Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rembulan Sayu

27 Oktober 2020   01:14 Diperbarui: 27 Oktober 2020   01:16 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembulan sayu sinarnya malu-malu
Awan pekat menutup belantara di rumah adat
Jago merah melahap
Arang menjulang lalu hilang
Mengganti tanah dengan debu yang aromanya seperti selepas hujan
Rumah adat, hutannya luas
Ditukar tanda tangan sang mulia
Tanah-tanah kian tak bertuah
Tak jelas siapa empunya
Dari kaki bukit arcapada
Tinggalan sejarah kurang murah di pasaran
Tentu tiada guna menurut mereka
Rembulan kian sayu, menutup mata enggan beradu
Rembulan kian sayu, ditutupi awan pekat dari asap hutan adat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun