[caption id="" align="alignnone" width="604" caption="Goyanganmu"][/caption]
Berbicara yang paling Indonesia tentunya tidak bisa lepas dari yang satu ini, sesuatu yang boleh dikatakan sudah menjadi roh kehidupan manusia Indonesia dari masyarakat bawah, menengah bahkan sampai orang kaya pun menikmatinya, dari orang dalam negeri sampai luar negeri juga sangat mengemari musik yang lahir dan besar di tanah air ini. Musik apakah itu? Apalagi kalau bukan dangdut. Seperti yang kita lihat, di Jepang, Eropa bahkan sampai di Amerika musik dangdut mulai digemari. Menjadi sebuah hal yang unik bukan, ketika kita menyaksikan tayangan televisi yang menyanyi dangdut adalah orang luar. Dan saat itu juga kita dengan bangganya mengakui bahwa musik dangdut itu berasal dari Negara kita, meski dalam kehidupan sehari-hari di negara kita tidak pernah suka akan musik tersebut bahkan mengecapnya sebagai musik "Orang kampung" dan berbagai cemoohan lainnya. Sungguh sesuatu hal yang munafik. Ketika budaya sendiri di klaim oleh Negara lain barulah mereka berteriak, "Itu milik kami..itu punya kami..itu budaya kami"weh..capek deh! Kemana aja selama ini? Belum tahu atau tidak mau tahu ! hah..sudahlah, capek kalau marah-marah, toh itu memang sudah terjadi.
Berdangdut ria merupakan hal yang wajar bagi masyarakat saat ini. Anak-anak usia balita pun sudah fasih bersenandung sejak dini. Alih-alih itu semua bukan dikarenakan semakin baiknya tingkat gizi masyarakat kita mencipta generasi-generasi muda yang cerdik. Tetapi lebih disebabkan gencarnya serbuan media massa diranah kehidupan kita.
Sejak mulai bangun tidur sampai larut malam kita tak jemu-jemu disuguhi beragam acara di televisi. Dari film barat,kartun,reality show dan juga tak kalah saing musik dangdut. Dari media local hingga tingkat nasional . semua stasiun televisi tak henti-hentinya berlomba untuk menampilkan goyangan dan nyanyian yang mendayu-dayu itu. Dan juga, "membuat tegang" serta berdiri jempol orang yang menyaksikannya.
Tanpa disadari, serbuan dangdut via layar kaca itu telah membentuk image tersendiri bagi masyarakat. Dangdut memang menjadi ngetop, tapi disisi lain juga memotivasi perilaku irrasional. Tontonan serupa kontes-kontes dangdut dilayar kaca yang menyuguhkan penyanyi muda yang cantik, ganteng dan ngetop, mendorong generasi muda untuk meraih sesuatu hal secara instant. Bagaimana anak-anak muda berlomba-lomba berdangdut hanya agar bias masuk di televisi. Bukan lagi kreativitas dan inovasi yang menjadi motivasi untuk berdangdut tetapi mimpi akan popularitas sesaat. Pada akhirnya cara-cara 'main belakang' pun tak menutup kemungkinan dilakukan.
Disisi lain, televisi juga berperan dalam proses sosialisasi apa yang dinamakan pornoaksi dangdut. Tampilan dangdut tingkat kecamatan mungkin jauh lebih seronok tetapi image yang dibangun lewat layar kaca lebih berpengaruh dalam membentuk stereotif "Vulgar" dangdut itu sendiri. Lihatlah, para artis dan media sekarang tidak segan-segan menampilkan dan menyoroti bagian-bagian yang membuat para penikmat media menjadi "Horny" dibuatnya.
Dalam konteks masyarakat kita sendiri yang mayoritas menengah kebawah dan tak terpelajar ini, bukan hal aneh ketika motivasi yang ditumbuhkan lewat media televisi itu akan ditanggapi dengan respon yang irrasional. Ketidakmampuan mereka secara sosial-ekonomi akhirnya dilampiaskan dengan perilaku tak wajar. Pelecehan seksual hingga kasus pemerkosaan Dan semua itu tak jauh-jauh disebabkan oleh "manisnya" godaan layar maya.
Terlepas dari itu semua, dangdut sesungguhnya tak bisa dikesampingkan begitu saja dari akar budaya dan perkembangan media massa di tanah air. Ketiga hal ini selalu bersimbiosis untuk menemukan keuntungannya masing-masing. Paling tidak kita masih bisa berharap bahwa kelak media massa akan menjadikan dangdut sebagai duta di negeri sendiri dan bukan sekedar objek yang bisa dipermainkan sesuka hati. Dan harapan terbesarnya masyarakat kita bisa lebih mencintai kebudayaan diri sendiri daripada budaya orang lain. Karena bangsa kita ini kaya akan budaya, tinggal bagaimana kita saja yang mengolahnya untuk menjadi lebih baik dan lebih dikenal masyarakat dunia atau kita sendiri yang menghancurkannya dan membumihanguskannnya dinegeri sendiri. Lihatlah, Negara lain sibuk mempelajari budaya kita, kenapa kita tidak! Malah justru kita mengadopsi budaya mereka dan melupakan budaya kita sendiri.
*Goyanganmu Membuat Tegang dan Berdiri Anuku (Jempol)!
Bravo Dangdut, Bravo budaya Indonesia dan Bravo media massa Indonesia!
Salam Budaya.