Mohon tunggu...
Widya Iacinta
Widya Iacinta Mohon Tunggu... -

Gak bisa main gitar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setahun Rindu

16 Januari 2015   06:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Setahun berlalu”,  katamu. Mengawali obrolan yang kunanti-nanti itu, masih berdenging jelas kalimat selanjutnya yang kamu lontarkan. Soal kabarku. Obrolan kita masih sehangat setahun yang lalu saat kita datang sebagai sepasang kekasih di sini, restoran yang paling kamu suka lantaran suguhan pandangan seluruh kotanya. Candamu pun persis, dengan kekehan lembut bernada jahil diakhirnya. Seringai dan pandangan bola matamupun masih sama. Semua yang kurindukan masih special dalam pembawaanmu.

Dan hatiku mulai gelisah ketika mulai kamu tanyakan siapa. Pria dibalik tweet-tweet risau milikku. Isi kepalaku sudah menyiapkan rangkaian karya panjang untuk diceritakan padamu, berharap kamu akan menyuarakan kemarahan yang bernada cemburu dan berkhayal sekejap kamu mendekap hangat kedua tanganku, lalu memintaku untuk melupakannya.

Sentuhan usilmu membangunkanku, senyummu membukakan kedua bibirku akan tuturan palsu. Kucitrakan dia yang mencintaiku dengan kriteria yang sempurna, menginginkanku sepanjang waktu. Kucitrakan pula diriku yang mencintai seseorang dengan kriteria jauh dari kata sempurna. “Hatinya dari batu”, kataku. Kamu tersedak, selarut waktu berlalu mengapa tak mengikis sekuku pun cinta untuk pria berhati batu itu terangku. Gerak-gerikmu mulai tak nyaman, perlahan kamu tanyakan tentang lama waktu itu. Hatiku berkecamuk dua kali, mungkin tiga. Kupandangi dalam wajahmu, hingga kata setahun yang begitu berat terdesis. Setitik air jatuh bagai hujan, “ itu bukan milikku”, kusangkal, tapi tanganmu telah mengulurkan sehelai tissue sambil tersenyum, senyum yang tak bisa ku artikan. Aku merindukanmu, aku merindukan kita. Sorotmu memandang dalam, kamu kagumi asaku yang selalu sama. Kamu habiskan malam dengan diam yang menciptakan kecanggungan, kamu limpahkan perhatian pada handphone dan minumanmu, tak menggubrisku.Tak pernah bisa ku terka apa yang ada dipiikirmu.

Langkahmu begitu dingin setelah beranjak membayar bill, mungkin sengaja membiarkan diam menenangkan waktu antara kita, beberapa jam yang begitu kudambakan berharga, mungkin hanya dari sudutku yang tak selaras denganmu. Kamu masih memakai kendaraan yang sama, baru kusadari itu. Ku lontarkan sebuah pujian, “membludak di luar sana yang sama”, sanggahmu. Parkiran itu tak lagi terasa seaman tadi, yang menyambut dengan pelukan lama tak jumpa, namun  kini malah melambaikan perjumpaan terakhir. Aku hanya ikut membisu hingga akhirnya kamu mengalah dan bertanya tentang ingatanku pada seseorang di masa sekolah kita, nama yang selalu terngiang kental tentu saja. Suaramu seperti mengecil malu, “katakan kamu bersamanya, yakinkanku kamu menyayanginya”. Tanpa pikirkan aku kamu perintahkan untuk hilangkan semua milikku untukmu, seakan bijak kamu minta aku belajar menerima dan membiarkan, seakan bukan manusia kamu lanjutkan semuanya dengan cerita tentangnya, seperti kamu menceriterakan tentangku dulu, kamu terus berkisah dalam diamku, dalam airmata tanpa suara yang terus berusaha kuhentikan.

Meluap habis semua yang ingin kubahasakan. Semua yang tersangga ruang setahun ini, entah kamu mengerti atau hanya sekadar mengangguk bingung lantaran kalimat-kalimat panjang yang berjeda sedari tadi, tersirat sejuta bias-bias yang bertahu-tahu. Kuseka sendiri air mataku, malu dan sesal telah kukatakan rindu. Aku memastikan sendiri bahwa ajakan bertemu hanya kalimat lain dari rangkaian kalimat rindu. Apa telah ku kotori suasana hangat tadi? Akan kusapu semua ungkapan rindu jika dapat, jika memang begitu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun