Mohon tunggu...
Widya Iacinta
Widya Iacinta Mohon Tunggu... -

Gak bisa main gitar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Kurang dari) 24 Jam

14 Januari 2015   06:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:11 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Jangan pulang” bisikmu tak asing lagi sama seperti dulu “jangan kamu ulangi” ,kalimat yang terus ingin kudengar meski ku ketahui akhirnya “maaf aku terbawa suasana”.Lanjut kamu katakan “aku rindu” sama seperti dulu memelukku kencang.Kamu lontarkan pernyataan-pernyataan tentang awal baru yang memperdayaku agar tak ragu lagi,hilangkan semua kemungkinan yang mencuak di dalam kepalaku bahwa akan kamu akhiri lagi,akan kamu katakan maaf lagi,setelah tanganku mulai kendur dari genggamanmu,ya saat lima menit pertama kita berdiri tanpa tatapan yang menggebu,akan kudengar maaf lagi..

“Masih sama”desismu tak hiraukan badanku yang mulai meronta kesesakkan

“apa??”tanyaku bingung tapi kamu tetap terpejam bisu seolah meneguk kopi yang paling kamu suka

“apa??”tanyaku lagi dengan sebuah cubitan kesal

“aroma rambutmu bawel”kamu menggerutu

Kuberanikan meraih tanganmu,menggenggamnya sambil menatapmu,kulirik lagi jam di dinding

“j..am 5”aku terbata grogi padahal sudah 4 tahun rasanya aku mengenalmu

“aku mau pulang.. kamu nggak pergi ngajar ?”lanjutku meyakinkan

Pelukanmu merenggang mendadak,matamu melototi jam dinding lalu berlari kecil mengambil tas kerja jenjeng milikmu meninggalkanku yang terdiam bisu dengan sejuta penyesalan,harusnya tak ku ingatkan kamu tentang waktu tadi,biarkan saja jam dinding itu menonton tarian kegirangan dalam imajinasiku,biarkan saja kamu terus memelukku begitu..

“kamu pulang sendiri ya,aku nggak sempat nganter sampai rumah lagi,lesnya mulai jam setengah enam”sambil mengacak-ngacak rambutku kamu tertawa jahil,tawa yang masih hangat

Dan perubahanmu tampak ketika lampu merah memberhentikan motor kita berdua,kamu gas dengan pelan motor matic putih milikmu ketika aku ingin ikut menunggu sang hijau tepat di sebelahmu.Tatapan hangat dalam sorotmu memudar saat kita berpisah di persimpangan

“hati-hati” teriakmu di balik kaca helm mungkin setengah perhatian atau setengah kebingungan

Kamu bekali perjalanan pulangku dengan seribu tanda tanya “Apakah kemesraan tadi nyata,sepertinya hanya mimpi

Pukul 20:02

Mr. A

“aku di depan kamar kosmu ”

Aku tersontak kaget membaca pesanmu,dengan perasaan menggebu-gebu kubukakan pintu untukmu,tentu saja dengan make up paling mewah sebuah senyum simpul “halo sayang,syukur deh kamu datang aku (masih) kangen banget tau”dalam hati

“hei..udah selesai ngajar?tumben awal?”ku terkam dirimu seiring pintu terbuka

“sandal kita ketukar”jawabmu cuek

Aku terpelongo mendengar ucapanmu ,melihat mata tak mau tahumu..Kenapa masih saja kamu pakai sandal yang sengaja kita beli sama waktu liburan kemarin,kalau memang kamu muak.

“emm..aku bawaiin makanan nih,belum makan kan??Tadi ngajar cuman sampai setengah 7 aja,kamu lupa ya ini hari Selasa ?Biasanya kamu paling ingat sama jadwalku”kamu bercengkrama panjang lebar memperbaiki suasana

Masih bisa kupaksakan otakku untuk memerintahkan bibirku agar tersenyum.Membiarkanmu masuk dan menguasai remote TV ku..”jangan lagi..jangan dua kali kamu seperti ini,sesukamu”kugenggam erat nasi kotak yang kamu berikan,semakin erat semakin tanganku bergetar .

“nggak lapar?”tanyamu saat aku hanya terdiam ikut menonton di sampingmu“pacar barumu beliin makan lebih awal dari aku ya hahaha??”tudingmu

Aku suka sekali bercanda,terutama denganmu,atau pun candaan darimu adalah hal yang paling kunantikan kala kita akan bertemu,hal yang ku ingat sampai tertawa geli saat akan tidur,tapi kali ini candaanmu berbeda,candaanmu sama sekali tak kusukai “bukankah kamu kembali menjadi pacarku??”

