Falsafah hidup yang dalam budaya jawa dan nusantara dikenal di kalangan masyarakat luas, yang sebenarnya menginterpretasikan dari ajaran-ajaran dharma untuk menjalani kehidupan diberbagai aspeknya. seperti kalimat " sugih tanpa bandha" yang berarti kaya tanpa harus modal dalam kontek perekonomian maka ini tidak berlaku ketika kita mau usaha atau bisnis tanpa adanya modal karena itu sebuah kemustahilan.
Akan tetapi banyak juga yang bermodal namun gagal juga terlepas dari faktor-faktor lain, akan tetapi kalimat ini biasanya digunakan untuk konteks orang-orang yang giat berusaha dan modal yang dimaksud bukan modal berupa nominal tapi berupa niat dan giat. kemudian kalimat "digdaya tanpa aji-aji" dengan arti sakti tanpa adanya mantra yang mana banyak orang ketika ingin melakukan atau mengamalkan kesaktian yang bersifat transenden maka mengunakan-matra-mantra yang bagi kita malah kebanyakan jauh dari sang hyang wenang atau jauh dari ilahiyahnya, dengan demikian maksud dari kalimat ini lebih dekat kepada pemahaman penguatan sikologi yang mampu merangkul dan mensinergikan anatara satu sama lain bahkan dengan mahkluk lain yang nyata dan kasat mata.
Kemudian kalimat "ngluruk tanpa bala" yang berarti bukan sombong karena sendirian bukan!! akan tetapi bertanggung jawablah sendiri atas apa yang dilakukan dan jangan pernah mengaitkan orang lain, ayah, guru bahkan teman ketika masalah itu bisa dilakukan sendiri dan berusaha tanggung jawab atas itu semua.yang terahir "menang tanpa ngasorake" jangan pernah memandang remeh orang lain jangan pernah memandang sebelah mata orang lain dan saling menghargai antar perbedaan .Â
Batu 12, Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H