Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kasihan Jokowi Terpaksa Mau Jadi Capres 2014

15 Maret 2014   20:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingatkah anda sekalian kalimat yang diucapkan Jokowi ketika para wartawan menanyakan apakah Jokowi berniat mencapreskan diri pada Pilpres 2014 ? Apa jawaban Jokowi ketika itu ? Jawabannya sangat tegas dan keluar ikhlas dari hati sanubarinya yang paling dalam : "Nggak mikir..........nggak mikir................nggak miiiikiiiirrrr jadi Presiden, saya hanya mikirin DKI Jakarta".

Selama ini, sejak Jokowi menjadi Walikota Solo sebagai awal momentum dirinya dikenal banyak masyarakat Indonesia, selanjutnya Jokowi dirayu dan setengah dipaksa oleh internnya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, Jokowi akhirnya dengan berat hati mau maju. Sebagai dampak positif dari propaganda media massa cetak dan elektronika serta media daring (on-line) secara bombastis membesar-besarkan sosok Jokowi maka sampailah Jokowi menjadi DKI satu dalam dua kali pemilihan Gubernur.

Memang kita akui bahwa Jokowi menampakkan kenerja yang baik dengan salah satu gayanya "blusukan" tanpa protokoler serta gagasannya "lelang jabatan lurah dan lelang jabatan kepala dinas" dan ini merupakan nilai tambah popularitas sosok Jokowi. Walaupun realisasi lelang ini masih belum teruji keampuhannya dalam manajemen pemerintahan DKI Jakarta mengingat sangat banyaknya SDM pemerintahan daerah yang masih berbudaya pola lama sejak keteledoran para Gubernur masa lalu.

Ketika Jokowi memproses realisasi pengadaan tambahan bus Transjakarta dari China, dalam waktu cepat terjadi berbagai permasalahan karena banyaknya menyelusup kendaraan bus China setengah rusak yang karatan dalam kumpulan bus impor tersebut. Hal ini menampakkan rencana baik dan tujuan baik tidak bisa mendapatkan hasil yang baik jika perubahan dalam realisasi rencana itu tidak dibarengi dengan tingkat pengawasan yang super ketat. Pengawasan yang super ketat inilah yang tidak dilakukan Jokowi-Ahok dalam importasi bus Transjakarta dari China. Akibatnya loloslah barang busuk dari China.

Bombastis propaganda media yang membesar-besarkan sosok Jokowi memang luar biasa dan ini menunjukkan adanya agenda terselubung dibelakang Jokowi atau memang tidak disadari oleh Jokowi sendiri. Belum lagi berbagai lembaga survey yang juga turut serta menggadang-gadangkan, menghebohkan sosok Jokowi sehingga Jokowi mewujud menjadi sosok yang disukai pada tingkat Nasional. Inilah yang kita sebut dengan agenda konspirasi menjadikan Jokowi sebagai sosok yang pantas menjadi calon Presiden RI pada 2014 ini. Masih saja dengan polosnya Jokowi diberbagai kesempatan mengatakan : "Nggak mikir..........nggak mikir................nggak miiiikiiiirrrr jadi Presiden, saya hanya mikirin DKI Jakarta".

Jokowi yang jujur, bersih hati, polos, berkarakter pekerja keras serta ikhlas berbuat untuk masyarakat banyak dijebak dalam hasil survey yang selalu tinggi untuk menjadi Presiden dalam beberapa periode. Masih saja Jokowi tetap mengatakan : "Nggak mikir..........nggak mikir................nggak miiiikiiiirrrr jadi Presiden, saya hanya mikirin DKI Jakarta".

Tingginya angka popularitas dan elektabilitas Jokowi pada lembaga survey ini ditambah dengan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat karena ketiadaan serta haus kering kerontang sosok figur kepemimpinan yang baik sampai detik ini, yang bersih, bersahaja dan jujur, blusukan, maka sosok Jokowi menjadi ujung tombak harapan banyak masyarakat. Padahal kemampuan Jokowi yang sebenarnya hanya pada batas kepemimpinan pekerja keras yang tidak mau ada pembatas dengan rakyatnya pada tingkat wilayah kepemimpinan Gubernur saja. Akhirnya pribadi Jokowi menjadi serba salah dan terpaksa dalam jebakan angka elektabilitas survey "maju kena mundur kena" apalagi banyak kalangan yang berkepentingan dibelakang Jokowi sangat berhasrat memperkuda untuk mendompleng Jokowi pada kekuasaan kepemimpinan Indonesia di periode 2014-2019 kalau jadi.

Dalam tulisan beberapa saat yang lalu penulis memberi judul "Jokowi Tipe Pekerja Bukan Pemimpin Negara" mendapatkan reaksi yang cukup gencar dari beberapa simpatisan Jokowi walaupun admin Kompasiana tidak mengangkat dalam waktu cepat tulisan tersebut walau dalam level highlight sekalipun, akan tetapi kita sudah bisa membaca arah pola tindak admin Kompasiana kemana dalam segala pengaruh dari atasan dalam manajemen Kompasiana malah tulisan yang setuju Jokowi jadi capres selalu masuk highlight dan TA serta HL.

Sosok Jokowi yang penulis lihat, dia adalah sosok yang lemah dalam bargaining, memang Jokowi memiliki gagasan luhur, jujur dan polos akan tetapi terlalu tidak sampai hati untuk tidak kompromi dengan pihak lainnya. Kalau pihak lainnya itu adalah kelompok yang nasionalis kebangsaan Indonesia dan merakyat bebas kepentingan asing adalah sangat baik. Tapi, kalau pihak lain itu merupakan setan-iblis nasionalisme Indonesia akan sangat berbahaya bagi seluruh rakyat Indonesia.

Deklarasi pencapresan Jokowi oleh PDIP adalah upaya politik PDIP membonceng popularitas Jokowi layaknya dahulu Partai Demokrat (PD) dengan SBY. PDIP walaupun dia sebagai partai oposisi selama ini, tetap saja PDIP dalam benak seluruh rakyat Indonesia adalah sebagai partai yang bermasalah dan terlihat dalam kenerja oposisinya selama ini tidak bisa meraih simpati seluruh rakyat Indonesia.

Memang Jokowi pribadi dalam beberapa hari ini akan gamang, galau dan ragu dalam pencapresannya. Dia sudah menegaskan bahwa dirinya hanya bisa pada level kepemimpinan Gubernur wilayah. Dalam pribadi Jokowi, mungkinkah saya mampu memimpin Negara Indonesia kedepan yang sungguh sangat banyak tantangannya ini ?  Serta kerusakan Indonesia multi dimensi sudah nyata terjadi ? Apalagi saya (Jokowi) saat ini hanya didukung oleh partai PDIP yang citranya juga sudah terlanjur tidak baik. Selanjutnya bagaimana sang Jokowi menepis serta menolak berbagai kepentingan dalam intern PDIP sendiri disamping berbagai kepentingan seponsor dari para pengusaha kapitalis turunan sebagai sebagian para kolaboratornya kekuatan asing Internasional yang diremote dari Singapura (Invisible hand). Belum lagi Jokowi menghadapi tantangan kekuatan globalisasi dan Indonesia sangat belum siap menghadapinya karena dampak kegagalan para pemimpin Indonesia saat ini dan masa lalu. Terbayang sudah nantinya Jokowi akan sama nasibnya seperti Budiono dalam kepemimpinan SBY. (Ashwin Pulungan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun