Mohon tunggu...
Bang Bams
Bang Bams Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tidak semua Tulisan itu Benar & Tidak semua Kebenaran itu harus Dituliskan, tapi Kejujuran lebih baik daripada Keguguran. (Ngaco)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika saya Tanya Kepada Anda, “Kenapa Anda Menyekolahkan Anak Anda?”

5 Februari 2012   17:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:01 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_160602" align="alignnone" width="650" caption="Illustrasi-bangborneo-sudhew.files.wordpress.com"][/caption]

Pernah suatu kali saya iseng bertanya pada satu gank yang terdiri dari 5 remaja di salah satu sekolah menengah atas di Jakarta. Dari penampilannya sih mereka sangat modis. Mungkin pergaulan mereka juga sangat luas. Saat itu saya dan mereka sama-sama menikmati bakso di pinggir jalan. Saya mendengar mereka tertawa begitu keras, dengan gaya bahasa yang saya bilang tidak biasa. Pokoknya warung bakso waktu itu mendadak seperti pasar dengan kedatangan kelima gadis remaja itu. Saat mereka diam, saya bertanya kepada mereka. Kelas berapa, sekolah dimana, rumahnya dimana, dll. Kami sempat terlibat obrolan yang sebenarnya Cuma basa basi aja.

Karena saya merasa nyaman ngobrol sama mereka, kemudian saya bertanya kepada mereka Di ujian kemarin kalian mendapatkan nilai berapa? Jadi juara kelas ya?”, begitulah kira-kira pertanyaan saya waktu itu. “Kita nggak ada yang dapet juara. Masuk sepuluh besar aja nggak. Kita lulus udah seneng kok. Lagian gue nggak ngarep jadi juara kelas. Bagi gue, sekolah itu yang penting gaul, banyak temen, bisa hang out bareng ma gank, cukup deh. Jadi, berprestasi bukan tujuan utama”. Seorang cewek yang ternyata menjadi ketua gank menjawab dengan cepat. Saya lihat ke yang lain, mereka pun menganggukkan kepala. Tanda sependapat dan setuju dengan kepala gank. Kemudian, aku mencoba bertanya lagi pada mereka. “Kalian nggak kasian sama ortu?”. Jawaban kali ini cukup membuatku kaget. “Ngapain berprestasi. Kita-kita ini anaknya juragan dan direktur perusahaan kok. Bonyok gue udah kaya. Uangnya nggak bakalan habis tujuh turunan. Gue sih tinggal nikmatin aja. Masa muda kan cuma sekali. Sayang kalo nggak dinikmatin!”

‘Mumpung masih muda!’. Rasanya kalimat ini selalu menjadi andalan bagi para remaja untuk menikmati masa remajanya dengan berhura-hura. Akibatnya, prestasi yang seharusnya menjadi tujuan mereka pun tergadaikan. Mereka lebih senang mejeng di kafe atau mall-mall daripada belajar. Mereka lebih senang bercanda ria bersama teman-temannya daripada mengasah kemampuan dan kecerdasan mereka.

Remaja berprestasi memang bukan berarti menjadi jawara sekolah. Tapi prestasi didapatkan karena adanya kecerdasan yang dimiliki. Nah, logikanya bagaimana mereka mau menjadi cerdas kalau hobinya hanya nongkrong dengan tujuan yang tidak jelas? Alih-alih mendapatkan prestasi, bersikap alim dengan tidak melakukan keonaran di sekolah saja itu sudah bagus.

Jika saya tanya kepada Anda, “kenapa Anda menyekolahkan anak Anda?”, maka saya yakin bahwa ‘agar mereka menjadi anak yang cerdas’ itu akan muncul sebagai jawaban Anda. Saya tidak tahu apakah itu menjadi jawaban utama atau jawaban kesekian. Itu semua kembali pada Anda sendiri.

“There is genious in all of us”. Semua orang yang terlahir di dunia ini mempunyai bakat genius seperti Albert Einstein, Thomas Edison, dan ilmuwan-ilmuwan lainnya. Sekali lagi, cerdas bukan berarti menjadi juara, tapi cerdas berprestasi. Albert Einstein dulunya dicap seorang pelamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan bahwa dia tidak akan pernah berhasil di bidang apapun. Bahkan, julukan perusak kedisiplinan kelas itu disandangnya.

Jika remaja sekarang dicap sebagai tukang onar di sekolah, itu bukan karena pertanyaan-pertanyaannya yang brilian, melainkan tingkah lakunya yang bebas dan semaunya. Berbeda dengan Einstein, pertanyaan-pertanyaannya dianggap konyol karena ide briliannya dan sang guru tidak bisa menjawabnya. Dua konteks bahasa yang berbeda namun mendapatkan perlakuan yang sama.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadikan anak Anda berprestasi? Kembangkan kecerdasan majemuk anak Anda. alihkan perhatian anak Anda dari pengaruh bukuk pergaulan remaja sekarang. Anda juga harus memberikan fasilitas yang cukup dan menunjang kecerdasan anak Anda. sebelumnya, kenali terlebih dahulu jenis kecerdasan yang menonjol dari anak Anda. setelah itu, kembangkan jenis kecerdasan lain yang tidak menonjol dari anak Anda. Sebagai permisalan, jika anak Anda suka menggambar, mungkin anak Anda mempunyai jenis kecerdasan visual spasial. Tapi anak Anda selalu mendapatkan nilai buruk dalam ilmu matematika, mungkin anak Anda memiliki kecerdasan logis matematis yang kurang. Bagaimana sikap Anda? Tetap kembangkan kecerdasan visual spasial (kemampuan menggambar) anak Anda, dan berikan stimulasi-stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan logis matematis anak Anda. Mungkin Anda harus berjuang ekstra keras jika anak Anda sudah tercemari oleh pergaulan yang nggak sehat.

Cobalah untuk mengatur kembali semua jadwal anak Anda. mintalah anak Anda sendiri untuk menentukan kapan dia bergaul, kapan belajar, kapan istirahat, dsb. Berikan motivasi dan dukungan untuk anak Anda agar dia mempunyai  semangat untuk maju dan berprestasi. Ada baiknya Anda tidak mengguruinya atau memperlakukan seperti anak kecil. latih anak Anda untuk bertanggung jawab dengan jadwal yang sudah dibuatnya. Ingatkan (atau boleh memberikan hukuman) jika anak Anda tidak konsekuen dengan jadwal yang dibuatnya.

Referensi : Spiritual harujuku (Remaja hebat)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun