Pada hakikatnya kesulitan belajar adalah kesulitan dalam hal belajar yang meliputi pemahaman maupun penggunaan bahasa lisan maupun tulisan, dan kesulitan tersebut terlihat dalam hal mendengar, berfikir, membaca, menulis, dan mengeja. Pada masa kanak-kanak hingga akhir perlu adanya bimbingan lebih intensif yang di berikan oleh guru maupun orang tua, karena pada masa ini perkembangan anak sedang pesat dan harus di arahkan dengan benar. Orang tua sebaiknya mendampingi sang anak ketika mereka sedang belajar di rumah atau ketika mereka mengerjakan PR, dengan pendampingan orang tua tersebut ketika si anak mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang sedang ia pelajari ia bisa langsung meminta penjelasan kepada orang tuanya. Secara umum kesulitan belajar yang kita ketahui adalah dalam hal kemampuan membaca, namun kesulitan belajar juga mencakup kesulitan ketika mengerjakan so’al-so’al matematika. Tidak sedikit anak-anak di masyarakat kita saat ini menganggap bahwa matematika adalah sebagai mata pelajaran momok yang kurang di sukai oleh peserta didik karena rumitnya rumus-rumus untuk menghitung yang ada pada pelajaran matematika.
Agar di klasifikasikan sebagai kesulitan belajar, masalah belajar ini terutama bukanlah akibat dari keterbatasan visual,pendengaran, atau motorik; retardasi mental, gangguan emosi, atau karena keterbatasan lingkungan ,budaya, atau ekonomi. Pada kasus kesulitan belajar ini diidentifikasi bahwa tidak mungkin kesulitan belajar terletak pada satu area spesifik pada otak. Kemungkinannya kesulitan belajar adalah karena masalah dalam mengintegrasikan informasi dari beberapa area otak atau gangguan kecil pada struktur dan fungsi otak.
Adapun faktor lain penyebab kesulitan belajar pada anak adalah kurangnya perhatian, baik dari gurunya di sekolah maupun dari orang tuannya. Anak-anak yang kurang perhatian ini kesulitan terhadap apapun, dan mudah sekali bosan jika ia harus di hadapkan dengan tugas-tugas sekolahnya meskipun hanya beberapa menit atau beberapa detik. Pada masa anak-anak tidak di sarankan memforsir anak untuk selalu belajar setiap saat, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali para orang tua yang telah membuat jadwal-jadwal khusus untuk anaknya agar waktu seakan-akan tidak terbuang, mereka mengharuskan anknya untuk selalu belajar dan konsentrasi ketika mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh sekolah. Ini sangat berpengaruh terhadap psikologi dan hubungan sosial sang anak, karena pada masa itu meraka memiliki hak untuk mendapatkan waktu bermain dan menikmati masa kecilnya dengan indah. Memang didikan disiplin dan senantiasa mengarahkan sang buah hati untuk melakukan hal-hal positif juga baik namun ketika orang tua menuntut sang anak lebih giat belajar lagi dengan cara memforsir waktu anak untuk belajar terus sehingga tidak ada waktu untuk sekedar berkumpul bersama temannya dan bermain bersama, cara itu sangan tidak dibenarkan di tinjau dari pengaruhnya terhadap psikologis sang anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H