Mohon tunggu...
Defi Aryani
Defi Aryani Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Founder @galaksi_aksara_kita

#Literasik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tetap Bisa Beli Mainan, Ajari Managemen Keuangan Sesuai Kebutuhan!

8 Mei 2022   21:23 Diperbarui: 8 Mei 2022   21:29 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/


Sudah sewajarnya seorang anak menginginkan mainan untuk sarana berkomunikasi dengan teman sebayanya. 

Mainan identik dengan sesuatu yang menarik. Mulai dari informasi di sosial media, maupun cara permainan yang belum ada sebelumnya. Bagi tiap orang tua yang tidak ingin anaknya rewel, pasti akan segera membelikan mainan yang diinginkan si anak.

Secara sederhana, mainan diartikan sebagai sesuatu yang menarik untuk dimainkan. Baik oleh pemilik mainan maupun dengan teman-temannya. 

Secara solo ataupun classical, seorang anak menganggap mainan seperti hal yang wajib mereka miliki. Hal ini bisa memicu persaingan. Tak jarang jika orang sekampung akhirnya memiliki mainan yang sama karena tidak ingin dianggap kalah saingan.

Silahkan identifikasi, termasuk kategori butuh mainan level berapakah anak kita?

1. Level rendah : Butuh mainan, tapi bisa dialihkan dengan mainan yang sudah pernah dibeli

"Sepertinya lego yang kamu beli hampir sama dengan lego yang sudah dibeli bulan lalu."

2. Level sedang : Butuh mainan, namun wajib memberi imbalan dengan perilaku baik (beli mainan tapi menabung terlebih dahulu)

"Kalau tabungannya sudah cukup dan masih ada sisanya, kamu sudah boleh membelinya."

3. Level tinggi :  Butuh mainan karena memang belum pernah beli mainan selama beberapa tahun terakhir.

"Kalau memang belum punya mainan ini dan kamu butuh mainannya, beli saja, asal tanggung jawab untuk menjaganya, ya."

Coba tanyakan lagi pada anak kita sesuai dengan umurnya. Jika mereka dalam kategori rendah maka kita perlu memberikan pengertian bahwa mainannya masih banyak dan uang bisa ditabung. 

Beda lagi saat dia sudah di level sedang, ketika memang butuh mainan dia harus menabung dan perlu usaha mendapatkan hal yang diinginkannya. Pengecualian bagi anak yang memang jarang sekali membeli mainan. Kita sebagai orang tua bisa memberikan mereka kesempatan untuk membeli dengan memberi tahu bahwa memang waktunya dia membeli. Mainan akan jadi barang berharga ketika si anak mendapatkannya di saat butuh dengan mainan tersebut.

Ayah Bunda pasti paham kebutuhan. Selanjutnya libatkan anak dengan konsekuensi dalam membeli mainan sesuai dengan level kebutuhannya.

Tipe-tipe kebutuhan anak satu dengan lainnya sangat berbeda. Jangan samakan level anak rendah menjadi level tinggi. Sebaliknya yang level tinggi juga jangan dibuat menjadi level sedang. 

Dengan mengidentifikasi level kebutuhan, kita akan memahamkan pada anak bahwa menyukai tidak sama dengan membutuhkan mainan tersebut. 

Skill parenting ayah bunda pasti memahami kebutuhan. Boleh beli, jika sudah dalam standar butuh.
Bijak mengelola kebutuhan sederhana akan jadi bekal mereka mengelola hal yang rumit di masa depan.

Selamat mempraktikkan ayah bunda!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun