Menanggapi berita terbaru hari ini tgl 5 January 2015, bahwa sedimentasi di Waduk Jatiluhur sudah sangat tinggi, dan tidak adanya lokasi pembuangan sedimentasi, ini bisa membahayakan kondisi bendungan itu sendiri. Kemungkinan untuk failure menjadi sangat besar. Dengan sedimentasi yang tinggi kemungkinan besar akan merusak mesin-mesin turbin yang ada di bendungan dan apabila bendungan meledak, Jakarta akan terbanjiri secara total oleh tumpahan air 12,9 milyar meter kubik dalam waktu 15 menit.
Berita terkait :
Sehingga tulisan ini yang sudah setahun lalu, lebih baik saya publish melalui kompasiana untuk awareness.
Saat ini banjir menjadi musibah tahunan di Jakarta saat musim hujan terutama pada Bulan January dan February. Sudah trilyunan rupiah dana dianggarkan untuk menanggulangi banjir tahunan ini. Beberapa metode penanggulangan banjir sudah dijalankan dan akan terus dijalankan.
Menghadapi Banjir saat ini
Jangka pendek dari solusi banjir saat ini adalah metode zero-run-off mengatasi genangan air dengan pembuatan sumur resapan dan communal sumur resapan secara terus menerus dan berkesinambungan sampai setiap bangunan dilengkapi dengan sumur resapan dan setiap lahan hijau di Jakarta juga dilengkapi communal sumur resapan yang lebih besar dan dalam dari sumur resapan perumahan. Normalisasi sungai-sungai dan setu-setu juga terus dilakukan untuk membahkan daya tampung air. Pelebaran drainase dan juga pengkoneksian jaringan drainase dari drainase kecil diteruskan ke drainase perkotaan yang lebih besar sampai terkoneksi dengan sungai-sungai harus dilakukan sebagai solusi jangka pendek. Serta pembangunan system watergate di Jakarta Utara untuk menanggulangi banjir dari rob laut pasang.
Solusi jangka menengah yaitu meliputi merelokasi penduduk yang hidup di bantaran sungai dan situ ke lokasi perumahan susun yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta. Penertiban perumahan liar di bantaran sungai dan setu perlu disegerakan untuk mendukung pemudahan normalisasi sungai-sungai dan setu.
Bantaran sungai dan situ yang sudah bersih dari perumahan liar dibuat sebagai jalur hijau atau daerah resapan air yang akan mengurangi laju air dan membantu air terserap kembali ke tanah.
Salusi jangka menengah juga dengan membangun Multipurpose Deep Tunnel (MPDT). MPDT ini akan dibangun di bawah permukaan tanah dari Cawang sampai Pluit di bawah Banjir Kanal Barat (BKB). System tunnel ini diperkirakan akan mampu menampung sekitar 3juta m3 air berupa limpasan dari BKB.
Mengoptimalkan system informasi, memanfaatkan system mapping online menciptakan system informasi untuk mendukung pemberian informasi lokasi banjir serta pemetaan banjir, misalnya geospasial.com yang akan mempermudah memberikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
Penerapan catastrophe insurance atau adanya asuransi untuk korban banjir meliputi asuransi property/harta dan asuransi jiwa korban banjir perlu direncanakan.
Selanjutnya menumbuhkan ketertiban pada masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai-sungai harus terus dilakukan. Masyarakat harus menjadi agent pembangunan dengan menertibkan diri sendiri menjadi warga negara yang baik untuk nenciptakan kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.
Penertiban dengan pembatasan atau pelarangan pengunaan air dalam oleh perkantoran dan commercial area serta perumahan karena penyedotan air tanah dalam yang tak terkendali telah menyebabkanland subsidence (penurunan muka tanah) antara 3–10 cm per tahun.
Kesiapan Jakarta dan Detabek Menghadapi Siklus Hujan 100 Tahun
Tingginya curah hujan yang turun di kawasan Bogor, Jakarta dan sekitarnya sangat tinggi, sehingga pembangunan Banjir Kanal Barat (BKB) dan Banjir Kanal Timur (BKT) masih belum mampu untuk menampung valume air yang masuk Jakarta. Bahkan rencana pembangunan sodetan Cisadane juga diperkirakan tidak akan mampu memberikan pengaruh yang signifikan sebagai solusi banjir.
Inovasi atas pembangunan kanal sebagai pengontrol banjir perlu dilakukan. Sehingga pembangunan Reservoir yang mampu menampung air dengan skala hujan 100 tahun perlu dilakukan. Ilustrasi pada Gambar 1 berikut ini dengan Pembangunan Outer Flood Control Canal yang membelah Banten dan Jawa Barat dengan menciptakan ring yang akan melindungi Jakarta dan Detabek dari banjir skala 100 tahun.
Dengan ilustrasi lebar 100m dan kedalaman sekitar 10m serta panjang kanal bisa mencapai 200km, maka Outer Flood Control ini akan mampu menampung volume air yang sangat besar sekitar 200juta m3 air, atau sekitar 20 kali daya tampung air di BKB dan BKT. Sehingga pembangunan Outer Flood Control Canal ini akan langsung memberikan penyelesaian solusi banjir jangka panjang.
Outer Flood Control Canal ini sangat memungkinkan untuk direalisasikan. Terutama dimulai dengan pembebasan tanah sepanjang canal sebelum mengalami peningkatan harga. System pendanaan untuk pembangunan infrastructure Outer Flood Control Canal ini bisa dengan multiyear fiscal budget, soft loan Government to Government (G to G) atau penerbitan Infrastructure Bonds.
Outer Flood Control Canal juga berfungsi untuk menjadi barrier pelindung Kota Jakarta apabila terjadi failure pada bendungan Jatiluhur.
Gambar 1: Ilustrasi Pembangunan Outer Flood Control Canal (Kanal Luar Pengontrol Banjir)
Gambar 2: Opini pernah dimuat Forum Rakyat 25 January 2014
Land Use
Pada akhirnya pembangunan kota tetap harus mengacu pada Land-Use yang telah diatur dalam Tata Kota di Jakarta dan Bodetabek. Kecukupan atas Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik di hulu dan hilir harus dijaga.
Jakarta, 24 January 2014
Leny Maryouri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H