Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Retak di Dalam Senyap

14 April 2025   10:53 Diperbarui: 14 April 2025   18:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Retak di Dalam Senyap | pixabay

Dua hari berlalu tanpa berita. Tanpa catatan kecil. Tanpa tatapan dari seberang pagar.

Baru pada hari ketiga, saat Nora sedang membagi jatah bubur untuk anak-anak, seorang bocah lelaki, Rafa, cucu dari Ibu Lani, berlari mendekatinya sambil membawa selembar daun kering.

"Ada ini di lipatan kantongku waktu aku ambil sisa roti dari tong belakang," katanya.

Nora membuka daun itu dengan hati-hati. Di balik urat-uratnya yang rapuh, ada torehan tipis menggunakan arang:

"Hari ini tanganku luka, tapi pikiranku masih penuh kamu. Jangan hilangkan aku dari doamu. -- P."

Air mata Nora mengalir sebelum ia sempat menahan. Ia menyembunyikan wajahnya ke balik ember, pura-pura mengelap tangan.

Malamnya, Nora duduk di sisi ranjang dengan tangan gemetar. Di luar, suara tongkat penjaga menghantam tanah pelan-pelan, seirama langkahnya yang rutin. Di dalam pikirannya, suara lain terus berdengung: bisikan Pambudi, tatapan Suster Theresia, bayangan tentang waktu yang semakin kejam.

Ketika semua orang sudah tidur, ia mengambil kertas lusuh dan menulis dengan potongan arang:

"Aku tidak akan berpaling. Tapi aku juga tidak bisa menunggu tanpa berbuat apa-apa. Jika ini waktunya bertarung dalam diam, aku memilih diam yang melawan."

Ia melipatnya kecil-kecil, dan menyelipkannya ke bawah piring logam bekas yang biasa diantar bocah lelaki itu ke dapur luar.

Keesokan harinya, penjagaan diperketat. Dua orang interniran dari barak sebelah dibawa keluar karena ketahuan menyelundupkan pesan. Salah satu dari mereka dipukul di depan umum sebagai peringatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun