Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Senior Tempramen Preman Tidak Harus Dipatuhi

29 April 2014   02:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kembali seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara bernama Dimas Dikita Handoko (19) tewas akibat dipukul dan dikeroyok secara serampangan oleh seniornya bernama Angga, Fachry dan Adnan. Hebatnya, pemukulan keroyokan itu dengan berkali-kali tendangan-terjangan, berbagai pemukulan di-uluhati serta beruntunnya penamparan keras kepada Dimas (korban) sehingga terjatuh dan pingsan lalu tewas. Bagaimana bisa keberutalan para senior mahasiswa dari sekolah tinggi, terpelajar, tega menghabisi juniornya. Artinya para mahasiswa senior ini, selama mereka mengikuti pendidikan sejak SD, SMP, SMA hingga STIP, tidak mampu membentuk kepribadian terpelajarnya mereka.

Menurut Merdeka.com, Dimas sebagai taruna tingkat pertama STIP dinilai  oleh para seniornya Angga, Fachry dan Adnan tidak partisipatip, tidak tanggap disaat berhadapan dengan para seniornya. Justru bagian dari penilaian ini berkaitan dengan pemanggilan diluar jadwal terhadap 11 junior ketempat kost-nya Angga, akan tetapi yang datang Cuma 7 orang termasuk Dimas yang datang terlambat. Pada lingkungan kost-nya Angga inilah kemudian Dimas dikeroyok secara sadis, brutal dan keras. Seolah-olah Dimas dan keenam teman juniornya adalah hamba sahaya miliknya para Senior yang sedang berkuasa abai hukum dan bukan lagi dibawah kekuasaan STIP Marunda. Kasus ini jelas merupakan penganiayaan terencana kriminal berakibat kematian, karena sebelum ke-7 junior datang, Angga, Fachry dan Adnan sudah membuat perencanaan  pemukulan dan dilakukan diluar wilayah STIP. Perbuatan pelanggaran hukum ini, harus dipertanggung jawabkan serta dihukum secara berat dan setimpal sesuai UU yang berlaku. Kepada petinggi kampus yang mengizinkan dan memberi mandat pelaksanaan OSPEK juga harus dilakukan tindakan hukum yang berat.

Menjelang penerimaan mahasiswa baru, akan semarak berbagai model per-peloncoan atau katanya masa orientasi kampus dengan beraneka nama sebutan yang seolah-olah pengenalan pendidikan kampus seperti OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus), PPA (Program Pengenalan Akademik), PPSMB (Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru), PPKMB (Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru), LDKK (Latihan Dasar Kedisiplinan Kampus) entah apalagi nama lainnya. Semua kepanitiaan yang bermaksud pengenalan kampus ini, dibeberapa PT (Perguruan Tinggi), bisa berakhir dengan peristiwa tragis yang sangat memilukan. Lucunya, banyak mahasiswa dan mahasiswi masih berpendapat bahwa ospek dengan kekerasan masih bermanfaat. Katanya untuk memberi nuansa kesan mendalam antar mahasiswa senior dan junior disaat berakhirnya masa ospek, layaknya serasa baru selesai mengalami medan pertempuran. Apanya yang berkesan dan bermanfaat ? Tidak ada pengaruhnya yang sangat positif dari acara OSPEK ini bagi yang mengikutinya. Justru banyak mahasiswa yang saling tawuran berfriksi antar jurusan dalam satu kampus. Yang nyata adalah, mahasiswa-mahasiswi sekarang tidak sensitif terhadap permasalahan kekinian seperti kemiskinan masyarakat tidak adanya rasa empati dari para mahasiswa dalam berbagai permasalahan kenegaraan. Kalaupun ada hanya sebagian kecil dari mahasiswa-i. Bagi mahasiswa-i berpunya, yang nampak adalah berhura-hura dan pesta-pesta pamer mobil dan benda gadget, hedonisme memanfaatkan kekayaan orang tuanya.

Sangat disesalkan, Rektorat dari sebuah kampus malah menyerahkan kepanitiaan pengenalan kampus ini hanya kepada para Mahasiswa senior tanpa didampingi erat dengan beberapa dosen bidang terkait. Oleh karena itu, jika ada terjadi korban junior hingga meninggal dunia akibat adanya tindak kekerasan penganiayaan, pihak Rektorat atau manajemen tertinggi kampus harus bertanggung jawab penuh, karena telah memberi mandat pelaksanaan Ospek kepada beberapa mahasiswa seniornya. Biasanya, mahasiswa senior yang sangat sadis perlakuannya kepada junior disaat masa ospek, adalah mahasiswa yang bodoh (tidak cerdas) dan kurang berprestasi akademik dalam studinya di kampus akibatnya terjadi kompensasi psikologis berperilaku gagah-gagahan dan jago-jagoan.

Kepada seluruh calon mahasiswa PT dan akademi atau akademi kedinasan, yang akan mengikuti OSPEK, jika dalam pelaksanaannya tidak melibatkan para dosen pengajar secara langsung dan apabila dalam penyelenggaraannya terlihat berbagai tindak kekerasan, makian, hardikan kasar, sebaiknya para mahasiswa junior meninggalkan saja acara OSPEK tersebut sampai acara itu berakhir. Kemudian, anda masing-masing membuat berita acara OSPEK yang anda alami sendiri-sendiri tentang perlakuan kasar tersebut sebagai bahan awal kemungkinan adanya pengaduan kepada aparat penegak hukum. Karena, setiap acara OSPEK yang diselenggarakan pada berbagai kampus, tidak memiliki dasar hukum UU yang kuat, dan hanya memiliki mandat pelaksanaan dari Rektor atau Petinggi PT dan Akademi saja. Anda para junior mendaftar ke PT, Akademi atau Akademi Kedinasan tersebut lalu membayar uang pendidikan, adalah untuk belajar menggali ilmu yang ilimiah serta keterampilan yang diperoleh dari para dosen pengajar, bukan dari para mahasiswa senior.  Tidak sedikit, ada kaitan eratnya dengan materi OSPEK. Oleh karena itu, tinggalkan saja acara OSPEK. Sebaiknya, acara-acara seperti OSPEK ini diselenggarakan oleh manajemen PT, Akademi, Akademi Kedinasan dibantu oleh para mahasiswa senior jika masih diperlukan, sehingga lebih bisa dipertanggung jawabkan.

Penulis berharap setiap Akademi Kedinasan, sebagian pembiayaannya jangan ada lagi pembebanan kepada alokasi APBN Pendidikan yang 20%. Sudah selayaknya dan seharusnya Akademi Kedinasan dibiayai sepenuh dan seutuhnya oleh Kementerian Terkait yang berkepentingan. Selanjutnya harapan penulis, segala kegiatan yang bernuansa per-peloncoan seperti Ospek dan bentuk lainnya, dihapuskan saja disetiap PT, Akademi dan Sekolah Tinggi lainnya. (Ashwin Pulungan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun