Walaupun sejarah pergerakan banyak dijumpai, tetapi menangkap gagasan harus melalui tulisan atau jejak yang bisa dijumpai baik audio, atau audio visual. Artinya, bagaimana kita menjumpai hiruk pikuk pergulatan sosial, politik, agama dan kebudayaan saat itu tentu dengan catatan sejarah; salah satunya adalah tulisan-tulisan Mbah Nun.
Membaca Kembali tulisan-tulisan Mbah Nun seakan kita dibawa ke dalam ruang yang temboknya adalah cermin semua. Ada daya pantulan dari berbagai sudut untuk menyaksikan diri kita sendiri.
Out-putnya adalah muhasabah; introspeksi diri. Karena Introspeksi diri membutuhkan kelegowoan, di samping energi dan kemauan. Seperti kata Mbah Nun "Manusia jangan Ge-Er, jangan pernah berpikir bahwa Allah memiliki kelemahan, kehausan atau kelaparan sehingga memina manfaat dari hamba-hamba-Nya."
Yang artinya jebakan persepsi, seakan-akan, merasa benar sendiri, merasa paling ini dan itu, bahkan merendah untuk meroket, tidak mau muhasabah dan lain sebagainya adalah bentuk ke-Ge-Er-an manusia.Â
Membaca memang tuntutan dari-Nya, agar tidak mudah kebelinger, minimal tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan sehingga mudah menghakimi dan menilai orang lain. Wallahu a'lam.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H