Kalau anda berkunjung ke kota Bandung, dimana-mana selalu menemukan jalur jalan umum yang macet sembari semerawut keadaannya, hal ini terjadi, karena ketidak disiplinan para pengguna jalan raya. Belum lagi berbaur-runyamnya dijalanan sepeda motor dengan mobil dan odong-odong. Kemacetan kota Bandung, rupanya tidak hanya ke-semerawutan para pengendara dan angkot sembarangan berhenti saja, akan tetapi kemacetan dikondisikan dari jalan yang banyak berlobang dan rusak serta tempat perparkiran pinggir jalan yang sembarangan, juga menyumbang kesemarakan  keadaan kemacetan dijalan-jalan kota Bandung. Konstruksi badan jalan-jalan kota Bandung, pada sepanjang sisi kanan dan kiri, selalu sering cepat rusak berlobang-lobang, karena dahulunya sebagai permainan manipulasi pembangunan jalan.
Sering terjadi, sampah yang menumpuk dan sangat bau busuk mengambil sebagian badan jalan sehingga terjadi kemacetan dan penyempitan badan jalan. Ini bukti nyata bahwa para petugas kebersihan serta Kepala Dinas terkait bekerja asal-asalan dan tidak sungguh-sungguh untuk menjalankan tugasnya untuk membersihkan kota Bandung. Sehingga kesan ini mencitrakan bahwa kota Bandung tidak dimanajemen secara baik dan sangat bertentangan dengan berbagai citra yang telah disandang dan diekspose luas tentang Walikota Bandung Ridwan Kamil. Pasar tumpah masih sering kita saksikan seperti di jalan suci belakang Pusdai dan jalan-jalan lainnya.
Perhatikan cara penempatan pot bunga dan rak besi penghijauan dan bendera masih di sekitar Pasar Baru Otista Bandung ketika KAA yang lalu sangat tidak sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur yang baik dan benar apalagi dari sisi keindahan jalan dan keamanan lalu lintas. Kita heran Walikota Bandung Ridwan Kamil tidak mampu mengawasi hasil kerja para bawahannya Dinas terkait yang sembarangan menerapkan tugasnya yang merendahkan citra diri Walikotanya, sehingga bisa membahayakan para pengguna lalu lintas jalan.
Jika hujan deras turun dikota Bandung, anda akan segera bisa menyaksikan pada sebagian panjang jalan-jalan yang berubah menjadi sungai-sungai seperti sungai jl. Soekarno Hatta dekat Gede Bage, sungai jl.Kiaracondong, sungai jembatan Pasupati, sungai jl, terusan Kiaracondong, sungai jl. A Yani dan banyak jalan lainnya yang berubah sebagai sungai dangkal. Kata orang (urang) Sunda adalah "Banjir Cileuncang".
Banjir rutin seketika jika hujan deras turun di beberapa badan jalan Kota Bandung, semuanya disebabkan dari tidak baiknya sistem drainase disemua sisi kanan dan kiri badan jalan kota Bandung. Seharusnya para pejabat Dinas terkait, sudah mengantisipasi dari sering besarnya debit air hujan sekarang ini dalam budaya iklim terkini. Konstruksi sepanjang alur drainase serta saluran gorong-gorong untuk penyeberangan aliran air sudah selayaknya harus diperbesar, diperdalam dan diperlebar serta sistem penyangga saringan sampah pada setiap saluran drainase sudah dibangun.
Penulis sering menyaksikan, disepanjang berbagai jalan-jalan kota Bandung, parit (riol) dan gorong-gorong masih memakai diameter yang lama serta banyak saluran drainase yang dipenuhi dengan sumbatan sampah dan air yang selalu menggenang dalam periode lama. Akibatnya aroma kota Bandung dominan berbau busuk dari berbagai jenis sampah organik. Pada sebuah perkotaan yang ditata baik dan apik, saluran drainasenya tidak menggenang, tapi mengalir sehingga permukaan air disepanjang drainase tipis dan dangkal sekali dan tidak membuat kesempatan para bakteri berkembang biak penyebab aroma bau busuk disepanjang jalan kota. Sungguh sangat memalukan, jika kota kita berbau busuk dari drainase yang mampet serta sampah yang menggunung tidak dibersihkan.
Tidak hanya Kota Bandung saja, bahkan Kota Jakarta (sebagai Ibu Kota Indonesia) dan banyak kota-kota lainnya seperti kondisi yang terjadi di kota Bandung. Kapan bisa direalisasikan semua perkotaan di Indonesia menjadi bersih dan tidak berbau busuk tidak macet dan banjir dalam mendukung kesehatan dan ketertiban masyarakat perkotaan. Bisakah kesadaran ini dapat diwujudkan pada diri setiap Walikota dan Bupati di Indonesia ? Termasuk para Gubernur kita diberbagai Propinsi NKRI. (Ashwin Pulungan)