Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hey Kepolisian, Tegakkan Hukum yang Benar!

29 Maret 2013   17:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian yang bertubi-tubi yang menimpa Kepolisian RI saat ini, menunjukkan bahwa semua warga Negara Indonesia sudah sangat marah kepada Kepolisian RI. Kira-kira semua kejadian yang menimpa Kepolisian jika ditulis dalam satu kalimat adalah "Hey Kepolisian Jangan Selalu Memeras Rakyat, Tegakkan Hukum Yang Benar, jangan main-main dengan Hukum". Kita semua selalu mendengar dan mengetahui, kalau lapor ke Polisi suatu kehilangan kambing, maka siap-siap untuk menjadi kehilangan sapi. Kalau mengadu ke Polisi setelah dibuat BAP-nya harus serahkan sejumlah uang kalau tidak, jangan harap ditindak lanjuti oleh Polisi. Banyak oknum Polisi sebagai pem-backing tempat maksiat, aneka tempat judi, aneka tempat hiburan, aneka diskotik & cafe, berbagai pabrik minumn keras serta para preman.

Semua warga Negara Indonesia tahu dan terbukti bagaimana kinerja buruk Kepolisian RI sejak jaman pemerintahan Soeharto hingga SBY yang paling parah citra Kepolisian kita. Majalah Tempo juga sudah menurunkan tulisan adanya bukti para petinggi Kepolisian yang memiliki kekayaan sangat gendut hasil manipulasi sebelum terungkap kasus Simulator SIM Irjenpol Djoko Susilo (DS). Malah majalah Tempo tersebut dibeli borong oleh para petinggi Kepolisian tersebut lalu menjadi langka, sehingga dicetak dua kali secara massal bahkan diborong kembali. Beginilah cara mereka untuk menutupi kebusukan dari manipulasi para petinggi Kepolisian tersebut. Dari aksi borong majalah Tempo ini saja masyarakat bisa menilai bahwa pemberitaan majalah Tempo berisi informasi investigasi yang benar.

Pengepungan Gedung KPK oleh Kepolisian Dalam Kasus DS.

Pada tanggal 5 Oktober 2012 gedung KPK didatangi anggota Kepolisian sebanyak dua kompi anggota Polri dan Provost berbaju preman dan bersenjata pistol sejak pagi hari hingga jam 03.30 Wib dini hari. Hal ini terjadi karena mantan Kepala Korlantas Mabes Polri Irjen Pol Djoko Susilo (DS) diperiksa oleh KPK selama 8,5 jam kasus Korupsi Simulator SIM (kerugian Negara Rp. 122 Milyar) yang sebelumnya DS menolak untuk diperiksa oleh KPK. Alasan konyol Kepolisian mengepung Gedung KPK adalah untuk menangkap Penyidik KPK asal dari Kepolisian bernama Novel Baswedan dengan alasan yang dikarang karena Novel Baswedan terlibat pidana pembunuhan saat bertugas di Bengkulu Sumatra 8 tahun yang lalu. Kombes Dedi Arianto sebagai Direskrimum datang dengan membawa surat perintah penangkapan dan penggeladahan terhadap Novel serta Pasal 351 dan 352 adalah pasal yang dituduhkan kepada Novel. Karena banyaknya tekanan publik terhadap Kepolisian, maka DS mau memenuhi panggilan KPK. Luar biasanya DS, dia mempengaruhi seluruh para petinggi Kepolisian serta mantan petinggi Kepolisian dan konyolnya para petinggi Kepolisian mau lagi memenuhinya, sehingga terjadi pengepungan terselubung terhadap gedung KPK pada tanggal 5 Oktober 2012. Banyak para petinggi Kepolisian yang takut dengan pengungkapan kasus DS ini karena bisa sebagai pintu masuk pengungkapan kasus para petinggi Kepolisian RI. Bahkan sebenarnya ada kasus manipulasi amat sangat besar di Kepolisian bernilai Triliunan rupiah yang belum terungkap yaitu kasus Bea Balik Nama (BBN) dan STNK di Kepolisian yang selama ini uangnya entah kemana. Hanya dengan kasus DS saja sebagai Irjenpol, kita semua terperanjat bahwa ada diatas dua puluhan asset rumah mewah dan tanah luas strategis serta aneka kendaraan mewah dan 3 orang istri cantik nan rupawan serta uang bernilai besar di rekening DS. Seharusnya Presiden SBY dalam dua periode kepemimpinannya, mampu mengungkap kecerobohan dan kejahatan para petinggi Kepolisian ini sampai tuntas.

