Semua orang Indonesia yang melek data Internet, mengetahui menulis di Kompasiana itu adalah gratis dan ini merupakan sumbangsih terbesar dari para Kompasianer kepada Kompasiana.com yang tidak ternilai. Â Banyak tulisan para Kompasianer (K-ner) yang sangat berkualitas yang terkadang luput dari perhatian para admin untuk diapresiasi. Walaupun demikian mereka tetap tegar menulis dan menyumbangkan dan menginfakkan waktu hidup mereka bagi semua pembaca Kompasiana agar bisa mendapatkan informasi terbaru atau terlama, bahkan bisa mendapatkan pengalaman hidup dari para penulis tentu banyak pula berbagai opini dari sebuah peristiwa yang mungkin sama opininya dengan para pembaca.
Prinsip para K-ner adalah lebih baik menulis daripada begong, galau dalam menerima kenyataan hidup sehingga opini, pengalaman hidup, pelajaran hidup, aneka pengetahuan dan perjalanan, beragam trik dan taktik kehidupan disajikan secara ikhlas dan tulus tanpa pamrih dari para K-ner. Kalau ada yang mengatakan K-ner ini-itu hanya menulis untuk cari perhatian dan ingin terkenal semata, adalah merupakan bagian paling sedikit dari jumlah K-ner yang ada dan aktif. Menulislah sebelum menulis itu dilarang, menulislah semoga anda tidak menjadi pikun.
Â
                                   Para penulis tulus dan ikhlas ini, terkadang mendapatkan komentar yang sangat pedas dan sering mendapatkan pelecehan dan penghinaan, tapi dihadapi dan dijawab dengan komentar yang baik pola kalimatnya oleh penulis. Prinsip penulis adalah, balaslah air tuba dengan madu, balaslah cemberutan dengan senyuman manis, balaslah kebencian dengan kasih sayang (ini kualitas wali).
Menulis juga merupakan terapi baik untuk kesehatan otak kita. Lalu ada yang mengatakan aktif menulis dan mengingat adalah obat untuk jauh dan terhindar dari pola pikiran pikun. Pikun sepengetahuan penulis adalah ketidak-mampuan berpikir dan mengingat sesuatu yang telah ada didalam memori seseorang. Biasanya pada usia 65-80 tahun selalu menerpa penyakit yang tidak ada obatnya yaitu pikun. Malah kalau sudah pikun, alamat untuk pulang ke rumah saja, tidak mampu untuk diingat lagi. Menulis hampir setara dengan bermain musik.
Penulis memiliki beberapa pengalaman berhadapan dan bertemu muka, berkomunikasi dengan beberapa orang pikun. Dalam beberapa pengalaman tersebut, ada sebuah kongklusi dari penulis, bahwa pikun adalah disebabkan orang tersebut kurang berkomunikasi dimasa tuanya dan terpenting adalah sangat jarang mau membaca, bertukar pikiran dengan sesama apalagi menulis sebuah artikel malah belum pernah. Memang kemampuan menulis, perlu diperjuangkan untuk bisa mampu menulis dan tentu saja seseorang yang mampu menulis, dia harus lebih banyak mau membaca. Dari sisi historis fisik orang yang pikun, menurut penulis ternyata juga masa mudanya suka meminum minuman keras dan narkoba termasuk juga pecandu rokok berat serta asupan minuman yang kurang bersih dan kotor mineral (kontaminasi mineral asing) serta kurang olah raga serta pola makan yang abai kualitas gizi.
Oleh karena itu, menulislah sebelum menulis itu dilarang, menulislah sebelum anda pikun, menulislah sebelum anda sakit ingatan, menulislah sebelum nyawa terengut, menulislah sebelum akal anda nakal, menulislah sebelum dunia kiamat, karena menulis adalah terapi dan obat bagi kesehatan pikiran anda. Dengan menulis, anda akan dikenang para pembaca dan itu merupakan perbuatan ibadah ikhlas dan tulus agar hidup anda lebih bermanfaat bagi sesama. (Ashwin Pulungan)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H