Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wabah: antara Sains dan Metafisik

13 Juni 2020   20:40 Diperbarui: 13 Juni 2020   20:40 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun demikian tidak bisa pula untuk meninggalkan usaha metafisiknya. Berdoa kepada Yang Maha misalnya, atau melakukan upacara-upara tertentu seperti tumpeng pras, dsb.

Prinsipnya bukan semata-mata iman saja, tetapi juga usaha secara basyariah. Kata Nabi, "ikat dulu untanya baru menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan". 

Manusia hanya bertugas menanam, untuk menumbuh -- kembangkan menjadi urusan Tuhan. Ujaran jawa mengatakan sakderma, maka apa yang kita bisa mari dilakukan, perkara hasil kembali kepada Tuhan dan pemahaman bahwa usaha tidak akan menyelingkuhi hasil.

Agaknya hanya akan sia-sia ketika sains selalu dipertentangkan dengan pemahaman-pemahaman metafisik. 

Disadari atau tidak keinginan satu langkah di depan pemikiran kita. Jika sains selalu berkembang setiap saat, maka metafisik adalah Apoiron atau hal yang tak terbatas.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun