Kita semua masih teringat, ketika Anas Urbaningrum (AU) di KPU dia bergaya pura-pura idealis untuk menolak sebuah mobil baru yang diberikan KPU untuk kedinasan AU di KPU. Ketika itu, banyak masyarakat memuji penolakan AU terhadap mobil dinas baru tersebut bahkan mobil tersebut ketika itu dikatakan terlalu mewah bagi AU. Ketika itu banyak orang mengatakan, bahwa AU tidak sia-sia sebagai kader dan pernah sebagai Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Memang banyak masyarakat tertipu setelah AU keluar dari KPU lalu masuk blusukan ke Partai Demokrat (PD) setelah beberapa tahun saja berada di PD, harta kekayaan AU sangat spektakuler bertambahnya, apalagi AU bersahabat kental dengan Nazaruddin. Perhatikan rumah AU serta mobil pribadi AU yang semuanya sangat mewah bagaikan tampilan materi seorang pengusaha besar di Indonesia. Tidakkah perubahan gaya hidup AU ini sebagai pelanggaran nyata yang sangat antagonis atas pencitraan yang AU bangun ketika di KPU dahulu ? Disinilah masyarakat mengecam AU sebagai sosok figur yang manafik hal ini selalu terdengar dalam beberapa pembicaraan serta interaksi diskusi diberbagai pertemuan politik dan aneka siaran radio streaming di Indonesia.
[caption id="attachment_238104" align="aligncenter" width="498" caption="Yang terbaik bagi AU adalah Politik balas bumi hangus"][/caption]
Perilaku AU dari hal yang agak sepele tapi salah dan dipandang berdampak besar adalah ketika AU mengendarai sebuah mobil berplat B 1716 SDC ternyata ada dua buah mobil AU yang bernomer-plat yang sama dan dinyatakan ketika itu AU memakai kendaraan berplat palsu dan melanggar UU No.22 Tahun 1999 Pasal 68 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan. Â Menurut UU No.22 Tahun 1999 Tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan, perbuatan AU melakukan pemalsuan nomer kendaraan dikenakan sanksi pidana. Bahkan sampai saat ini sanksi tersebut tidak diberlakukan kepada AU oleh yang berwenang Kepolisian RI. Betapa lemahnya penegakan hukum saat ini di Indonesia. Hukum hanya berlaku kepada masyarakat bawah yang tidak memiliki ikatan dan hubungan dengan penguasa tertinggi. Bayangkan seorang yang sudah menjabat Ketua Umum Partai berani dan terbiasa melanggar UU dengan menggunakan nomor kendaraan palsu dijalan raya. Sangat disayangkan pihak petugas terkait Kepolisian RI tidak menindak pelanggaran ini. Perilaku ini, tidak menampakkan AU sebagai kader HMI dan sebenarnya ke-HMI-an AU telah gugur.
AU pernah mengatakan semua yang dikatakan Nazaruddin mantan Bendahara Umum PD tentang diri AU ikut terlibat dalam aneka manipulasi APBN menggunakan kendaraan Partai Demokrat adalah sebagai tuduhan ocehan, halusinasi, mengarang tuduhan. Kenyataannya, apa yang diungkap Nazaruddin selama ini tentang semua petinggi PD yang suka manipulasi termasuk AU adalah benar dan sekarang AU telah menjadi tersangka dalam kasus Hambalang oleh KPK.
AU sebenarnya tidak piawai dalam hal perpolitikan. Terbukti AU selama ini setelah menjadi Ketua Umum PD selalu dipermainkan dengan mudah oleh elit petinggi PD. Apalagi paska setelah pemenangan AU dalam kongres Bandung yang mengejutkan SBY. Puncak permainan politiknya adalah ketika acara di Cikeas dalam penandatanganan "Pakta Integritas PD" serta bocornya sprindik status tersangka, dimana sebelumnya AU dianjurkan agar mengundurkan diri saja akan tetapi dalam acara puncak Rapimnas PD, AU tidak juga mau mengundurkan diri bahkan tidak mampu membaca isyarat situasi. Seharusnya AU dan kelompok loyalitasnya mampu mengumandangkan posisi tegas mereka secara terbuka dalam PD sehingga tidak terjebak sebagai tersangka dari KPK seperti yang terjadi sekarang ini. Bahkan pihak AU dalam menanggapai status tersangka kasus Hambalang oleh KPK dikatakan apakah sebagai berstatus hukumkah atau politik.
Kini nasi sudah menjadi bubur, dengan KPK menyatakan AU sebagai tersangka, seharusnya AU dalam setiap penyidikan bisa berperan sebagai pembuka kotak pandora tentang kebusukan PD dan uang haram APBN yang masuk pada kas PD, keterlibatan SBY dan Budiono pada kasus Century serta pemenangan kotor PD pada Pemilu 2004-2009 yang lalu. AU jangan percaya lagi dengan para sengkuni yang berdatangan kerumah AU. Inilah laku schenario politik sebuah partai, dimana AU saat ini menjadi korban selanjutnya permainan politik kotor dari PD. Nampaknya AU akan tergantung di Monas menjadi kenyataan sebagai janji moral hukuman dia yang kebablasan. Mungkinkah AU melakukan komando terselubung politik bumi hangus terhadap Partai Demokrat, karena momentum kedekatan kepada tahun 2014 bisa dimanfaatkan AU serta para loyalisnya. (Ashwin Pulungan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H