Mohon tunggu...
wangsa susena
wangsa susena Mohon Tunggu... -

Abdikal Fakir Ilaa Ridholloohi Ta'ala... Memanfa'atkan waktu luang untuk kebaikan, menanam kebaikan untuk memanen buah keselamatan. memeperkuat keyakinan menghilangkan keraguan, memupuk kejujuran meraih kepercayaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Pertanyaan

1 April 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada yang bertanya kepada saya:

"Kenapa Allah menciptakan manusia? Apakah hanya untuk kesenangan Allah saja?"

Jawaban saya:

Ada keterangan yang mengatakan demikian:

"Allah itu ibarat mutiara yang terpendam agar bisa terlihat, maka Allah menciptakan makhluk" .

Jadi, tak perlu kita punya prasangka bahwa terciptanya makhluk itu untuk kesenangan Allah, (Menurut saya) itu adalah paham yang keliru. Memang jika dilihat asal mula kejadian terciptanya seluruh makhluk, itu semuanya adalah atas kehendak-Nya. Tegasnya,  bahwa kita tercipta atas skenario Allah, akan tetapi tujuan Allah menciptakan kita sebagai makhluk-Nya bukan untuk kesenangan-Nya melainkan untuk menggali dan mengkaji kekuasaan-Nya dengan satu bentuk kegiatan kewajiban yakni 'Ibadah kepada-Nya.
Pemahaman kita melepaskan kehidupan yang kita jalani dengan meyakini pemahaman itu semua sudah diatur dan kita tinggal menerima tanpa ada usaha memilih dan memilah itu konsep 'jabariyah'. Begitupun ketika kita meyakini pemahaman bahwa apa yang kita lakukan itu adalah hasil usaha kita tanpa ada campur tangan yang Maha Kuasa itu adalah paham Qodariyah.

Lalu mana yang baik dan yang harus kita pilih sebagai konsep kehidupan dalam menjalani skenario kehidupan (takdir) dari Alloh ?

Tentunya (menurut yang saya pahami) kita harus mengambil konsep pemahaman, bahwa kita hidup memang sudah diatur oleh Allah, tetapi kita memiliki sifat dan memang sudah disifati sebagai makhluk kasby (makhluk yang membutuhkan sebuah usaha/proses) dalam menjalani kehidupan ini.

Kita ambil pertengahannya saja.

Maksudnya, dalam urusan takdir yang sudah ditetapkan oleh-Nya kita terima (Jabariyah) dengan catatan, kita harus melakukan sebuah usaha perbaikan, karena takdir dan ketetapan Allah bagi kita sangat dirahasiakan oleh-Nya.

Sedangkan dalam bentuk usaha duniawi menuju ukhrowi, kita ambil konsep Qodariyah, tetapi dengan tidak menghilangkan kekuasaan-Nya. Sebab, walau bagaimanapun kekuasaan Allah itu selalu menyertai kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun