Mohon tunggu...
Riski Eko Yuliyanto
Riski Eko Yuliyanto Mohon Tunggu... Security - RIKYUTO

Menulis untuk dibaca oleh kalangan yang suka membaca. Kritik dan saran penting buat saya. Maka,sebisa mungkin pembaca memberi komentar di bawah tulisannya. Terima kasih sejagat raya...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Roottweiller dan Aku di Alam Mimpi

1 Maret 2015   03:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terjungkal-jungkal saat berlari. Ada sesuatu yang mengejarku dari belakang. Segrombolan anjing Roottweiller yang jumlahnya ratusan. Aku hanya berpikir apa yang terjadi di alam mimpiku ini ? Ratusan anjing-anjing Roottweiller menggonggong dan berlari mengejarku kemana saja ku berlari.

Aku mulai merasa merinding ketika aku sudah terkepung oleh para anjing ganas ini. Entah siapa pemiliknya sehingga aku di kejar anjing segitu banyaknya. Berusaha terus mencari jalan . Berlari selincah mungkin melebihi kecepatan lari si anjing. Rasanya tidak mungkin aku berlari melebihi kecepatan anjing. Namun di alam mimpi ini,apapun bisa terjadi. Dan aku berharap bisa terbang seperti Superman . Tapi alam mimpi tidak mengijinkan aku terbang. Dan terus berpikir dalam situasi panik manakala posisi sudah terjepit di sudut gang.

Dengan gigi-gigi yang mengerikan itu. beserta air liur yang membanjiri mulutnya menandakan rasa haus darah. Dan ingin menikam ,menerjang ,mengoyak-oyak daging hingga berbenturan antara gigi si anjing dengan tulang-tulangku. Merinding rasanya ketika ku membayangkannya. Tiba-tiba aku mendapat kekuatan untuk memberontak dan melawan ratusan anjing itu tanpa memikirkan jumlah banding. Aku berteriak meraung sejadi-jadinya. Amarahku mulai bergelora. Menerjang telinga anjing-anjing itu. Aku berteriak saraya melemparkan kalimat menantangku. "Ayo maju ! Semuanya maju !" Dengan teriakan begitu keras hingga mengalahkan para anjing Roottweiller itu.

Salah satu dari mereka mulai menyerang dan mendekatiku. Melopat dengan taring yang di basahi liurvmenjijikan itu. Belum sempat anjing itu menerkam kakiku. Kaki kananku sudah melayang mengayunkan segenap kekuatan dan mengenai moncong anjing itu. Dan aku berteriak lagi sejadi-jadinya seperti raja singa yang sedang marah. Anjing itu terpental satu meter jaraknya. dan tidak bergerak. Bukan mati tapi ia seperti menunduk pada tuannya.

Wajah anjing itu memelas dan menundukbdalam ketakutan. Perubahan sikap yang tak disanka dengan gelar si anjing ganas. Kemudian aku beralih ke anjing lainnya. Mereka juga tampak takut tapi di posisi berdiri. Lalu aku berteriak lagi seraya berkata " Siapa lagi yang berani ! Kalian jumlahnya puluhanbbahkan ratusan,ayo lawan ! " Suaranya melebihi auman singa menampar setiap telinga para anjing.

Tiba-tiba mereka,anjing-anjing itu merebahkan diri. Wajah mereka semua tiba-tiba memelas meminta belas kasihan. Kepala mereka tertunduk menempel ke tanah seperti sedang sujud pada tuannya. Aku bingun seketika. Di alam mimpi ini tiada batas di garis normal. Namun ini terjadi. Lalu aku mendekati gerombolan anjing-anjing itu. Mereka tetap tak bergerak ketika melangkah mendekati mereka. Tak bergerak dan wajah memelas itu tetap menempel hingga langkah kakiku berhenti dan melihat sekeliling. Kulihat semua anjing telah kutaklukan.

Dan aku sekarang berada di tengah-tengah gerombolan anjing yang sedang tunduk kepadaku. Mungkin dengan aumanku dan teriakanku yang membahana. Beserta kegagahanku ketika menendang salah satu anjing itu. Sosok bertubuh kekar dengan wajah beringas. Berpakaian telanjang dada. Ada kalung berjuntai rantai menggantung suatu benda dengan symbol. Dan symbol itu bergambar Roottweiller. "Oh... Jadi ini pemiliknya" Sigap ku memikir.

Terus melangkah dengan mata Iblis yang penuh amarah. Di lengannya terdapat pisau Army yang siap menerjang perutku kapan saja. Dia mulai berlari menujuku sembari berkata " Apa yang kau perbuat terhadap anjing-anjingku !" Pisau yang dipegangnya berayun ke perutku. Dengan sigab aku menangkis dengan mengalirkan energinya. Membawa pergelangan tangannya ke bawah kemudian ke atas. Dengan posisi lawan tidak seimbang aku menarik tangannya ke atas dengan keras. Orang itu berayun lingkar dan terbanting di tanah. Kemudian aku mengambil pisaunya. Lalu menghujam perutnya seketika. Suara rinyihan sakit yang amat keras membuat alam mimpi Ini bergetar. Lambat laun cahaya pudar. Para anjing dan pemiliknya tampak samar. Dan Lenyap dalam buta cahaya. Dan kudapati diriku terbangun alam mimpi. Kemudian menghembuskan nafas pertanda lega rasanya bahwa ini cuma mimpi.

#mimpiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun