Gengsi, sebuah kata yang sudah membudaya dikalangan masyarakat Indonesia, Dari orang tua sampai dengan anak-anak juga sudah sangat akrab dengan hal yang bernama gengsi ini. Tidak tanggung-tanggung hanya karena gengsi kita sering berkelahi bahkan sampai membunuh bahkan bunuh diri, karena gengsi kita menyekutukan Tuhan dengan Iblis, karena gengsi kadang hutang sana sini, karena gengsi juga kadang menjual diri. Apa yang ingin kita dapatkan dari “Gengsi” ini? Tidak ada, Melainkan hanya penyakit hati dan ketidakmampuan kita dalam mensyukuri nikmatNya.
Banyak barang yang masih layak pakai dan masih bisa dimanfaatkan kita singkirkan begitu saja, hanya karena tidak mau dibilang ketinggalan zaman, nggak Gaul “Kuno” atau bahkan “Ndeso”, Miris memang, Tapi apa hendak dikata " Nasi telah menjadi Spagheti".
Orang sebelah rumah punya Kulkas baru pengen beli kulkas baru, padahal yang lama masih ada,
Teman beli Hp BB (Beri-Beri) kita tak mau kalah juga padahal Hp yang lama masih ada,
Tetangga beli baju baru, Kita juga ikut-ikutan,
Nah, yang satu ini yang paling parah dan jangan sampai terjadi " Tetangga Nikah kita juga pengen Nikah, Padahal anak Sudah dua" haha
Saya punya pengalaman ketika pulang ke kampung halaman (Balik Lebaran) beberapa bulan yang lalu terkait dengan Gengsi ini. kebetulan di Kabupaten tempat saya itu banyak dipenuhi oleh orang-orang bergengsi (Paling Gengsian Orangnya). ceritanya berawal dari ketika saya menggunakan Helm hadiah pembelian sebuah merk Sepeda Motor yang namanya cukup terkenal dan laris dikampung saya. Dan, kebetulan yang banyak menggunakan Helm hadiah seperti itu didominasi oleh orang tua karena anak-anak muda sangat malu menggunakannya meskipun sudah dilepas stiker asli ataupun dirubah warnanya. hari itu saya jalan-jalan sore untuk melepaskan rasa kerinduan terhadap tanah kelahiran dan melihat-lihat perubahan selama Satu tahun saya tinggalkan. ditengah perjalanan saya bertemu dengan teman lama yang kebetulan masih satu kampung dengan saya.
Teman : Woi... kapan datang?
Saya : Tadi pagi jam 6
Teman : Helmnya Kau Bagus juga, Hahaha....(Kata Pujian tapi ekspresi meledek)
Saya : Ya..iyalah, Helm hadiah... daripada ngangur dirumah khan Mubazir ..hehe
Teman : Eh.. boy, Helm yang kau pakai tu kalau mau deketin cewek pasti ceweknya Kabur. ndak laku helm tu disini.. diketawain kau nanti..haha
Saya : memangnya kenapa? Emang cewek nilai kita dari Helm? Gengsi banget sih ..
Teman : ya memang begitu disini sekarang, Kau lihat tu pemuda-pemudi yang jalan, Mana ada yang pakai helm hadiah macam ni, Semua pakai yang ber-merek. Cewek disini kalau ngumpul sama orang yang pakai helm seperti ini pasti di ejek sama temannya yang kebetulan lewat setelah dirumah atau tempat nongkrong lain...Biaselah anak muda..hehe
Saya : Parah amat sih, Gengsinya dah lebih dari anak pejabat aja, ah .. peduli amat sama kata orang, yang penting enak dan Safety buat keselamatan diri sendiri. Anjing menggongong kafilah berlalu". hehe..
Itulah sedikit obrolan dengan teman saya tentang sesuatu yang bernama "Gengsi" yang sudah menjadi virus akut didalam kehidupan masyarakat kita. Semoga saya dan anda termasuk salah satu yang tidak mau terjebak dengan budaya "Gengsi" ini dan dengan lantang mengatakan "Stop Gengsi".
[caption id="attachment_154825" align="aligncenter" width="300" caption="Gengsi http://2.bp.blogspot.com"][/caption]
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H