Tangis awalmu memang tak kudengar, karena aku memang tak di situ. Kuterbang mancacah angkasa menjumput bahagia kehadiranmu. Kudekap kau begitu mungil begitu rapuh, tapi senyum kecilmu membuat kuyakin kehadiranmu, mata kecilmu menatapku lugu dengan kerdipan lambat menambah rasaku, kucurahkan segenap bahagia dan cinta kepadamu. Dan haripun berlanjut.........................
Kau tetap tergolek, mungil bergerak lincah, kau duduk, kau tertatih, lalu kau tegap dengan sepenuh keluguan, berlari, bermain, celotehmupun makin membuat kubangga, di sana banyak kupendam harap. Dan haripun berlanjut..................................................................
Matahari atau bumikah yang berputar ? aku tak peduli. Dalam keseharian kita selalu bersama, bersenda, bercanda, memupuk masa depan, apapun yang ada hanya buat kamu, di sana banyak kupendam harap. Dan haripun berlanjut .....................................................
Do’a dan airmata tak pernah terhitung buat kamu, bahkan keringat dan harga diri rela kukorbankan buat kamu, memang demikianlah yang harus kulakukan untuk menggapai harapan buat kamu, semua tak pernah terlintas dibenak ini untuk suatu balasan, ikhlaspun tak pernah terbersit, karena memang seharusnya demikian kulakukan buat kamu. dan haripun berlanjut ...................................
Saatnya aku tak kuasa lagi atasmu, cukup dirimu kuhantarkan kedalam suatu kemandirian, dan kini kau sudah putuskan, keputusan yang sangat menyakitkan buatku. Ingin aku rela dan ikhlaskan keputusanmu, tapi mungkin ego-ku belum sampai disana. Kulepaskan kamu dengan pilhanmu, aku telah cukup menghantarkanmu. Dan haripun pasti akan terus berlanjut...........................................
Mei 2012