Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Ulangi Lagi Kebodohan Nasional Masa Lalu

13 April 2014   22:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13973816751694577303

Tantangan Indonesia kedepan setelah 2014 adalah merupakan tantangan yang sangat berat untuk kita hadapi. Bayangkan saja 2015 sudah memasuki realisasi AFTA yang sesungguhnya lalu 5 tahun mendatang kita akan menghadapi realisasi WTO pada 2020. Ekonomi nasional akan menghadapi gempuran hebat pada periode itu. Lalu apakah kita sudah siap menghadapinya ? Oleh karena itu kita semua harus benar-benar selektif dan akurat dalam penentuan kepemimpinan Nasional mendatang, sehingga terpilih kepemimpinan Nasional yang bisa memandirikan Indonesia dan tidak akan bisa dikacungi dan dibonekai oleh kekuatan asing.

Sejak kejatuhan Soeharto, hingga kini, kita hanya berjalan ditempat dan bahkan lebih mundur. Indikasinya adalah garam saja kita masih impor walaupun produksi di dalam negeri dari garam rakyat di Madura berlimpah. Belum komoditas lainnya yang bisa diproduksi oleh seluruh rakyat kita juga diimpor. Malah dari kalangan petinggi Negara merasa senang dan gembira ketika pesawat kepresidenan pesanan dari AS berharga hampir Rp. 1 T tiba di Indonesia. Untuk apa ? Gagah-gagahankah, gaya-gayaankah, sok kayakah, sok setara Negara majukah (padahal masih Negara miskin), efisiensikah dengan memakai pesawat sendiri (padahal akan lebih mahal), gagah-gagahan identikkan dengan airforce-one US atau apa ? Heran, justru pesawat itu dibeli dalam kondisi kita masih mengurus rakyat miskin dengan beras miskin yang sangat menghinakan rakyat sendiri. Bahkan kita belum mampu mengurus pengembalian TKW dan TKI dari Arab Saudi ke Indonesia yang bertahun-tahun tidur dibawah kolong jembatan layang dinegara Arab sana yang sangat menghinakan bangsa dan Negara Indonesia. Banyaknya aneka infrastruktur pendukung efisiensi ekonomi yang belum dibangun diberbagai daerah. Jalan raya didalam dan antar propinsi masih banyak yang berlobang malah kemacetan jalan raya terjadi disetiap kota besar yang melemahkan daya saing produktifitas masyarakat.

[caption id="attachment_319835" align="aligncenter" width="359" caption="Illustrasi dari penulis"][/caption]

Sungai Citarum yang diliput oleh media pemberitaan Inggris ditayangkan keseluruh dunia dikatakan sungai paling jorok didunia kita tidak tersentuh rasa malu diri kita apalagi rasa malu dari para pejabat tinggi kita. Malah mereka ber cengenges ria dalam setiap pertemuan partai atau pertemuan kabinet, tidak tahu diri bahwa dirinya sedang melakukan pembiaran terhadap penghinaan bagi bangsa dan Negara Indonesia. Lucunya sungai Citarum yang berada di Jawa Barat, Gubernurnya yang bernama H. Ahmad Heryawan (Aher) dan wakil gubernurnya H. Dedi Mizwar tenang-tenang saja menikmati kedudukan singgasana kegubernurannya. Apa karya Aher selama ini untuk Jawa Barat ? Kecuali katanya hanya bangga mendapatkan berbagai penghargaan terbanyak dari berbagai lembaga di luar negeri (bisa saja kemungkinan direkayasa). Rakyat Jawa Barat tidak butuh aneka penghargaan pribadi, rakyat Jawa Barat butuh tindakan nyata bagi peningkatan kesejahteraan Jawa Barat, kemudahan mendapatkan lapangan pekerjaan, terhindar dari kemacetan jalan raya, kemudahan pemasaran yang profitable bagi produksi UKM.

Seharusnya sejak kejatuhan Soeharto, kita sudah dapat mempersiapkan serta mewujudkan pembangunan kemandirian ekonomi nasional yang merupakan alat perang ekonomi kita dalam penyediaan produksi yang berdaya saing tinggi. Sehingga pada realisasi AFTA dan WTO kita tidak hanya berwacana saja. Ternyata sejak itu hingga sekarang, para pejabat tinggi kita di pusat pemerintahan dan daerah sibuk dengan korupsi-ria dan manipulasi-ria uang rakyat. Sungguh keterlaluan kebodohan para penguasa kita selama ini. Ternyata mereka itu adalah orang-orang yang mengaku ber-Iman ternyata tidak ber-Iman. Mereka orang-orang yang mengaku bertaqwa ternyata orang-orang yang paling munafik (Zindiq).

Janganlah memilih pemimpin Nasional yang orangnya sudah sangat tidak cerdas kinerjanya selama ini. Bentuklah dan rancanglah pasangan Presiden dan wakil presiden yang bisa mensolusi segala tantangan permasalahan Indonesia baik didalam negeri maupun di luar negeri. Seperti ada wacana yang memasangkan Prabowo Subianto dengan Gita Wiryawan (GW) ini adalah pasangan yang sangat tidak laku dan GW bisa merendahkan elektabilitas Prabowo S. Kalau Prabowo S bisa saja masih dapat diterima, akan tetapi Gita Wiryawan apa ? Semua orang sudah tahu kinerjanya bagaimana ? Dialah yang membiarkan adanya impor garam dan beras Vietnam yang menghinakan bangsa itu. Carilah penentuan pasangan Presiden yang bisa mensolusi Indonesia kedepan dan bisa mempercepat kemampuan bersaing produktifitas nasional Indonesia. Jangan bermain-main dan uji coba dalam penentuan dan penetapan kepemimpinan Indonesia, karena Indonesia sudah berhadapan dengan bangsa asing yang sudah berbuat apa saja, sedangkan kita masih saja berwacana dan berencana. (Ashwin Pulungan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun