Rakyat tidak akan mau membeli mobil sedan murah LCGC yang dicanangkan MS Hidayat sang Menteri Perindustrian RI jika jalan-jalan disemua perkotaan Indonesia masih berkondisi macet yang menjengkelkan. Kita semua heran mengapa seorang Menteri berpola pikir seperti orang yang tidak mengerti persoalan runyam yang telah lama terjadi dalam sistem transportasi Nasional perkotaan saat ini. Malah sang menteri MS Hidayat ngotot menjawab keresahan Jokowi terhadap pencanangan sosialisasi mobil sedan murah yang akan mengkibatkan kemacetan yang lebih parah dan nantinya semua jalan bisa stagnan macet semi permanen yang tak tersolusi.
Ternyata mobil sedan murah yang gigih di gembar-gemborkan Menperin MS Hidayat adalah hanya mobil bermesin konvensional ber-BBM fosil Pertamax dengan cc kecil berjenis city car yang akan dijual ke konsumen seharga pada kisaran Rp.80,- juta s/d Rp. 90,- juta. Apanya yang murah ??? Mobil murah ini adalah kendaraan bermesin terbaru yang hanya cocok memakai BBM merek Pertamax minimal. Jika memakai BBM Premium, mesin akan cepat mengalami kerusakan yang fatal. Selanjutnya, para pemilik nantinya akan berhadapan dengan jadwal maintenance ke service station tertentu yang harganya akan sangat mahal jika masa jaminan service sudah habis. Belum lagi jika ada aneka suku cadang yang aus atau rusak tentu harganya akan sangat mahal setelah kenaikan BBM sekarang ini. Jadinya apa dasar yang kuat sang Menperin MS Hidayat ngotot mengatakan "Kasih tahu Pak Jokowi, rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah harus diberi kesempatan bisa membeli mobil murah".
Bagi rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengahhanya dengan menggunakan sepeda motor saja selama ini, kemacetan tidak bisa dihindari, apalagi memakai mobil roda empat tentu akan lebih macet lagi. Jadi logika sang Menperin MS Hidayat bisa kita katakan sangat tidak cerdas dan sebenarnya ada rencana terselubung dibalik mobil murah ini adalah untuk secara bertahap mengganti mobil lama dan mungkin ada program pemerintah untuk pemusnahan mobil tahun lama tertentu dan mobil murah inilah sebagai penggantinya. Juga sekaligus pemerintah memaksa dan menekan konsumen pengguna mobil untuk membeli rutin BBM Pertamax jika konsumen memiliki mobil murah tersebut sehingga BBM Premium hanya untuk sepeda motor saja.
[caption id="attachment_278978" align="aligncenter" width="627" caption="Bus Umum seperti inilah yang dibutuhkan rakyat. Bus seperti ini harus diperbanyak disemua perkotaan Indonesia dengan ongkos sangat murah, termasuk Bus Sekolah murah/gratis. Bila ini diwujudkan Pemerintah, kita yakin banyak rakyat enggan menggunakan kendaraannya ketempat kerja atau kesekolah. Kualitas udara perkotaanpun akan membaik."][/caption]
Karena fasilitas jalan disetiap perkotaan yang tidak ada perubahan, serta kemacetan rutin terjadi, dengan adanya mobil murah ini, tentu akan menambah konsumsi BBM dalam masyarakat disamping BBM bertambah karena macet (Biaya kemacetan) juga mobil murah akan menambah volume konsumsi BBM. Kondisi seperti ini tentu akan sangat merepotkan pemerintah dalam penambahan pengadaan BBM Nasional kedepan.
Dengan kata lain, program mobil sedan murah ini adalah program keblinger serta program salah arah dari Pemerintah yang dikomandoi Menperin MS Hidayat. Dalam analisa lain, bisa terjadi adanya kesepakatan terlarang dibalik mobil sedan murah ini antara para kartel pedagang mobil serta mafia energi dengan beberapa oknum pemerintah. Hal ini bisa kita lihat dengan adanya komitmen Menteri Perindustrian dalam pertemuan akbar dengan tema "Hilirisasi Industri Dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional" yang salah satu isinya pada butir ke-10 :
"Dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan, Pemerintah mengembangkan Program Low Cost and Green Car (LCGC). Terkait hal tersebut, telah terjadi peningkatan investasi berupa perluasan dan pembangunan pabrik baru dengan total investasi sebesar US$ 2,2 Milyar untuk industri perakitan dan US$ 2,3 Milyar untuk industri komponen, dengan perkiraan menyerap tenaga kerja total sebanyak 25.000 orang. Sasaran program LCGC adalah penetapan insentif fiskal berupa kebijakan pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)."
Perhatikan kalimat komitmen dengan para industriawan mobil adanya persetujuan pemberian insentif fiscal berupa kebijakan pembebasan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Sebenarnya predikat mobil sedan murah LCGC ini adalah politicking para produsen mobil saja untuk mendapatkan pembebasan PPnBM. Coba anda perhatikan Low Cost and Green Car (LCGC) yang dimasud hanyalah mobil bermesin konvensional ber cc kecil dan bukan mobil ber cc kecil berteknologi hybrid BBM/non BBM atau teknologi elektrik yang sebenarnya lebih bisa memenuhi persyaratan Green Car.
Jika mobil sedan murah yang digagas adalah mobil jenis city car ber-teknologi Hybrid atau mobil listrik canggih, kemungkinan bisa diterima akal sehat, karena mobil jenis ini akan bisa lebih murah maintenance-nya juga murah operasionalnya.
Seharusnya Pemerintah menggagas kebijakan untuk mengurangi masyarakat doyan memakai kendaraan sendiri yaitu Pemerintrah membuat perencanaan Nasional meluncurkan Transportasi massal berupa Bis Umum LCGC bermesin hybrid non BBM atau mesin elektrik. Disamping itu, pemerintah pusat dan daerah melakukan sinergi terpadu untuk membangun infrastruktur jalan-jalan perkotaan yang merupakan fasilitasi jalur transportasi murah ini yang lengkap dengan tempat perparkiran murah yang bertingkat agar semua kendaraan masyarakat hanya sampai pada titik-titik perparkiran saja. Selanjutnya Pemerintah membuat program terpadu Bis Sekolah Khusus LCGC murah atau gratis sehingga para siswa sekolah tidak lagi memakai kendaraan pribadi masing-masing. Bisa dibayangkan akan besar persentase pengurangan kendaraan di jalan raya jika Pemerintah mensegerakan program Transportasi massal Bis Umum dan Bis Sekolah ini. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi semua pihak sehingga kita bisa mensolusi satu persatu permasalahan kemacetan perkotaan di Indonesia. (Ashwin Pulungan)
- Mobil murah LCGC, konspirasi memiskinkan Indonesia.