Mohon tunggu...
Bang Bams
Bang Bams Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak semua Tulisan itu Benar & Tidak semua Kebenaran itu harus Dituliskan, tapi Kejujuran lebih baik daripada Keguguran. (Ngaco)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdialektikanya Pilihan-pilihan dalam Kehidupan, Beranikah Anda?

19 Mei 2011   00:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:29 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_110656" align="aligncenter" width="364" caption="gambar by anaktebidah"][/caption]

Dalam hidup, siapa yang tidak pernah berhadapan dengan pilihan-pilihan. Memilih, ibarat memulai sebuah takdir, mengawali sebuah goresan dalam kitab kehidupan. Siapa yang menanam dia yang mengetam, siapa menabur angin dia menuai badai. Pepatah lama yang tidak bisa kita remehkan begitu saja. Bayangkan jika dahulu Thomas Alfa Edison lahir dalam keluarga bangsawan dan memilih sekolah ditempat sekolah anak kebanyakan, mungkin sampai kini kita masih menggunakan lampu minyak untuk penerangan. Sewandainya dulu para nabi menolak wahyu yang diamanahkan kepada mereka apa yang terjadi? Andaikata Sidharta memilih tinggal di istana kosala dan bersenang-senang dan menikmati hidup bersama anak istrinya hingga tua, apa yang terjadi? Andaikata Yesus lahir tidak dimasa pemerintahan kediktatoran romawi dan kebekuan agamawan yahudi , apa yang terjadi? Siapa yang memilih mereka lahir saat itu, didalam situasi sosial seperti itu, dalam kondisi politik zaman itu. Dalam suatu masyarakat yang berkarakter seperti itu. Jika semua kebetulan, mengapa anda tidak memilih mati saja, itu juga sebuah kebetulan.

Siapa yang memilih, siapa yang dipilih, apa yang dipilih, dimana dipilh, mengapa dipilih, mengapa pula harus ada pilihan? Mengapa bumi yang dipilih untuk mengembangbiakan makhluk hidup dari mikroba hingga manusia? Mengapa harus berada di konstelasi matahari, mengapa pula berada digalaksi Bima Sakti, mengapa kita ada di negeri ini, mengapa kita berpikir seperti ini? Mengapa kita berada disini dan membaca tulisan ini? Siapa yang memberi anda pilihan untuk berada disini, siapa yang memberi anda pilihan untuk berpikir seperti ini? Mengapa anda mengambilnya sebagai sebuah pilihan?

Mengapa anda harus bertemu seseorang dititik itu, didetik itu, dimasa itu, dimana kebudayaan dikuasai pemikiran seperti yang anda anut itu? Selanjutnya untu apa kita berada dititik itu, didetik itu, dimasa itu dan peristiwa itu? Tidak ada yang mampu menjawabnya selain kita sendiri. Pun, jawaban yang kita pilih adalah sebuah pilihan dari berbagai kemungkinan jawaban.

Menjawab sebuah pertanyaan, berjuta pertanyaan, tidak harus dengan jawaban namun bisa berupa pertanyaan baru, penyikapan hidup, usaha atau gerak hidup, dan memulai sebuah jawaban melalui berbagai macam lapis kemungkinan, pertimbangan dan tentu saja pilihan.

Pilihan berkaitan dengan kemungkinan, jika sesuatu dipilih maka berjuta kemungkinan terbuka, dalam pilihan lahir berjuta pilihan dandalam berjuta pilihan lahir berjuta-juta kemungkinan, betapa luasnya hidup ini, betapa luasnya apa yang disebut takdir itu. Maka beranikah anda memilih dan mereguk berjuta kewmungkina-kemungkinan berikut bermilyar-milyar resiko yang mau tidak mau harus kita tanggung, beranikah anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun