Para pembaca sekalian dipastikan pernah melihat sebagai persaksian dari seorang Presiden Jokowi bersama Istri (Ibu Negara) Iriana ketika hendak menaiki tangga pesawat terbang. Apa kiranya yang Anda lihat ketika Presiden Jokowi dan Ibu Negara sedang menaiki tangga pesawat terbang maupun sedang menuruni tangga pesawat terbang? Adakah yang ganjil, adakah yang tidak pantas, adakah yang salah, adakah yang melanggar etika dunia? Tentu pertanyaan ini membuat Anda sekalian bertanya-tanya, adakah yang tidak sesuai?
Yang penulis ingin sampaikan kepada khalayak pembaca adalah, kebiasaan Presiden Jokowi dan Istri ketika akan naik dan turun pesawat kepresidenan dan hal ini diharapkan kemudian, adanya perubahan sikap dan tidak terjadi ketika Presiden Jokowi dan Ibu Negara turun atau naik pesawat di sebuah negara sahabat lainnya. Kemungkinan kesalahan di masa lalu, kita abaikan saja jika gaya serta sikap Presiden Jokowi ini pernah terjadi dan telah menjadi penilaian tersendiri dari banyak orang.
Penulis terpaksa menuliskan hal ini, karena adanya desakan dari istri penulis yang terus-menerus memprotes kebiasaan dan tata cara Presiden Jokowi ketika menaiki dan menuruni tangga pesawat terbang bersama Ibu Negara. Kebetulan istri penulis adalah seorang anak suku Jawa asal Yogya yang dibesarkan dalam keluarga beretika Jawa yang sangat kental dalam budayanya serta agamanya. Daripada penulis yang terus-menerus dihujani serangan kata ora-elok, ora-elok, ora-elok, untuk meredamnya dalam etika yang enak dan saling menghargai, makanya tulisan ini hadir dan terpaksa tampil eksis. Tulisan ini dibuat semata dalam hati yang sangat ikhlas tanpa maksud untuk menyudutkan atau merendahkan, tidak sama sekali. Niat ikhlas penulis adalah untuk saling ingat-mengingatkan saja agar kita bisa lebih baik dari hari ini.
[caption id="attachment_384916" align="aligncenter" width="495" caption="Etika Presiden Jokowi ketika Naik-turun Pesawat"][/caption]
Protes istri penulis sebenarnya adalah ingin melindungi Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana serta jati diri bangsa Indonesia agar enak dan elok dipandang semua orang serta selaras dengan etika yang lumrah berlangsung dengan kebiasaan para kepala negara lainnya di dunia. Lalu penulis menghadirkan tulisan ini di hadapan para pembaca, tidaklah ingin menunjukkan bahwa penulis dan istri sudah sangat paripurna dalam wawasan serta menerapkan sebuah etika internasional, tidak sama sekali. Semua ini disampaikan secara ikhlas semata hanya untuk saling mengingatkan agar kita semua lebih baik, agar kita semua sebagai bangsa Indonesia juga bisa dihargai dan disegani dalam pergaulan internasional. Selanjutnya, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana adalah sebagai duta bangsa yang merefleksikan citra anak bangsa Indonesia gemar saling menghormati saling menghargai antara pria dan wanita. Minimal Presiden Jokowi bisa memproyeksikan, umumnya pria Indonesia adalah sangat menghormati kaum wanita. Dalam hal untuk menaiki dan menuruni tangga pesawat terbang, Presiden Jokowi dan Ibu Negara bisa mengambil dan mengikuti tata cara dan gaya Presiden ke-6 Bapak SBY dan Ibu Ani ketika menaiki dan turun dari anak tangga pesawat.
