“Orang Betawi ketinggalan jaman…katenye…” Kate siape ? Kalau Orang Betawi lari ke pinggir Kota Jakarta, memang betul. Karena Jakarta dengan perkembangannya semakin membutuhkan lahan untuk membangun gedung-gedung perkantoran, mall, dll yang secara otomatis menggusur penduduk asli Jakarta yang harus melepas tanah mereka, entah secara sukarela atau ada “sesuatu”. Dan tergusurnya masyarakat asli Jakarta, yang orang Belanda zaman dulu menyebutnya Batavia (dan akhirnya jadi “Betawi”) memaksa mereka tinggal di pinggiran kota asli mereka, Jakarta.
Ketergusuran orang Jakarta (Betawi) berakibat pula pada kebudayaan mereka yang ikut hengkang dari Jakarta, tapi sebagai anak Betawi asli saya cukup berterima kasih kepada pemerintah DKI Jakarta yang telah berusaha untuk melestarikan "Orang Betawi dan kebudayaannya", yang semula direncanakan di daerah Condet dan kemudian Srengseng Sawah dijadikan Situs Budaya Betawi, maka di tempat itulah kita dapat melihat peninggalan-peninggalan orang Betawi, walau tidak persis sama tapi paling tidak mirip-miriplah. Saya kebetulan tidak faham benar soal sejarah asli Betawi, tapi kecil dan remaja saya berada di lingkungan asli Betawi, maka sepertinya akan lebih asyik kalau saya bercerita lewat gambar saja tentang Situs Betawi "Setu Babakan" yang baru sempat saya kunjungi minggu kemarin :
Gerbang Masuk Setu Babakan "Pintu Bang Pitung"
Rumah Kebaya
Sentuhan Modern Rumah Betawi
Melestarikan Musik Betawi "Gambang Keromong"
Pelestarian, harus dilakukan
"Ngigel" ala Betawi
Next Generation
Sedari kecil belajar
pelestarian
Pengabdian Sang Pelatih Tari Betawi
Wisata Air Setu Babakan
Setu Babakan