Sebagai salah satu yang dianggap mempunyai keahlian bidang transportasi dan perencanaan kota, saya termasuk yang mempunyai pandangan menyetujui rencana pembangunan High Speed Train (HST) Jakarta-Bandung, terutama nantinya akan dilanjutkan sampai Surabaya sepanjang Trans-Jawa sebagai perencanaan HST Trans-Java.
Populasi dan proposi ekonomi yang ada di Jawa-lah yang bisa menjadi judgment bahwa kecepatan pergerakan manusia di Jawa akan bisa menumbuhkan ekonomi lebih tinggi untuk menopang ekonomi Indonesia secara menyeluruh.
Saat ini sudah terdapat 2 Penawaran HST dari China dan Jepang.
- Penawaran dari China, investasi total mencapai Rp70 Trilyun dengan masa konstruksi sampai 2018, dan skema kerjasama Business to Business (B to B) dengan mendirikan Joint Venture (JV), dengan shareholders Indonesia dan China, Indonesia didukung oleh 4 BUMN akan memiliki saham 60% dan BUMN China memiliki saham 40%, pendanaan dengan project financing, equity:loan = 30%:70% dengan sumber loan dari China Bank Development dengan interest loan 2%, dalam perencanaan tariff sekitar Rp200.000 dng asumsi jumlah penumpang harian 44.000 penumpang per hari di tahun pertama dan optimal mencapai 150.000 penumpang per hari pada target tahun-tahun berikutnya, optimis BEP di tahun ke 6 sudah mulai ada profit.
- Penawaran dari Jepang dengan Shinkasen technology, dengan total investasi Rp60 Trilyun diselesaikan kontruksi sampai 2021, skema kerjasama adalah Government to Government (G to G) dengan tight soft loan dengan interest loan 1%, ada kemiripan skema pendanaan MRT Jakarta. Asumsi tarrif Rp290.000 dan jumlah penumpang mulai dari 40.000 penumpang per hari.
Dirangkum dari berbagai sumber berita online :
http://www.channelnewsasia.com/news/business/china-vs-japan-in-race-to/2077090.html
Dilema yang terjadi dirangkum dari berbagai berita online saat ini secara singkat sbb:
- Kekuatiran proyek HST tidak layak secara financial.
- Kekuatiran adanya anggaran fiscal Pemerintah saat ini sehingga pembangunan daerah-daerah lain akan terhambat.
- Kekuatiran adanya anggaran fiscal Pemerintah yang akan membebani Pemerintah Indonesia mendatang sebagai hutang yang harus dibayarkan oleh generasi berikutnya.
- Kelayakan teknis rendah karena jarak Jakarta-Bandung berjarak 150 km terlalu dekat untuk ditempuh dengan HST minimal perencanaan idealnya adalah untuk jarak 350 km.