Kita saksikan setiap akan diselenggarakan Pemilu Legislatif, kebiasaan sebagian besar para anggota DPR-RI selalu malas untuk menghadiri berbagai rapat di DPR-RI. Kalau dipantau, mereka selalu berdalih berada di berbagai daerah dalam program koordinasi partainya untuk mempersiapkan diri pribadi, kembali menjadi anggota DPR-RI pada pemilihan 9 April 2014 mendatang. Untuk menghadiri rapat pembahasan RUU di DPR mereka sengaja membolos karena sibuk sendiri dengan berbagai alasan mengabaikan serta mengkhianati visi dan misi mereka yang katanya sebagai wakil rakyat bahkan secara langsung telah mengkhianati seluruh rakyat pemilihnya dahulu termasuk mengkhianati seluruh rakyat Indonesia.
[caption id="attachment_312383" align="aligncenter" width="583" caption="Model anggota DPR-RI seperti ini yang akan anda pilih pada 9 April 2014."][/caption]
Coba kita perhatikan ketika ada acara yang telah dijadwalkan jauh sebelumnya oleh Komisi IX DPR-RI yaitu pembahasan RUU Kesehatan Jiwa yang digelar Selasa siang 11/2/2014 hanya dihadiri sebanyak 3 orang, akan tetapi dalam absen hadir ada 13 orang yang menanda tanganinya, lalu kemana yang 10 orang anggota DPR lainnya yang sudah menanda tangani kehadirannya ? Memang sudah lumrah di Komisi selalu ada tanda tangan hadir tembak dan mungkin ada orang suruhan yang kerjanya memalsukan tanda tangan pesanan para anggota DPR. Untuk tanda tangan hadir saja mereka berani bermanipulasi.
Selanjutnya pada pagi hari Selasa 11/2/2014 ada rapat paripurna DPR-RI memperlihatkan banyaknya kursi yang kosong. Dari 560 orang seluruh anggota DPR, hanya hadir saat itu sebanyak 290 orang anggota dan yang membolos ada sebanyak 270 orang anggota DPR-RI. Akibatnya rapat paripurna terpaksa menunggu dalam waktu yang mundur. Rapat paripurna DPR-RI telah mengagendakan pengambilan keputusan terhadap RUU Perdagangan dan laporan Komisi III dalam persoalan Hakim Agung. Kalau begini budaya para anggota DPR-RI kita, maka jelas kualitas UU yang dihasilkan pastilah buruk.
Hal-hal diatas, merupakan pembuktian nyata bahwa sebagian besar para anggota DPR-RI kita selama ini memang tidak serius dan bersungguh-sungguh untuk membela aspirasi dan kepentingan rakyat. Yang ada adalah hanya kepentingan pribadi mereka saja selama ini yang diutamakan yaitu mencari untung fulus dalam jabatan menjadi anggota DPR-RI. Kalau ditanya para wartawan, tentang kemalasan mereka, para anggota DPR ini sangat pandai berkilah dan bersilat lidah untuk menutupi kemunafikannya. Menurut mereka cara seperti ini adalah merupakan bagian kepintaran jawaban politis. Memang mereka benar-benar sangat tidak cerdas dalam mengemban jabatan sebagai wakil rakyat selama ini. Apalagi mereka disebut selama ini adalah sebagai politisi. Politisi yang baik, tentu akan memproduksi dan menghasilkan UU yang baik dan berdaya tahan UU dalam periode yang lama.
Sebagian besar para anggota DPR-RI selama ini, paling gemar bergaya untuk memamerkan perolehan materi mereka dan mereka telah menggolongkan diri mereka sebagai golongan kelas jetset Indonesia. Makanya tidak heran mereka sebagian besar para anggota DPR selalu senang memamerkan kendaraan mereka, memamerkan jam tangan, memamerkan busana bermerek, memamerkan sepatu serta gadget bermerek terbarunya. Bahkan rumah pribadi mereka banyak yang dibangun dan didesign layaknya seperti istana raja-raja kecil. Â Kebanyakan mereka bergaya The Have layaknya bagai para pengusaha kaya raya dan sangat jauh jika dibandingkan dengan kebanyakan kehidupan rakyat Indonesia selama ini. Sangat gamblang kita saksikan bahwa kebanyak para anggota DPR-RI telah masuk dalam katagori memper-Tuhankan materi dan kesenangan duniawi.
Untuk masalah produksi UU, para anggota DPR-RI kita selama ini adalah yang sangat buruk kualitas UU yang mereka hasilkan, apalagi para anggota DPR-RI (2009-2014) ini. Kualitas yang buruk ini sama juga dengan para anggota DPR-RI (2004-2009). Kita bisa menilai dari berbagai hasil produk UU yang telah mereka hasilkan selama ini, banyak UU yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Padahal UU tersebut belum terlalu lama digunakan. Ini artinya, kualitas UU yang para anggota DPR-RI hasilkan berisi pasal-pasal UU yang tidak berdasarkan kalimat hukum yang kuat dan kokoh serta sesuai dengan aspek keadilan dan kesetaraan atas semua kepentingan masyarakat. Bahkan banyak dalam UU yang dihasilkan oleh para anggota DPR sejak (2004-2014) ini bermuatan pasal-pasal yang memihak kepada kepentingan asing. Kata mereka para anggota DPR-RI adalah menyesuaikan kepada kehendak Globalisasi. Alangkah tidak cerdasnya para anggota DPR ini demi menyesuaikan kepada kehendak Globalisasi, kepentingan Nasional serta kepentingan bangsa sendiri diabaikan oleh mereka. Kita saksikan selama ini, bahwa pembahasan untuk UU yang strategis dalam bidang ekonomi, bisa mendatangkan beragam uang masuk secara haram yang cukup besar dari pihak investor asing yang berkepentingan dengan UU tersebut kepada para anggota Komisi tertentu DPR-RI. Inilah yang kita sebut dengan pelacuran politik dan pelacuran diri yang banyak dilakukan oleh sebagian besar para anggota DPR-RI kita selama ini.
Pertanyaan penulis kepada seluruh para pembaca Kompasiana.com, masihkah kita mempercayai para anggota DPR-RI kita yang dalam Pemilu Legislatif 2014 mendatang mereka ada, dan masih getol ingin kembali menjadi anggota DPR-RI untuk hasil Pemilu legislatif 2014 ini  sebanyak ±90% adalah masih orang lama (incumbent) ditambah ±10% anggota yang baru. Masihkah seluruh rakyat percaya kepada para anggota DPR-RI yang akan mengkhianati seluruh rakyat kembali dalam periode 2014-2019 mendatang ? Masihkah seluruh rakyat mau menerima mereka menjadi anggota DPR-RI yang akan membuat UU berkualitas buruk kembali, yang memihak kepada kepentingan asing serta menghancurkan kepentingan Negara, Nasional dan kepentingan Bangsa Indonesia ? Bahkan seekor keledai-pun, tidak akan mau terjerumus kedalam lubang yang kedua kalinya. (Ashwin Pulungan)
Anda hanya memilih anggota DPR-RI malas suka tipu rakyat di 2014.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI