Oleh: Mastur Sonsaka
Anak merupakan individu manusia yang sedang berkembang baik dalam aspek fisik, psikis, maupun psikologis. Pada anak dengan usia dini, proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan bantuan orang dewasa. Para ahli psikologi perkembangan anak menyebut masa ini sebagai masa pembentukan, karena pada masa ini anak diibaratkan seperti tissue yang menyerap cairan yang berada didekatnya. Walaupun pada usia dini anak belum mampu memahami lingkungannya namun ia sedang merekam dan menyerap segala peristiwa yang terjadi disekitarnya. Lev Vygotsky menyebut masa ini sebagai tahap primitive atau natural, Menurut Vygotsky tahap primitive ini ditandai dengan aktivitas yang berorientasi social, artinya pada tahp ini, anak sepenuhnya tergantung pada stimulasi social. dalam konteks inilah pengasuhan kemudian menjadi sangat penting, baik dalam konteks perspektif konstruksi social maupun konstruksi psikis.
Pengasuhan merupakan aspek penting dalam kerangka stimulasi (stimulating), perhatian (caring) dan pendidikan (educating) yang sangat dibutuhkan oleh anak usia dini, tanpa itu semua tentu perkembangannya akan mengalami penyimpangan. Bahkan dari usia 0 tahun hal ini harus terus dilakukan oleh orang tua, terutama ibu sebagai figure lekat utama (primary attachment) anak. Obyek penginderaan pertama yang dikenali oleh anak yang baru lahir adalah ibunya, dekapan dalam tetek ibu merupakan sarana komunikasi emosional antara anak dan ibu. Ada banyak masalah yang muncul dalam kontek pengasuhan ini, salah satu diantaranya dalah rewel.
Observasi yang penulis lakukan terhadap anak yang rewel menunjukkan bahwa anak yang rewel tersebut akan mengalami gangguan dalam berhubungan dengan lingkungannya, baik orang tua, keluarga, tetangga maupun teman sebayanya (peer group). Sebagai manusia biasa, orang tua pun terkadang mengalami masalah psikologis dalam menghadapi anaknya sehingga berakibat pada bentakan bahkan pemukulan, begitu juga dengan tetangga, tentu merasa terganggu oleh tetangga yang memiliki anak yang rewel. Sedangkan pada anak sebaya muncul penolakan, sehingga tidak mau diajak main atau kalau diajak main hanya dikerjain karena membuat temannya nangis apalagi anak yang rewel merupakan kesenangan tersendiri pada anak. Hal inilah yang penulis temukan pada kasus anak rewel ini.
Dari hasil observasi dan wawancara penulis terhadap orang tua, keluarga, tetangga dan teman sebaya (observasi) anak yang rewel menunjukkan bahwa: Pada domain family process, support for autonomy, discipline effectiveness, parental investment dan family climate tida dilakukan oleh keluarga secara maksimal. Sedangkan dalam konteks karakter orang tua (parent characteristic), variable efikasi, resourcefulness dan mental health tidak dijalankan dengan baik. Selanjutnya pada domain struktur keluarga (family structure) yang tidak berjalan dengan baik adalah variable household crowding dan variable welfare receipt. Pada domain manajemen komunitas, variable informal networks, social resource dan economic adjustment kurang tersedia. Begitu juga pada domain peers atau teman sebaya, anak yang rewel mengalami gangguan pada variable prososial dan antisocial. Sedangkan pada domain komunitas (community) variable neighborhood, social economy status dan neighborhood problem tidak teratasi secara maksimal.
Akhirnya, hambatan-hambatan di atas kemudian menjadi factor resiko yang akan menghambat perkembangan anak bersangkutan pada tahap-tahap berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI