Tanah perkuburan sore itu masih basah dengan wewangian kembang orang-orang yang melayat masih semerbak tercium.faaz masih terpaku memandangi nisan yang bertuliskan "faiz mardana,wafat tanggal 12-11-2014".
Bukan karena tulisan di nisan itu diukir dengan kaligrafi yang indah,melainkan nama dalam nisan itu yang membuat dada faaz terasa penuh sesak.tak percaya bahwa kakak kembarnya itu akan meninggalkan dirinya begitu cepat.masih hangat dalam fikirannya ketika faiz berusaha keras untuk membujuknya pulang kembali kerumah.saat itu kondisi faiz masih terbilang sehat dan normal-normal saja.hampir tak terlihat ada goresan penyakitpun di raut wajah ayunya. ia berusaha mati-matian untuk membujukku pulang kerumah tinggal bersama ayah dan bunda seperti kebanyakan keluarga normal lainnya.
Namun betapa bodohnya aku,terlalu membiarkan egoku meracuni seluruh sel otak dalam tubuhku hingga aku tak dapat berfikir secara normal dan semestinya.memang akhir-akhir ini aku merasa tersisih,tak diperhatikan lagi.perhatian ayah dan bunda hanya tertuju pada kakak kembarku itu,setiap kata yang diucapkan faiz dengan mudahnya mereka langsung berkata iya tanpa memikirkan apa permintaan itu wajar atau tidak . karna merasa aku sudah tidak berguna lagi dirumahku sendiri,kemudian aku memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kemewahan yang telah aku dapatkan selama ini.
Setelah pemakaman faiz selesai,diam-diam aku kembali kebandung,tanpa berpamitan dengan kedua orang tuaku.sesungguhnya perkataan mulut dan hati sangat lah jauh berbeda,sungguh aku ingin kembali merasakan indahnya cinta dalam keluargaku sendiri.namun keras kepalaku tak dapat merubah segalanya.aku masih tetap saja kembali kebandung ketempat panti asuhan yang selama ini memberiku kedamaian dalam hatiku.
setelah sampaidibandung aku bercerita pada bu mira,ibu panti yang sudah aku anggap sebagai pengganti bunda,kesabaran dan kebaikannya membuat aku merasa nyaman tinggal ditempat itu.
"bunda,sebenarnya sebelum kematian faaiz aku sempat bermimpi bertemu dengan dia.faiz menangis melihat keadaan ku yang masih saja dengan keras kepala tak mau pulang kerumah.apakah pertanda itu bun."
"faaz,bunda kira kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti isyarat itu nak.faiz ingin melihatmu kembali kerumah.dia sudah tidak ada lagi sekarang,hanya kamu lah satu-satunya kebanggaan orang tuamu nak."
"tapi bunda,apakah ayah dan bundaku mau memaafkan segala kesalahan yang telah aku lakukan selama ini...?"
"tentu nak,mereka yang telah memberimu hidup.mana mungkin hanya kesalahan seperti ini lantas membuat mereka melupakanmu."
mendengar nasehat bu mira,bergegas aku menuju kamar,menagis sejadi-jadinya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H