it...Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H