Ketika seorang presiden dan istrinya akan menaiki dan turun dari pesawat terbang, kamera para awak pemberitaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri selalu mengintai dan menyadap serta merekam. Bahkan para pakar etika akan bisa menilai secara langsung karakter kepribadian seseorang dari sebuah keluarga dan pengaruhnya dalam interaksi kekeluargaannya, hanya dengan melihat tata cara menaiki dan menuruni tangga serta gaya berjalan berdua suami-istri.
Gaya kepribadian seorang presiden suatu negara akan merefleksikan gaya sesungguhnya atas proses kepemimpinannya terhadap bangsa dan negaranya. Selanjutnya merefleksikan juga budaya saling asih, saling asah dan saling asuh. Oleh karena itu, seorang presiden sesungguhnya sebagai duta sebuah bangsa duta sebuah negara yang bisa sangat tajam dinilai, dikritisi oleh semua para penyaksi.
Ketika kita semua sebagai penyaksi, melihat Presiden Jokowi bersama Ibu Negara akan menaiki tangga pesawat, sering kita saksikan Presiden Jokowi berjalan mendahului di posisi depan ketika menaiki tangga pesawat lalu diikuti oleh Ibu Negara di belakang Presiden Jokowi. Begitu juga kalau kita saksikan kebiasaan Presiden Jokowi ketika menuruni tangga pesawat. Saya sebagai penulis, ketika menyaksikannya, hati merasa kurang pantas. Inilah yang mendasari menjadikan protes istri penulis dengan mengatakan ora-elok (tidak pantas) yang melihat seorang presidennya ketika menaiki dan menuruni tangga pesawat sementara Ibu Negara tertinggal di belakang.
Wanita sebagai duta awal pendidik manusia, di bawah telapak kakinya wanita ada syurga dan neraka, tergantung sang wanita akan terbiasa pola salah yang syaitaniah, maka menjelmalah neraka ke depan, jika terbiasa dalam pola benar yang Illahiyah, menjelmalah syurga bagi kehidupan ini. Peran besar ini ada dalam peran jangkauan kemampuan wanita. Makanya untuk menghancurkan sebuah bangsa dan negara, rusaklah para wanitanya terlebih dahulu, maka negara itu ke depan akan turut rusak dan hancur dengan sendirinya. Betapa strategisnya posisi wanita di dalam sebuah bangsa dan negara. Berdasarkan patokan tentang wanita ini, maka prinsip "Ladies First" lalu Ibu Negara juga disebut "First Lady" yang mendunia, inilah dasar filosofinya. Bisa kita pakai juga salah satunya dalam adab berkehidupan mempersilahkan wanita terlebih dahulu ketika berjalan atau memasuki pintu ruangan dan ketika menaiki atau akan menuruni anak tangga lalu bergandengan tangan seiring-sejalan dengan saling menjaga keamanan serta keselamatan.
Alangkah indahnya jika Presiden Jokowi mempersilahkan terlebih dahulu Ibu Negara berjalan, barulah diikuti Presiden Jokowi, lalu ketika akan naik dan turun anak tangga ketiga, Presiden Jokowi dan Ibu Negara saling bergandengan tangan sepanjang alur anak tangga sampai selesai. Salah satu etika ini, seharusnya selaras dan senada dengan Revolusi Mental yang telah dikumandangkan oleh Presiden Jokowi.
Harapan kita semua dan mungkin tulisan ini bisa sebagai masukan kepada Pak Jokowi dan Ibu Iriana, agar kiranya mengubah tata cara ketika berdua akan menaiki dan menuruni tangga pesawat terbang. Tulisan ini hanya semata ikhlas untuk saling ingat mengingatkan antar sesama anak bangsa Indonesia, agar kita semua bisa berubah jauh lebih baik dari kondisi seperti sekarang ini. Memang tiada gading yang tidak retak, begitu juga manusia tidak ada yang tidak pernah salah dan khilaf. Tapi kalau bisa secepatnya untuk berubah tentu sangatlah baik. (Ashwin Pulungan)
Semoga Indonesia kedepan jauh lebih baik dari hari ini.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H