Penyerangan Mapolres OKU Baturaja Sumatra Selatan.

Kamis, 7 Maret 2013, Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Sekitar 90 anggota Batalyon Armed 15/105 TNI mendatangi Mapolres OKU. Mereka datang untuk menanyakan perihal perkembangan kasus penembakan Pratu Heru Oktavinus oleh anggota polisi lalu lintas Polres OKU, Brigadir Wijaya. Entah apa yang terjadi, pada pukul 09.30 WIB, para tentara itu naik pitam. Mereka merusak dan membakar Mapolres OKU. "Mungkin mereka tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Maka terjadi keributan yang berujung dengan pembakaran Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU)" kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul.

Peristiwa paling fenomenal terjadi pada 2001. Bentrokan antar anggota Polresta Madiun dengan Batalion 501 terjadi. Diawali dengan masalah yang sepele, yaitu berselisih di antrean SPBU, bentrok kemudian melibatkan antar korps penegak hukum. Dua warga sipil ikut jadi korban. Kantor Polresta Madiun -bahkan- sempat dua kali diserbu oleh anggota TNI. Baku tembak tak terhindarkan. Kontras mempunyai catatannya sendiri. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2012 telah tercatat setidaknya 27 kali peristiwa bentrokan terbuka antara anggota dua korps tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Dari seluruh peristiwa itu, tercatat tujuh anggota polisi tewas. Empat dari TNI. Sementara yang luka-luka sebanyak 32 personel polisi dan 15 orang tentara. (VIVAnews.com). Bisa kita nyatakan bahwa banyaknya konflik antara Polisi dan TNI disebabkan bertumpuknya gesekan serta tidak sungguh-sungguhnya Kepolisian untuk menegakkan hukum bahkan jabatan Kepolisian, mereka digunakan untuk kepentingan kekayaan diri dan kelompok sehingga mengkondisikan api dalam sekam antara Polisi vs TNI yang suatu momen tertentu sangat mudah terjadi konflik.

Penyerangan dan Pembunuhan Dalam Lapas Cebongan Sleman Yogyakarta.

Penyerangan terhadap Lembaga Permasyarakatan Cebongan II B Sleman hanya berselang 14 jam setelah empat tahanan yang tewas dari 11 tahanan yang baru dipindahkan dari Rumah Tahanan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta ke lapas Cebongan. Mirip operasi aparat dengan cara profesional. Lihat Koran Tempo (edisi Selasa 26 Maret 2013) membuat kronologi penyerangan ini bagaikan dalam cerita komik.

Dalam hal ini, ke-empat preman itu dituduh telah membunuh anggota Kodam IV/Diponegoro, Sersan Satu Santoso di Hugo's Café Jalan Laksda Adi Sutjipto, Maguwoharjo. Empat tahanan tersebut adalah Gameliel Yermianto Rohi Riwu, 29, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, 31, Adrianus Candra Galaja, 33, Yohanes Juan Manbait, 38.
Kejadiannya adalah pada hari Sabtu jam 00.30 Wib tanggal 23 Maret 2013 penyerangan bersenjata laras panjang otomatis sebanyak 17 orang yang hanya berlangsung selama 15 Menit saja, dilakukan oleh sekelompok orang profesional bersenjata lengkap menggunakan kendaraan minibus type Avanza dan Innova serta sepeda motor sebanyak lima belas orang berbaris pada sisi pagar tembok lalu memanjat dan sebagian lagi masuk keruang portir dan sempat melukai 8 orang sipir serta pengrusakan CCTV. Selanjutnya empat orang penyerang masuk ke- blok empat penjara dan hanya satu orang penyerang yang mengeksekusi ke-empat tahanan yang diduga membunuh anggota Kodam IV/Diponegoro, Sersan Satu Santoso. (Disini) Ditegaskan oleh Pangdam bahwa Sertu Santoso adalah anggota Kodam IV/Diponegoro yang sebelumnya berasal dari Kandang Menjangan bukanlah sebagai anggota Kopassus Menjangan Kertosuro yang selama ini diberitakan.

Berdasarkan pendapat banyak warga Yogyakarta, ke-empat  orang preman ini selalu di backing oleh Polisi dan bahkan Hugo's Café Jalan Laksda Adi Sutjipto, Maguwoharjo adalah juga dibacking oleh Polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun