Di berbagai daerah Indonesia, umumnya raja, sultan, pemimpin adat, pemangku adat memiliki kesamaan pendapat dan tata cara hayati dan nurani serta kriteria umum yang bijak bestari dari seorang Pemimpin.
Para pendahulu kita di Indonesia, lebih mengedepankan nilai-nilai luhur & cenderung berhati-hati dalam bertindak dan berbuat, karena segala sesuatunya selalu terlebih dahulu dipikirkan, dipertimbangkan lalu diputuskan.Â
Pada saat ini di era Globalisasi dan millennial serta Informasi, tidak sedikit juga kelompok yang sudah sangat mengabaikan dalam mengedepankan nilai-nilai luhur & cenderung tidak berhati-hati dalam betutur kata menyampaikan pemikiran, bertindak atau berbuat.
Orang Jawa dahulu termasuk dari berbagai etnis suku bangsa Indonesia, umumnya tidak grusa-grusu, asal omong dan dia bisa menempatkan/memposisikan diri pada kawasan interaksi serta waktu yang tepat dan senantiasa dalam tutur bahasa sangat santun komunikatif interaktif.
Sabdo Pandito Ratu diambil dalam kalimat utuhnya "Sabdo Pandito Ratu tan keno wola wali" artinya dalam bahasa Indonesia adalah "Perkataan Raja/Penguasa menjadi dasar hukum yang wajib dipatuhi dan dilarang mencla-mencle kalau ingin dihormati."Â
Orang akan dihormati sebab konduite yang tercermin dari kata-pungkasnya seseorang serta realisasi kenyataan dari perkataannya, sebab biasanya dari kata kata dan kalimat, kita bisa menilai karakter dan watak pribadi seseorang.
Saat ini, banyak orang menjadi atau sebagai jabatan pemimpin, yang sebenarnya tak memiliki kapasitas sebagai Pandito & Ratu. Malah kebanyakan sebagai sosok tokoh penyampai pesan dari para pencari kekuasaan dan para pencari kenyamanan yang berperan sebagai tokoh-tokoh publik yang licik dan picik.
Permasalahan serta semerawut-kisruhnya kondisi Indonesia saat ini terjadi didalam berbagai lini simpul kemasyarakatan serta simpul yang dipercayakan, karena kita telah kehilangan nilai nilai luhur Sabdo dan Pandito Ratu.Â
Para Ulama dipersekusi dan difitnah secara keji, agama yang mengajak kebenaran dan kebaikan serta keselamatan dunia dan akhirat di intoleransi dan dihujat oleh sekelompok orang.
Perolehan kekuasaan dengan cara ketidak benaran, kesalahan dan Kecurangan, saat ini disanjung sanjung dalam sebuah proklamir kepalsuan yang direkayasa dengan segala bentuk dan cara dalam kelompok tertentu.Â