“hahaha hari gini masih sok tau”tawamu kubalas tiga kali lipat lebih renyah,walaupun mungkin yang kamu dengar bernada jengkel

Kubuka nasi kotak yang kamu bawakan,nasi Kari,kesukaanku.

“ini artis perasaan makin cantik”celotehmu mengomentari sebuah iklan

“Kenapa harus ngomentarin artis ? kenapa nggak aku aja?”candaku,sungguh aku bercanda tanpa unsur modus dan teman-temannya

“kamu?aku bosan..”balasmu singkat

Aku berhenti mengunyah nasi favoritku

“jalani aja yang harus dijalani sekarang,nggak usah ada janji-janji lagi,kita udah sama-sama dewasa,jangan ada sakit hati lagi”lanjutmu dingin

Nasi kesukaanku kini sedang mencekik tenggorokanku ,masuk tak mau keluar tak bisa.Aku tak mengerti darimana asal pembicaraanmu tadi dan kemana ini akan berakhir

“apa..nya?”aku memberanikan diri menyuarakan isi kepalaku

“kita” katamu

“memangnya kita kenapa?”tanyaku lagi (hampir) ingin menangis hanya saja kamu pria yang tak boleh melihatku sebagai gadis cengeng.Sekarang aku tak ingin kehangatanmu tiba-tiba muncul karena tangisku,akhirnya aku juga tahu “maaf yang tadi aku nggak bisa lihat kamu nangis

“menurutmu kita kenapa?”kamu tanyakan kembali padaku,bukan,kamu memang begitu,selalu menyisakan teka-teki untukku pikirkan sendiri dan jawab sendiri.Aku berhenti bertanya padamu,aku berhenti ingin tahu apa yang kamu inginkan.

Kenapa kamu pasang wajah tegas sore tadi ketika kamu masih dalam keraguan,semuanya selalu kamu atur senyaman kamu merasakannya “Memangnya orang dewasa tak mencicipi rasanya sakit hati” .Apa kamu tak mengumbar janji dengan para wanita dunia mayamu?ya ,teman-teman wanita yang selalu online dalam kesepuluh jarimu,bahkan saat bersamaku.

“ah ini artis naik daun gara-gara nikah singkat terus cerai aja”kamu memulai topik percakapan baru

“yauda kamu nikah a….”

“ceweknya gak ada”sanggahmu memotong kalimatku ,aku pun masih ingin bercanda

“cari dong hahaha”godaku

“iya nih aku mau pergi cari cewek”katamu sambil beranjak berdiri

“hahaha yang banyak ya”tawaku sunguh tulus hanya bercanda

“siap bos,buat koleksi ,kamu mau ??”

“nggak ..sana pergi pergi”usirku bergurau

Tidak ,tawaku tak tulus lagi,gurauanku tak lagi gurauanku.Aku benar-benar membenci candaanmu,godaanmu tetang wanita,aku tak menyukainya sama sekali.

Tapi kamu ternyata masih menghubungiku,pertanyaan baru pertanyaan tanpa jawaban.Aku tak mampu membendungnya lagi,rasa ingin tahu tentang jalan pikiranmu.

08:17

Mr. A

Tentu saja kita teman biasa

Aku masih belum yakin membaca dengan benar jawabanmu atas hubungan singkat ini.Masih terlalu pagi,24 jam terhitung dari sore kemarin saja belum,terlalu awal mungkin kutanyakan,kenapa tak kutunggu saja hari kembali bertemu sore?terlalu dini kurusak hariku.Tapi nyatanya pesanmu sudah ada jelas di layar handphone ku.Amarahku tak muncul,jari-jariku tak mampu menari diatas keypad untuk sehuruf pun,sekarang kamu harus di sini,melihatnya ,merasakannya.Pernahkah kamu kebanjiran air mata seperti ini?

Bodoh,harusnya aku percaya apa yang kamu katakan,jangan percaya janji,bahkan janji yang keluar dari bibirmu .Kamu selalu membuatku terpedaya ,dengan mudahnya,mudah sekali.Aku tak mengetahui kamu berbohong ketika aku tahu,bahkan untuk yang kedua kalinya .Aku masih percaya cinta ketika aku tahu kamu ragu.Mungkin aku hanya selingan ,mungkin pula iklan di antara teman online yang selalu menyibukkanmu.Aku hanya terlalu mudah percaya,hanya itu,aku lupa kamu bukan lagi orang yang mencintai dunia nyata seperti saat denganku setahun lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun