Sehingga Pendidikan menemui perannya; membangun kemanusiaannya dan kepekaannya. Kepekaan terhadap kondisi sosial, keberagamaan, dan kebudayaan adalah hasil (yang seharusnya) dibentuk oleh Pendidikan. Disadari atau tidak peran Pendidikan hari ini silahkan anda maknai sendiri.
Dalam konteks sosial, kepekaan dapat mempengaruhi terhadap gerak komunikasi dan etika seseorang. Di antaranya menurut Purwadi (2009:119) adalah Ambeg Adil Paramarta, Ambuncang Reretuning Jagad, Amemangun Karyenak Tyasing Sasama, Amit-Amit Karo Mbah Buyut Mengko Kuwalat. Artinya Pendidikan memiliki peran tidak hanya untuk membentuk intelektualitas saja, tetapi spiritualitas dan meta -- etikanya.
Ambeg Adil Paramarta, artinya individu atau kelompok memiliki kesadaran akan sikap jujur (adil) dan penuh kebijaksanaan. Mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Paham situasi dan kondisi, mampu mengambil sikap yang tepat atas apa yang dihadapinya. Hal ini oleh Ki Hajjar Dewantara dalam Filosofi pendidikannya disebut Tut Wuri Handayani. Dengan demikian Pendidikan adalah membangun sikap agar bijak dalam mengambil keputusan dan menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Ambuncang Reretuning Jagad, membuang kerajaan dunia. Hal ini seperti yang dikatakan Mbah Mutamakkin terhadap Pakubuwana II bahwa Ia lebih memilih kerajaan akhirat ketimbang kerajaan dunia. Artinya membuang pernak-pernik duniawi yang melekat dan menjadi penyebab kemrungsungnya manusia.
Amemangun Karyenak Tiyasung Sesama, membuat kelegaan dan kebahagiaan bagi sesama. Dalam pendekatan tasawuf, dikenal dengan idkhal as-surur artinya berbagi kebahagiaan, membangun roso pangroso antara satu sama lain agar kebahagiaan itu tidak hanya berupa bungkus luar, tetapi juga di dalam hatinya. Jika Pendidikan mampu menjadi sumber kebahagiaan setiap orang, maka Pendidikan memiliki maksud menyertai, mbarengi, dan mendampingi.
Terakhir, Pendidikan setidaknya memberi nilai-nilai etis sehingga setiap individu mampu menempatkan diri dan bersikap sepatutnya kepada siapapun. Seperti yang disebutkan di atas, amit-amit karo mbah buyut mengko kuwalat, artinya harus menghormati orang tua (orang tua kandung, mertua dan Guru). Walau demikian orang tua sangat luas maksud dan posisinya. Sehingga Pendidikan mengajarkan setiap orang untuk mikul duwur mendem jerro. Artinya menghormati dan menghargai setiap apa yang menjadi petuah dan pesan dari orang tua.
Oleh sebab itu, untuk menumbuhkan, memupuk dan melestarikan kesadaran akan keberagamaan dan kebudayaan, maka Pendidikan menjadi pijakan untuk menumbuhkan kepekaan atau kesadaran tersebut. Sehingga untuk menyadari kemanusiaannya maka perlu menyadari kepekaanya, karena semakin merdeka hatinya, semakin besar potensi menyadari kemanusiaannya.[]
Sumber Gambar: media.istockphoto.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H