Kelangkaan BBM bersubsidi membuat hambatan besar dari berbagai aktifitas kehidupan kalangan masyarakat saat ini. Pada hari ini sangat banyak keluhan terjadi diberbagai daerah dan kemungkinan kuat akan terjadi demo yang besar diberbagai perkotaan. Kalangan masyarakat yang berusaha dalam angkutan kota banyak yang tidak menjalankan kendaraannya, karena BBM Pertamax sangat mahal tidak seimbang dengan biaya angkutan yang harus dibayarkan oleh para penumpang dan selalu terjadi perdebatan antara para penumpang dengan sang supir. Para supir yang memiliki kendaraan angkutan barang jarak jauh, juga tidak dapat menjalankan kendaraannya karena ketidak pastian adanya persediaan solar disepanjang jalur jalan luar kota menuju tujuan. Para petani yang menggunakan pompa air dengan bahan bakar Premium-Solar, sekarang sudah tidak mampu lagi untuk membeli BBM. Beban biaya yang harus ditanggung oleh para petani semakin sangat membesar dan memberatkan disamping akan menyusul naiknya harga pupuk serta harga kebutuhan hidup sehari-hari.
Para tenaga kerja yang berpendapatan tetap (Buruh pabrik, pns, karyawan swasta) juga sekarang ketar-ketir dalam mensikapi beban kehidupan sehari-hari yang dipastikan akan menaik tidak terkendali dalam waktu dekat ini.
Pada kalangan produsen dan distributor saat ini mengambil sikap menunggu serta banyak menahan pengeluaran barangnya ke konsumen dan saat ini berdampak adanya kenaikan berbagai harga di beberapa pasar tradisonal dan pasar swalayan.
Eceran Solar dan Premium, yang dijual ketengan di berbagai perkampungan pemukiman Kabupaten Bandung Jawa Barat, berharga rata-rata Rp. 8.500,- s/d Rp. 9.000,-/0,8 Liter.
Kondisi seperti ini, bagi masyarakat merupakan permasalahan yang berulang-ulang terjadi yang dilakukan oleh berbagai rezim pemerintahan hingga kepemimpinan SBY yang sangat sering mempersulit serta mengganggu kehidupan sebagian besar rakyat. Pada suasana transisi peralihan kepemimpinan SBY kepada JKW, sangat terlihat SBY akan menyerahkan kekuasaannya kepada JKW bersama dengan bom waktu kenaikan harga BBM oleh Pemerintah baru yang akan menyakitkan serta memberatkan banyak rakyat Indonesia. Beban kehidupan masyarakat sebelum BBM dilangkakan saja, sudah sangat berat, apalagi ditambah dengan kenaikan disaat berkuasanya Pemerintahan baru.
Antrian yang panjang diberbagai SPBU disemua daerah, menunjukkan bahwa pemerintahan SBY selama ini sangat GAGAL dan memperlihatkan layaknya Indonesia seperti baru merdeka saja. Kita semua mengetahui betapa peliknya situasi ekonomi dan amburadulnya kondisi pelaksana pemerintah Indonesia, kita juga menyangsikan bisa tidaknya JKW-JK (dibayangi kuat kepentingan kapitalis asing) mengendalikan Pemerintah Indonesia kearah yang lebih baik sesuai dengan kehendak seluruh rakyat dan selaras dengan berbagai ragam bentuk janji-janji mereka ketika kampanye dahulu.
Bila Semua SPBU di Indonesia BBM-nya Berharga Internasional.
Indonesia sudah merupakan pasar keempat terbesar di dunia, dan potensi pasar cukup besar inilah yang sangat menggiurkan bagi Neo-Imperialis dunia untuk memanfaatkannya (dalam full integration company). Untuk mewujudkannya, mereka masuk pada perdagangan eceran cash keras yang sangat cepat perputarannya. Untuk itu, Kapitalis asing membuka usaha eceran BBM melalui SPBU dibanyak kota besar Indonesia pada tahap awal. Apabila harga semua jenis BBM yang dijual pada SPBU sama dengan harga Internasional, maka SPBU Pertamina akan berhadapan (bertarung kualitas pelayanan) dengan SPBU asing. Â Pertanyaan kita mampukah para perusahaan SPBU Pertamina berhadapan dengan SPBU asing ? Jawabannya adalah akan banyak sekali SPBU branding Pertamina (bangkrut) yang dijual segera kepada perusahaan SPBU asing di Indonesia ini. Inilah grand design tekanan asing yang telah dimainkan dan ditujukan kepada pemerintah SBY dan pemerintah baru JKW agar subsidi BBM segera dihapuskan dengan konspirasi pelangkaan BBM bersubsidi, sehingga nantinya harga semua jenis BBM akan sama dengan harga Internasional.
Mampukah Mayoritas Masyarakat Indonesia dengan BBM Harga Internasional?
Memperhatikan tingkat pendapatan per kapita mayoritas masyarakat kita selama ini yang hanya US$. 4.700,-/tahun, maka harga BBM dengan harga Internasional akan sangat bermasalah dan mayoritas rakyat Indonesia tidak akan mampu. Sebaiknya Pemerintah selama ini dan yang baru mampu untuk bisa menaikkan pendapatan per kapita mayoritas Rakyat sampai US$.11.000,-/tahun agar bisa melepas harga BBM Nasional sama dengan harga Internasional.
Seharusnya Pemerintah mempertimbangkan tekanan Internasional untuk mencabut subsidi terhadap BBM Indonesia sebagai usulan yang membahayakan kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu Pemerintah tetap mempertahankan adanya subsidi kepada BBM dengan menaikkan harga BBM yang tidak terlalu memberatkan sebagian besar rakyat. Agar bisa tetap berjalan kelangsungan berbangsa dan bernegara, Pemerintah bisa saja menaikkan harga BBM dari Premium Rp.6.500,-/L menjadi Rp. 7.500,-/L serta BBM Solar dari Rp. 5.500,-/L menjadi Rp. 7.500,-/L. Bagaimana, wajar atau tidak !!? Keputusan para petinggi Kementerian ESDM, Menko EKUIN dan PT. Pertamina serta Presiden SBY 27/8/2014 siang ini 12:13, merupakan keputusan untuk normalisasi BBM yang sangat telat mikir dan tidak mensolusi permasalahan serta keresahan kebutuhan BBM rakyat, karena rakyat masih dalam trauma ketidak pastian ketersediaan BBM. (Ashwin Pulungan)