[caption id="attachment_184819" align="aligncenter" width="390" caption="Presiden SBY Ketika Menyampaikan Pidato Hemat Energi 29 Mei 2012 (www.presidenri.go.id)"][/caption] Oleh : Ashwin Pulungan
Kemarin tanggal 29 Mei 2012 Presiden SBY berpidato menyampaikan gagasan "Gerakan Nasional Penghematan BBM, Listrik dan Air" dengan 5 langkah kebijakan. Pidato tersebut banyak tidak diikuti oleh masyarakat, serta media elektronikapun tidak semua meliputnya, karena rakyat Indonesia sudah muak dengan Pidato-Pidato dan Pernyataan presiden seperti selama ini, kebanyakan terbukti tidak berjalan.
Pada banyak daerah di beberapa Propinsi Indonesia, terjadi kelangkaan BBM sehingga terjadi antrian panjang kendaraan, layaknya bagai negara baru merdeka. Empat Gubernur di Kalimantan resah dan galau sehingga para gubernur ini kompak melakukan protes ke Jakarta untuk menyampaikan solusi untuk mengatasi kelangkaan BBM ini. Sampai saat ini solusi yang diharapkan rakyat belum terjadi. Tidak tertutup kemungkinan terjadi kelangkaan BBM juga pada Propinsi lainnya diluar Jawa.
Tidak hanya BBM yang langka, akan tetapi Gas LPG 3 Kg juga mengalami kelangkaan diberbagai daerah terutama di Propinsi Jawa Barat dan kelangkaan ini sudah berjalan selama 2 Bulan ini dan Pemerintah tidak mampu untuk mensolusinya serta menanggulanginya, bahkan para kepala daerah termasuk Gubernurnya saling lempar tanggung jawab dengan pelaksana teknis Pertamina, model manajemen pemerintahan macam apa seperti ini ? Tidak tertutup kemungkinan kelangkaan Gas LPG 12 Kg.
Kelangkaan BBM dan kelangkaan Gas LPG (protes masyarakat tidak didengar) yang sudah berlangsung dalam periode cukup lama serta solusi yang tidak nampak cenderung pembiaran serta penanganan yang amburadul dari pemerintah membuktikan kepada semua rakyat bahwa Pemerintahan Daerah serta Pemerintahan Pusat sudah tidak mampu untuk mensolusi permasalahan energi bagi rakyat Indonesia apalagi permasalahan besar lainnya.
Pemerintah Pusat dan Presiden SBY memanfaatkan ketidak mampuan mensolusi energi BBM dan Gas LPG saat ini, dengan mencuatkan gagasan "Gerakan Nasional Penghematan BBM, Listrik dan Air" untuk menutupi ketidak mampuan Pemerintah. Seharusnya momentum pencuatan gagasan tersebut, disaat rakyat Indonesia tercukupi BBM dan gas LPG-nya.
Hal yang kontradiksi dari gagasan SBY tentang Gerakan Nasional Penghematan BBM, Listrik dan Air adalah :
- Pemerintah tetap melakukan acara-acara yang tidak menunjukkan penghematan, seperti Presiden setiap harinya dilakukan pengawalan dengan banyak kendaraan roda empat menuju tempat acaranya maupun ke Istana Negara. Begitu juga para Menteri yang tetap menjalankan pengawalan protokoler yang memboroskan energi. Perilaku pejabat negara yang menjalankan pengawalan seperti ini menyebabkan kemacetan kendaraan rakyat jalan raya sepanjang persimpangan yang dilalui dan ini juga sebagai kontribusi pemborosan BBM yang disebabkan pejabat manja lewat (si-Komo lewat).
- Para penjemput Presiden apabila datang dari Luar negeri, tidaklah perlu dijemput oleh semua Menteri yang bedatangan ke Airport. Apalagi semuanya yang datang dengan pengawalan polisi forerider.
- Kendaraan para Menteri dan pejabat eselon lainnya yang masih memakai mobil ber cc besar. Bahkan Presiden RI tidak serta merta juga membatalkan pemesanan pesawat Jet Kepresidenan yang dipesan dari Amerika.
- Semua APBN yang direalisasikan setiap akhir tahun selalu memiliki sisa anggaran dan sisa anggaran ini selalu dimanipulasi dengan berbagai acara yang diada-adakan hanya untuk menguras-habiskan sisa anggaran APBN begitu juga APBD didaerah-daerah. Sudahlah proyeknya di markup dan dimanipulasi/dikorupsi, sisanyapun disikat habis.
- Semua Kepala Daerah serta Pemerintah daerah tidak mampu mensolusi kemacetan disemua perkotaan selama ini dan kondisi ini merupakan pemandangan sehari-hari yang sangat nyata memboroskan BBM.
- Pemerintah SBY masih belum mampu untuk melakukan penghematan dalam pembelian BBM dari Luar Negeri yang masih saja melalui calo BBM di Singapura (Seperti PT. Petral anak perusahaan PT.Pertamina). Tidakkah bisa dilakukan pembelian BBM secara G to G dan dilakukan dengan perjanjian bilateral ? Sehingga pembelian BBM menjadi lebih murah.
- Pemerintah SBY belum mampu untuk segera mempersiapkan pengganti BBM kendaraan dengan BBG (Gas) dan kita ketahui cadangan Gas dari bumi Indonesia sangat besar jumlahnya (Selama ini hanya sebagai wacana saja dari Pemerintah). Mungkinkah ada tekanan asing dari schenario Kartel minyak dunia ?
- Untuk melakukan penghematan yang sangat besar, seharusnya Presiden SBY sudah sejak dahulu (periode I) tegas memberantas KORUPSI, akan tetapi kenyataan yang disaksikan seluruh rakyat, kasus Bank Century, kasus beraneka bidang proyek APBN yang melibatkan petinggi SDM Partai Demokrat sendiri serta kasus-kasus lainnya, tidak cepat dan tegas ditindak oleh Presiden SBY. Bahkan cenderung dengan kekuatan politik untuk pembiaran dan ditutup-tutupi.
Gerakan Nasional Penghematan BBM, Listrik dan Air yang telah dicanangkan Presiden SBY tidak akan berarti dan tidak akan jalan selama periode menuju 2014 mendatang, menurut penulis Gerakan ini hanya untuk kamuflase dan menutup-nutupi atas kegagalan nyata Pemerintah Dalam Manajemen Energi Nasional selama ini.
Salam, selamatkan NKRI dari para pejabat maling yang berfungsi juga sebagai "KACUNG ASING".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H