[caption id="" align="alignnone" width="630" caption="KSatria Bergitar"][/caption]
Berawal dari sebuah cemoohan, bagi Orkes Melayu [OM] dengan gaya Hindustan yang mengikuti suara tabla (gendang India) dengan cara membunyikan suara tertentu sehingga terdengar suara “…dangduut”. Itulah awal mulanya dikenalnya istilah dangdut yang kemudian menjalar bak jamur di musim penghujan. (Pono Banoe, kamus Musik)
Asal muasal musik dangdut pada dasarnya tidak begitu jelas. Tidak ada catatan sejarah yang mampu mengungkapkan sejak kapan mulai muncul di tanah air tercinta ini.
Beberapa sejarawan menganggap cikal – bakal musik dangdut ada kaitannya dengan proses akulturasi antara nusantara dengan bangsa-bangsa Melayu dan India pada masa lampau.
Menurut Pono Banoe dalam kamus musik yang ditulisnya, bahwa dangdut adalah sebutan bagi Orkes Melayu yang bergaya Hindustan. Biasa juga disebut Orkes Melayu gaya baru. Hal itu digunakan untuk membedakannya dengan Orkes Melayu asli dari pantai Sumatera (Deli, Riau, samapai Malaysia).
Jika kita menyimak penuturan Pono Banoe, ada semacam dugaan bahwa sebenarnya dangdut telah dirilis oleh para biduan-nya sejak awal tahun 1960-an. Saat itu musik ini belum dipanggil dangdut tetapi irama melayu, kalau di Malaysia ia disebut muzik ala Hindustan. Nama tokoh musik melayu yang besar ketika itu adalah Said Effendy, dengan lagunya “Bahtera Laju”. Said sering menyanyi diiringi oleh Orkes Studio Jakarta pimpinan syaiful Bahri. Lagu –lagu lain yang terus melambungkan namanya adalah “Timang-timang” dan “fatwa pujangga”. Beliau kemudian membentuk Orkes Irama Agung yang mempopularkan lagu “seroja” Ciptaan Hussein Bawafie. Pada era 60-an muncul pula nama-nama baru seperti Ellya kadam, Ida laila, A.Rafiq, M. Mashabi, Munief Bahasuan, Elvy sukaesih, ahmad basahil, Muchsin Alatas, dan Mansyur S.
Menurut sumber lain juga, istilah musik dangdut mulai diperkenalkan oleh media massa pada tahun 70-an. Awalnya adalah sebuah ejekan, yang ditulis Billi Silabumi di majalah Aktuil. Nama-nama pesohor dangdut seperti Rhoma Irama, Elvy sukaesih dan Mansyur S juga mulai dikenal dengan benar-benar memuncak pada tahun 70-an. Ketiga tokoh musik dangdut itu akhirnya dinobatkan sebagai Raja, ratu dan putera/pangeran dangdut. Pada tahun 70-an pula, Rhoma Irama yang berbendera Soneta Group dapat disebut sebagai pemusik dangdut yang paling gencar melakukan terobosan.
Dangdut is The music Of my Country?
Jika merunut kembali kebelakang, mekarnya keberadaan musik dangdut boleh di bilang di awali ketika Ellya Kadam menyanyikan lagu “kau pergi tanpa pesan” dan Munief Bahasuan menyanyikan lagu mereka di istora senayan dengan iringan Band Top kala itu yaitu, Eka Sapta.
Rhoma Irama sebetulnya hadir pada masa yang tepat dengan memasukkan instrument modern dalam musik dangdut dan telah mengubah dangdut dari akustik ke elektrik. Ini telah mengubah nama Irama melayu pada dangdut sejajar irama gendang. Pada tahun 70-an itu, bersama Om Soneta asuhannya, Rhoma Irama berusaha melakukan adaptasi musik dengan memasukkan berbagai unsur musik lain ke dalam musik dangdut. Saat itu sempat terjadi “perang” antara musik rock dan dangdut yang dikibarkan oleh Benny Soebardja, gitaris Group rock Giant Step.
Setelah periode itu (pasca-1970-an) musik dangdut berkembang dengan pesatnya dan kaya dengan dinamisasi. Baik dari ukuran musikalisasi, dramatikalisasi, performance panggung, maupun vokalisnya. Maraknya dangdut mania semakin dikukuhkan dengan kemunculan bintang-bintang dangdut gress hasil kontes-kontes dangdut di televisi. Mereka masih muda belia, bertampang up to date dan dinamis. Seperti Siti KDI, Nazar KDI, Gita KDI dan lain- lain.